Kamis, 01 Desember 2011

Cuap cuap si 'eL

Annyeong.. Hello.. pakabar semuaaaaa.. pembaca setia blogku...


ini sudah hampir satu bulan gak menuangkan imajinasi yang merajalela di otak ke tulisan...
beuh.... this is not easy...
bergelut dengan segala hal yang berhubungan dengan skripsi membuat otak kananku tenggelam...
but dont worry yeorobun..!!!
bagi pembaca yg kuliah di kampusku tercinta... kampus mungilku yang imutt... kalian tetep bisa baca segala hal coretan tanganku di tabloid kampus kita tercinta...
sabar okeh...^^

Kalo dibilang sibuk skripsi juga kgak... hmmm mungkin agenda-agenda tambahan lainya yang bikin sibuk setengah mati.....
*sok sibuk yah gw...

Tapi emng dasarnya gak bisa diem liat leptop nganggur ttp ada kok karya yang tercipta... so ditunggu aja postinganku....

Sabtu, 26 November 2011

No More Eun Ra!!!

Title     : No More Eun Ra!!!

Author : Jung Seulrin / Elaistkangofu Thesistambul
Length : Oneshot
Genre  : Romance and Comedy
Cast     :
Park Eun Ra   
Kwon Jiyong               : Jiyong
Choi Seung Hyun       : Seung Hyun

2006
“ Eun Ra!!! Eun Ra!!!” Teriakan keras dari balik pintu kamar yang tertempel garis kuning POLICE LINE memenuhi seisi rumah pagi itu. Kali ini tak ada jawaban dari dalam kamar.
“ Yaaa.. Eun Ra!! Ireona yaa!!!” Teriakan itu itu terdengar kembali.
Sang pemilik nama Eun Ra hanya menggerakkan tubuhnya semakin masuk dibalik selimut.
“ EUN RAAAAAAA!!!” Kali ini tak hanya teriakan namun gedoran pintu kamar yang keras mengiringinya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan muncul seorang gadis dengan rambut berantakan dan sebagian menutupi wajahnya. Kaos besar dan celana pendek menjadi baju kebesaran gadis itu ketika tidur.
“ WAAAAAAAAAAA!!!!!” Kali ini teriakan ketakutan muncul dari mulut laki-laki yang sedari tadi berteriak membangunkan gadis yang telah berdiri didepannya.
“ APA!!!” Jawab gadis itu dengan ketus.
“ YA… Park Eun Ra!! Kau tidak berangkat sekolah?? Ayo berangkat ini sudah hampir terlambat!!”
“ Sekolah!! Tunggu ya, aku mandi dulu!!” Eun Ra menjawab dengan datar. Gadis itu kembali masuk tanpa menutup pintu kemudian masuk kedalam kamar mandi. Laki-laki yang membangunkannya tadi hanya menatap heran sambil menggelengkn kepalanya.
“ Aish anak itu emang aneh!!!”
Selang beberapa menit kemudian Eun Ra keluar dari kamar. Seragam lengkap dengan sweater yang menghiasi seragamnya menjadi pakaiannya kali ini.
“ Yaaa!! Kwon Jiyong!! Ayo!! Katanya terlambat!!!” Seru Eun Ra sambil berlari turun kebawah.
“ Yaaa!! Tunggu!!” Jiyong yang dari tadi menunggu disofa depan kamar Eun Ra segera berlari menyusul Eun Ra.
“ Sampai kapan kau harus kubangunkan hah!!!” Seru Jiyong kesal setelah menjajari langkah Eun Ra.
“ Sampai aku bisa bangun sendiri!!” Eun Ra tersenyum jahil.
“ Kapan itu?”
“ Kapan-kapan hahaha!!”
“ Oh iya lalu kenapa jika dibangunkan Eomma dan Oppamu kau tak pernah bisa bangun?”
“ Molla!!” Eun Ra mengangkat bahunya.
Eun Ra berlari meninggalkan Jiyong.
“ Yaaa!! Kenapa harus aku yang membangunkanmu?”
“ Jodoh kali hahahahaha!!” Eun Ra berlari semakin kencang. Sedangkan Jiyong berhenti sambil mengacak-acak rambutnya.
“ Awas kau EUN RAAAA!!” Jiyong berlari mengejar Eun Ra yang telah menjauh.

2011
Aku tersenyum ketika mengingat kejadian itu. Aish bagaimana kabar anak itu ya? Jadi apa dia disana?
Aku menatap kalender. Pada tanggal 17 Agustus selalu kulingkari dengan spidol merah. Tanggal kepergian Eun Ra ke Italia. Keinginannya ingin sekolah arsitektur membuatnya nekat berangkat ke Itali. Mataku beralih kesebuah bingkai foto yang sengaja kuletakkan di meja belajarku.
Foto kami berdua saat lulus SMA dia menggunakan seragamnya seperti biasa dengan sweater abu-abu pemberianku. Terlihat senyuman kesal diwajahnya. Aku sendiri juga tidak tahu apa yang menyebabkan dia bisa kesal seperti itu. Dia memang moody girl. Moodnya gak bisa ditebak. Aku yang telah menjadi sahabatnya dari kecil saja masih belum mengerti juga dengan sifatnya yang sering berubah.

“ Jiyong-ah!!! Ada yang mencarimu!!” Teriakan eomma dari luar.
“ Nugu?”
“ Keluarlah!!”

Aku keluar dan turun kebawah menuju ruang tamu. Nampak seseorang menggunakan jaket warna hijau army sedang berdiri membelakangiku. Orang itu menggunakan topi berwarna senada sehingga aku sulit membedakan dia laki-laki atau perempuan.
“ Cogiyo!!” Panggilku dan dia membalikkan badannya. Dia tersenyum kearahku.
“ Kya!! Jiyong-ah!!!” Dia berteriak dan memelukku. Aku hanya terdiam karena terkejut tiba-tiba dipeluk oleh seseorang.
“ Yaaa..!!! Kenapa kau tak membalas pelukanku??”
“ Eh kau wanita??” Tanyaku asal.
‘Plakkk’ Dia memukul kepalaku.
“ YAAA!! Kau lupa denganku?” Kini dia berdiri menjauh dariku dan melepas topinya. Rambut panjangnya tergerai dan ia juga melepas kacamat yang dari tadi bertengger dihidungnya.
“ Eun Ra??”
Dia masih menekuk wajahnya kesal.
“ Mianhe… Jeongmal mianhe Eun Ra!! Kau beda sekali!!! Lebih mirip laki-laki kurasa!!” Candaku namun sayang ia belum juga tersenyum. Ia melipat tangannya dan duduk di sofa hadapanku.
“ Kau masih marah?” Aku duduk disampingnya.
Dia menoleh padaku. Matanya menatap tajam kearahku.
“ Wuah!!! Matamu itu menyeramkan jika marah!!!”
“ HUAAAAAAAAAAAAA!!! JIYONG-AHHHH..!!! Bisa-bisanya kau lupa dengan sahabatmu ini hah!!!” Kerah bajuku dicengkeramnya dan ia berteriak dengan keras didepan wajahku. Aku hanya memejamkan mataku reflek dengan teriakannya yang khas ketika marah.
“ Mianhe…!! Ya..!!” AKu melepas tangannya dengan perlahan.
Eun Ra hanya menggelengkan kepalanya.
“ Tadi kau mirip dengan laki-laki karena kau menyembunyikan rambutmu, tapi sekarang kau terlihat cantik kok!!” Aku mencoba  memujinya untuk membuatnya tersenyum tapi jujur dia makin cantik.
“ Jinjja????” Dia menatapku dengan wajah senang, senyuman indah yang lama kulihat akhirnya terbit diwajahnya.
“ Ne!!” Aku mengangguk mantap.
“ Gomawo Jiyong-ah!!!” Dia merangkulku kemudian tiba-tiba dia mencium pipiku. Aku sedikit terkejut.
Dia kemudian berdiri dan masuk kedalam rumah.
“ Yaa..!! Kau mau kemana?” Tanyaku sambil memegang pipiku. Mungkin jika jantungku tidak kuat bisa-bisa jantungku ini bisa meledak.
“ Ketemu eomma lah?”
“ Eommaku? Memang kau tidak pulang?”
“ Aku menginap disini!!” Dia menjawab sambil tetap berjalan. Aku mengikuti Eun Ra ke dapur.
“ Apa katamu? Rumahmu?”
“ Kau lupa? Keluargaku ikut pindah ke Paris, Itali. Rumah disini dijual!!”
Aku memukul keningku. Aku lupa.
“ Oh iya..!! Lalu kenapa sekarang kau tak mengunjungi pacarmu?? Apa jangan-jangan kau sudah kesana ya sebelum kemari?”
Dia menghentikan langkahnya dan menatapku serius.
“ Pacar? Pacar siapa?”
“ Itu waktu SMA!! Aku lupa namanya orangnya tinggi besar, suaranya juga besar!! Suka membolos juga dia!!”
Dia memiringkan kepala berusaha mengingat.
“ Choi Seunghyun maksumu? Tapi tunggu pacar katamu?”
Aku menganggukkan kepala.
“ Hahahaha..!! Sejak kapan aku pacaran dengan mahkluk itu!!”
“ EH???” Aku membulatkan mataku heran.
“ Lalu waktu itu di belakang kelas bukannya kalian jadian ya?” Kejarku lagi.
“ Hah??”

2006
Dibawah pohon ditaman sekolah Eun Ra duduk  taman sekolah. Eun Ra menekuk lututnya dan menundukkan kepalanya diantara kedua kakinya. Seorang laki-laki menatapnya dari kejauhan. Laki-laki itu berjalan mendekati Eun Ra.
“ Eun Ra!! Kau kenapa?” Sapa laki-laki itu.
Eun Ra mendongakkan kepalanya dan menangkap seseorang yang sangat dikenalnya.
“ Jiyong-ah!!”
Jiyong duduk disamping Eun Ra.
“ Kau naik-baik saja kan?” Jyong reflek memegang dahi Eun Ra.
“Hem, Gwenchana!!” Jawab Eun Ra pendek.
“ Aish, dasar!! Moddy girl!!” Dengan kesal aku mengambil buku yang tergeletak disamping Eun Ra.

Eun Ra tak bergerak dari posisinya, ia tetap memeluk kedua kakinya dan menundukkan kepala. Jiyong menyibukkan diri dengan membaca buku yang dibawa Eun Ra.
Eun Ra mendongakkan kepalanya dan menatap Jiyong yang sibuk membaca. Dengan iseng dia menekan pipi Jiyong dengan telunjuknya.

“ Mengganggu!!” Ingat Jiyong sambil melepas tangan Eun Ra.
Tanpa memperdulikan peringatan Jiyong, Eun Ra mendekatkan wajahnya dan ikutan membaca buku yang dibaca Jiyong. Jiyong yang semula diam saja akhirnya semakin bergeser namun ulah Eun Ra yang iseng justru semakin mengejar JIyong.
“ YAAA!! Kau ini mengganggu sekali!!” Jiyong dengan cepat bergeser dan membuat Eun Ra yang semula bersandar dibahunya menjadi jatuh. Wajahnya tepat mengenai rumput.
“ AKh.. Jiyong-ah!! Kau!!” Eun Ra bangkit dan membersihkan wajahnya.
“ Hahahaha!!” Jiyong tertawa sambil membantu membersihkan wajah Eun Ra.
“ Gara-gara kau!!”
“ Salahmu sendiri kenapa menggangguku!!”
Eun Ra mengangkat wajahnya dan memberikan senyuman jahil.
“ Kau mau apa???”
“ Mau ini!!” Tiba-tiba Eun Ra melancarkan serangannya untuk menggelitik Jiyong.
“ Hahaha..!! Eun Ra.. geli!! Hentikan kubalas kau!!”
Beberapa menit kemudian mereka saling membalas untuk menggelitik lawannya. Derai tawa mengiringi adegan itu. Beberap orang yang berada di taman itu ikut tertawa melihat tingkah mereka berdua. Terbiasa melihat adegan itu disana.
“ Hm Hm..!!” Sebuah dehaman dengan suara yang berat menghentikan mereka. Serempak Eun Ra dan Jiong menoleh.
“ Wae!!” Tanya mereka serempak.
“ Kalian tidak sedang pacarankan??”
“ Hah???” Eun Ra dan Jiyong saling menatap.
“ Ani!!”Jawab Eun Ra tegas.
“ Bagus, Jiyong ssi boleh aku pinjam Eun Ra sebentar!!”
“ Untuk apa kau mau meminjamku!!” Eun Ra menatap orang didepannya.
“ Sebentar saja ayo ikut!! Bolehkan JIyong ssi!!”
“ Ne..Seunghyun hyung!!” Jawab Jiyong pendek. Seunghyun langsung menarik tangan Eun Ra menjauhi Jiyong.
“ Ahh.. kenapa kau tidak menyadarinya?” Keluh Jyong sambil menatap Eun Ra pergi menjauh. 

Seunghyun dan Eun Ra berjalan menuju belakang kelas Eun Ra. Tempat itu cukup sepi, karena hanya beberapa orang saja yang sering kemari.
“ Sunbae!! Waeyo????” Eun Ra bertanya. Seunghyun melepas tangan Eun Ra kemudian menatap Eun Ra.
“ Kau benar tidak berpacaran dengan Jiyong???”
“ Kalau tidak kenapa kalau iya kenapa??” Seperti biasa Eun Ra membalikkan pertanyaannya.
“ Jadilah yeojachinguku!!!” Ucap Seunghyun tegas.
“ Oh..!! Itu!!” Eun Ra menjawab datar.
“ Mau kan?? Mulai hari ini kau jadi milikku!!” Seunghyun merangkul Eun Ra.
Sedang dibalik dinding seseorang sedang mendengarkan percakapan mereka.
“ Sudah kutebak pasti Seunghyun akan menyatakan cintanya!! Dan kau Eun Ra menerimanya!! Chukkae!!   Kau bodoh Jiyong-ah, terlalu menunda waktu!!” Jiyongpun pergi meninggalkan mereka.
“ Mianhe sunbaenim!!” Eun Ra membuka mulutnya
“ Waeyo?”
“ Aku mencintai orang lain!!”
“ Nugu?”
Eun Ra hanya menggelengkan kepalanya.
“ Jiyong??” Tebak Seunghyun. Seunghyun menyandarkan tubuhnya didinding menjajari Eun Ra.
Eun Ra tersenyum dengan lebar.
“ Hahahaha, kau memang gadis yang unik Eun Ra!! Kenapa kau tak mengatakan kepadanya?”
“ Entahlah sunbae!! Aku pergi dulu!! Mianhe jika ucapanku melukaimu!! Jangan katakan apapun tentang ini pada Jiyong ya!!” Eun Ra berjalan menjauh.
“ Ne!!” Seunghyun mengacungkan jempol tangannya diudara kearah Eun Ra yang akan berbelok meninggalkan Seunghyun.

2011
“ Jadi kau tidak jadian waktu itu???” Tanyaku lagi tak percaya.
“ Hmm!!” Eun Ra menganggukkan kepala dan berlalu meninggalkan Jiyong yang masih termangu.
“ Pabo kau Jiyong!!” Jiyong memukul kepalanya sendiri.
“ Yaaa..!! Kenapa kau pukul kepalamu sendiri??” Tiba-tiba Eun Ra muncul dari dapur.
“ Ani!! Kau tidak jadi ke dapur?” Jawab Jiyong salah tingkah.
“ Eomma menyuruhku istirahat, dia memintamu menunjukkan kamarku!! Ayo…!!”
“ Oh..!! Kajja!!” Aku membantu Eun Ra mengangkat kopernya.
“ Ehmm.. Eun Ra!!” Panggilku.
“ Hmm!!”
“ Kau berapa lama ada disini???”
“ Wae?? Kau tak mau aku menginap disini?? Yasudah aku balik ke Paris lagi deh!!” Eun Ra tiba-tiba berbalik dan meraih kopernya dari tanganku.
“ Eh!! Aku kan cuma nanya!! AIsh..!!” Aku mengejarnya dan menahan tangannya.
“ Wae??” Tanyanya ketus.
“ Sudahlah jangan marah!! Cepat tua lho!!” Aku mencubit pipinya sedang dia tetap tanpa ekspresi.
“ Uda nyubitnya??”
“ EH..!!” Aku reflek menarik tanganku.
“ Jiyong-ah tunjukkan kamarmu donk!!” Tiba-tiba ia berjalan mendahuluiku.
“ Aish…!! Tunggu!!” Wah gawat jika ia masuk kamarku. Aku berlari mengejarnya namun terlambat ia sudah membuka pintu kamarku.
“ Kamarmu rapi juga!!” Pujinya sambil melangkah masuk.
“ Memang kamarmu berantakan!!”
“ Jiyong-ah ini apa?” Eun Ra menunjuk kalender yang aku lingkari tepat diangka 17.
“ Bukan apa-apa!!”
“ Tapi kenapa setiap bulannya kamu lingkari angka yang sama??? Jangan-jangan ini ulang tahunmu ya? Kenapa setiap bulan??”
‘Plakk!!’ Aku memukul kepalanya.
“ Pabo, mana mungkin aku ulang tahun setiap bulan emang ulang bulan?? Tunggu kau tak tahu ulang tahunku?? Yaa!! Park Eun Ra!! Kau kejam masa kau tak tahu kapan sahabatmu ini ulang tahun!!”
“ Kapan ya?” Ia mengusap-usap kepalanya.
“ Pabo!!!” Kesalku sambil merebahkan tubuhku ditempat tidur.
“ Ah.. Ingat!! Tanggal 17 kan aku berangkat ke Paris!! Wah gomawo JIyong-ah kau ingat tanggal keberangkatanku!!”
Aku sontak bangun. “ Lalu??”
“ Lalu apa?” Ia duduk disampingku sambil menyilakan kedua kakinya.
Benar-benar gadis satu ini bkin aku kesal setengah mati. Sudah bersama sejak kecil juga kenapa tak ingat!!

2006
Eun Ra berjalan sendirian di tepi jalan sambil menenteng tas sekolahnya. Langkah pelan, kepalanya menunduk menatap setiap langkah kakinya.

Tiba-tiba sebuah klakson berbunyi dari arah belakang. Sontak Eun Ra menoleh.
“ Yaa!! Mengaggetkan tahu!!!” Kesal Eun Ra.
“ Kau sendiri jalan kenapa menundukakan kepala begitu? Membuat orang khawatir saja!!”
“ Hehehe!! Jiyong-ah tumben kau bawa motor!! Aku tadi tak melihatmu berangkat dengan membawa motor!!”
“ Terang saja kau tak melihat!! Kau kan terlambat tadi!!”
“ Aku terlambat juga gara-gara kamu!! Bangunin aku terlambat mana ditinggal lagi!!”
“ He, mianhe Eun Ra!! Tadi ada urusan mendadak!! Ayo naik!!” Perintah Jiyong . Tiba-tiba Eun Ra meloncat naik.
“ Yaa.. Yaa..!! Jika jatuh gimana?” Jiyong berusaha menjaga keseimbangan motornya.
“ Aku lelah , Kajja!!” Eun Ra menautkan tangannya dipinggang Jiyong.
“ Ne..!! Siap-siap ya!!” Jiyong menjalankan motor sportnya dengan kecepatan tinggi. Menembus keramaian jalanan. Sepanjang jalan Eun Ra tetap memegang erat pinggang Jiyong begitu juga Jiyong senyumnya tak berhenti sampai tiba ditempat tujuan.
“ Eun Ra!! Susah sampai!!” Jiyong mengingatkan.
“ Hmmm!!” Eun Ra masih memeluk pinggang Jiyong.
“ Heh!! Turun!!”
“ Bentar!! 5 menit saja!!” Mohon Eun Ra yang semakin erat memeluk pinggang Jiyong. Jiyong hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Eun Ra.
“ Eun Ra, gwenchana???” tanya Jiyong cemas.
“ Hmm!!”
“ Yakin…??”
“ Hmm!!”
Tiba-tiba Eun Ra meloncat turun.
“ Eh..!! Yaaa!! Kalau mau turun bilang dulu!! Sudah dua kali kau membuatku hampir jatuh!!”
“ Mian!! Gomawo Jiyong-ah bye!!”
“ Tunggu!! Eun Ra maukah besok malam kau pergi denganku???”
Eun Ra berbalik dan menatap Jiyong dari kejauhan.
“ Mianheyo Jiyong-ah!! Aku sudah ada janji!!” Eun Ra berbalik dan berjalan masuk kedalam rumahnya.
“ Ah,,, pasti dia sudah janji dengan Seunghyun sunbae..!! Mereka kan pacaran!!” Jiyong menundukkan kepalanya dan berjalan pelan menuju rumah disamping rumah Eun Ra kemudian masuk rumah tersebut.
“ Mianheyo Jiyong-ah, besok aku harus berangkat!! Mianhe tidak pamit padamu!!” Eun Ra melihat Jiyong yang berlalu dari depan rumahnya melalui jendela kamarnya.

17 Agustus 2006
“ Jiyong-ah!!! Jiyong-ah!!” Panggil seseorang dari balik pintu kamar Jiyong sambil memukul pintu dengan keras.
“ Eomma!! Aku masih mengantuk!!” Jiyong membuka pintunya dengan mata masih setengah terpejam.
“ Yaa!! Ini jam berapa sudah pukul 12 kau masih tidur??”
“ Aku tidak bisa tidur tadi malam eomma, baru bisa tdur pukul 6 tadi!!” Jiyong menggosok kedua matanya.
“ Yaa!! Kenapa kau masih disini??”
“ Emang kenapa eomma? Aku tidak punya janji apapun hari ini!!”
“ Cepat sekarang kau ke bandara!!”
“ Ngapain?”
“ Kau tidak tahu Eun Ra berangkat ke Paris hari ini!! Sepertinya pesawatnya berangkat pukul 12.30 !!”
“ Hah??? Jinjja?? “
“ Ne..!! Palli… Segera ke bandara!!”
“ Aish… kenapa ia tidak bilang kepadaku?” Jiyong masuk untuk mencuci mukanya dan mengambil jaket serta kunci motor.
“ Kau tak mandi dulu?”
“ Kelamaan eomma!! Mandi nggak mandi aku tetap tampan kan!!” Jiyong berlari keluar rumah dan mengendarai motornya menuju bandara Incheon.
Jiyong setengah berlari mencari keberadaan Eun Ra. Ditangannya tak lepas dari ponsel miliknya yang sedari tadi mencoba menghubungi Eun Ra.
“ Di mana dia?” Jiyong menajamkan penglihatannya untuk mencari Eun Ra ditengah keramaian.
“ Brukk!!” Jiyong tak sengaja menabrak seseorang yang berda dibelakangnya.
“ Ah, Jeosonghamnida!!” Jiyong menmbungkukkan badannya berkali-kali.
“ Jiyong-ah!!”
Jiyong menegakkan badannya melihat siapa yang tak sengaja ditabraknya.
“ Eun Ra!!” Sontak Jiyong memeluk Eun Ra dengan erat.
“ Hmmph.. Jiyong-ah!! Ak..khu gak bisa na..fas!!”
“ Ah, mian!! Pabo!!” Jiyong memukul kepala Eun Ra.
“ Wae??”
“ Kenapa kau tidak bilang kalau berangkat ke Paris hari ini???”
“ Mianhe, aku tidak ingin membuatmu sedih hehehe!! Tinggal lima menit lagi berangkat aku harus masuk!!” Eun Ra berjalan menjauh.
“ Tunggu!! Kenapa tidak besok saja? Setidaknya hari ini kau bisa bersamaku!!”
Eun Ra menatap JIyong.
“Jiyong-ah, kau tidak mandi??”
“ Eh, ssstt!! Kenapa kau bisa tahu??”
“ Tahulah, aku mengenalmu sejak dari bayi!! Hehe, tapi kau tetap tampan kok!!”
“ Tumben kau memujiku??”
“ Gak mau? Ya sudah!! Aku berangkat bye!!” Eun Ra berlari sambil melambaikan tangan. Tak lama kemudian bayangannya hilang beserta orang-orang yang berjalan kearah yang sama.
“ Bye..!! Harapanku ingin merayakan ulang tahunku kali ini bersamamu gagal!! Semoga ketika kau pulang, kita bisa pergi bersama!! Jaga dirimu baik-baik ya!!” Jiyong berbicara pada dirinya sendiri.

2011
“ Jiyong-ah!!” Eun Ra melambaikan tangannya didepan wajahku.
“ Hmmm!!” Aku tersadar dari lamunanku.
“ Lalu apa?”
“ Tidak apa-apa!! Ayo kuantar kau ke kamarmu!!!” Aku beridir meninggalkan dia yang masih duduk.
“ Yaaa!! Jiyong-ah kau tidak mau mengatakan padaku?” Ia berjalan menjajariku.
“ Iya.. memangnya kenapa? Kau akan marah?”
“ Nggak, aku lelah!! Aku mau istirahat!!” Eun Ra merentangkan tangannya.
“ Istirahatlah ini kamarmu!!” Aku membukakan pintu kamar yang tak jauh dari kamarku. Aku meletakkan barang-barang Eun Ra dan membuka tirai yang sengaja tadi ditutup.
“ Eun Ra, berapa lama kau disini?” Tanyaku lagi sambil menoleh ke belakangku. Ternyata dia sudah tertidur. Anak itu sangat klelah ternyata. Kubenarkan posisi tidurnya dan menyelimuti tubuhnya.
“ Jaljayo!! Eun Ra!!”Aku menutup pintu kamarnya dan pergi menjauh.
“ Eun Ra mana?” Tiba-tiba eomma sudah dibelakangku.
“ Akh..!! Eomma kau mengagetkanku saja!! Dia tidur, jangan diganggu!!” Aku mengusap dadaku yang terkejut.
“ Owh, ya sudah!! Nanti saja!!” Eomma berbalik kembali turun.

Aku baru sampai rumah setelah pergi kerumah temanku. Kudapati rumah dalam keadaaan sepi. Anak itu pasti masih tertidur. Eomma pasti sedang pergi.
“ Eun Ra!!! Kau dirumah?” Teriakku dari lantai bawah. Kutatap jam tangan ditanganku, pukul 10 malam. Aku berjalan menuju kamar Eun Ra.
“ Eun Ra!!” Aku membuka pintu kamar Eun Ra. Kosong.
“ Lho kok tidak ada? Kemana dia? “ Aku mencari orang-orang diseluruh rumah namun tidak ada yang aku temukan.
“ AH… sudahlah mungkin dia sedang pergi!!” Aku berbalik menuju kamarku. Kurebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Mungkin karena kelelahan lama-kelamaan mataku terpejam.

18 Agustus 2011
Kubuka mataku perlahan.
“ Pukul berapa sekarang?” Tanganku mencoba meraih ponselku.
“ 12 malam!!” Suara seseorang menjawab pertanyaanku. Semula aku tak menyadari suara itu namun tiba-tiba tanganku memegang sesuatu. Sebuah tangan, namun bukan tanganku.
“ Yaaa!! Siapa kau!!” Aku menarik tangan itu.
“ Yaaa..yaa..!! Ini aku!! Park Eun Ra!!”
Tanganku meraih tombol lampu dan kudapati Eun Ra sedang tersenyum jahil didepanku.
“ Ngapain kamu disini??” Aku memundurkan tubuhku hingga tepi tempat tidur.
Bukannya menjauh dariku dia semakin mendekat.
“ Yaa..!! Kau mau apa?”
“ Mau..!!”
‘BRUKK’ Suaranya terpotong karena aku yang terjatuh dari tempat tidur. Aku meringis kesakitan sambil memegang pantatku.
“ Eh, lagian kenapa pake menjauh segala aku cuma mengambil ini kok!!” Ia mengambil sesuatu dari meja yang tak jauh dari tempattidur ku.
“ Saengil.. chukahamnida.. Saengil chukahamnida.. Saranghaneun Jiyong-ah. Saengil chukahamnida..!!” Dia selesai bernyanyi dan menyodorkan kue diwajahku meminta meniup lilin. Aku hanya terdiam.
“ Yaa..!! Tiup lilinnya!!” Bentaknya Eun Ra. Reflek ku meniup lilinnya.
“ Kau ingat??”
“ Ingat apa?” Eun Ra berjalan berdiri menjajariku.
“ Ingat kalau hari ini ulang tahunku..!!”
“ Iya donk..!!”
Tiba-tiba kue yang dipegangnya mendarat di wajahku. Butternya memenuhi wajahku.
“ Aish… EUN RAAAA!!!” Dia telah berlari keluar namun sebelum keluar kamarku aku sudah menangkap tubuhnya.
“ Hahaha.. kau mau kemana Eun Ra????”
“ Yaaa.. Jiyong-ah..!! Lepasin!!”
“ Shieroo!!! Kau sudah mengganggu tidurku dan sekarang kau membuat kamarku dan wajahku penuh dengan butter.!!” Aku masih memeluk tubuhnya dari belakang sedang dia meronta untuk dilepaskan.
“ Aish.. Jiyong-ah aku cuma ingin membuat surprise untukmu!! Kau juga ingin kan kalau aku ada di ulang tahunmu kali ini!!”
“ EH…!!”
“ Iya kan? Kau mau aku disini!! Hehehe… “ Tawa jahilnya muncul lagi dan itu membuatku kesal. Aku benamkan wajahnya dibahunya sengaja membuat bajunya kotor.
“ Yaaa.. Jiyong-ah!! Kotor!! Wajahmu itu!! Aigooo!!”
“ Eun Ra!!” Panggilku serius.
“ Hmm!!”
“ Kenapa kau berada disini?”
“ Kau tidak mau??”
“ Serius, jangan bercanda!!”
“ Bukankah kau yang mau aku disini??”
“ Aku?”
“ Ne..!!! Aku disini untukmu!!”
Aku terdiam mendengar alasannya. Ia tak lagi meronta dan terdiam dibalik pelukanku.
“ Eun Ra, kenapa baru sekarang kau ada disini?”
“ Mianhe..!! Jika kamu menginginkan aku tidak berada disini, aku bisa pergi!!” Eun Ra mulai melepas pelukanku namun aku semakin erat memeluknya. Kedua tanganku mengunci agar ia tak bergerak.
“ Jebbal, kau tetap disini!! Jangan pergi lagi arra!! Aku tak mau ketiga kalinya kau meninggalkanku tepat di hari ulang tahunku!! No More Eun Ra!!”
“ Tiga kali? Bukahkan kita sudah 5 tahun tak bertemu?”
“ Ani… Pertama kau pergi ke Paris setelah kelulusan tepat 1 hari sebelum ulang tahunku padahal aku sudah mengatakan ingin mengajakmu pergi bersamamu!!”
“ Ah.. itu!! Kedua?”
“ Kedua, ketika kau datang kemari bersama dengan kepindahan keluargamu ke Paris!! Bukankah aku juga mengatakan untuk mengajakmu pergi malam itu?”
“ Yaaa..!!! Aku menunggumu hampir 5 jam ditempat biasa!!”
“ Eh!! Jinjja? Kau tak memberitahu padaku!!”
“ Yaa, kau tak membaca pesanku yang kutitipkan pada eomma?”
“ Pesan? Ani!! Eomma tak memberitahu apapun padaku!!”
“ Aku menunggumu di tempat biasa hampir 5 jam dan kau tidak datang!!”
“ Mianhe, aku tidak tahu!! Lagi pula paginya kau tiba-tiba menghilang tanpa berpamitan padaku!!”
“ Dipesan itu aku berkata, aku hanya punya waktu lima jam dan aku akan menunggumu ditaman biasa kita bertemu!! Tapi sampai 5 jam kau tak datang, aku harus segera ke Paris karena daedline tugas yang dipercepat.!! Lilinnya sampai meleleh menunggumu tak datang!!” Jelasnya sambil menundukkan kepala.
“ Mianheyo Eun Ra!! Pantas saja kau tak menjawab email dan teleponku selama berminggu-minggu!! Maka dari itu aku tidak ingin ketiga kalinya kau seperti itu lagi arra!!”
“ Hmm!!” Eun Ra mengangguk pelan.
“ Jawab pertanyaanku sekarang!!”
“ Mwo?”
“ Berapa lama kau disini?”
“ Maumu berapa lama?” Ia menoleh melihatku yang masih memeluknya dari belakang.
“ Eh? Mauku?”
“ Ne!! Maumu aku disini berapa lama?”
“ Berapa lama ya?”
“ Bagaimana jika selamanya?” Tawarnya.
“ Selamanya? Kuliahmu?”
“ Hahaha, Jiyong-ah aku sudah lulus!!”
“ EH? Kapan?”
“ 1 minggu yang lalu aku wisuda!!”
“ Jinjja!! Aku terima tawaranmu!!” Aku semakin erat memeluknya.
“Akh!! Aku tidak bisa bernafas!!”
Aku melepas pelukanku dan memutar kepalanya menghadapku.
“ Yaaa!! Kau pikir aku boneka!!”
“ Kau tak pernah protes ketika aku perlakukan seperti itu!!”
Aku menatapnya matanya. Dia yang kutatap menjadi salah tingkah.
“ Kau kenapa Eun Ra??”
“ Ani!!”
“ Kau benar tidak berpacaran dengan Seunghyun sunbae?”
“ Hmm!! Sudah kukatakan kemarin!!”
“ Bagus!! Bagimana kalau kau jadi yeojachinguku?”
“ Hah? Apa ini? Nggak romantis ah!!”
“ Eh,, aku tidak bisa Eun Ra!!”
“ Huu, shiero!!”
“ Kau tidak mau menjadi yeojachinguku?” Aku menundukkan kepala.
“ Jiyong-ah, dengar!!” Kedua tanganya memegang pipiku.
“ Sejak dulu sampai sekarang takkan berubah!!”
“ Kita tetap bersahabat maksudmu?”
“ Hahaha…!!” Dia hanya tertawa didepanku.
“ Yaa!!”
“ Jiyong-ah, dari dulu sampai sekarang!!” Dia menyentuh kedua mataku, hidung dan berakhir di bibir dengan jari telunjuknya.
“ Ini semua sudah kuanggap milikku!!”
Aku terkejut dengan ucapannya.
“ Maksudmu?”
“ Paboya!!” Eun Ra memukul kepalaku.
“ Jadi kau menyukaiku sejak SMA??”
“ Menurutmu?”
Aku sontak memeluknya dengan erat.
“ Hahaha, gomawo Park Eun Ra!!”
“ Hmm!!” Ia membalas pelukanku.
“Jangan pergi lagi arra!! Jangan pergi tanpa pamit lagi!! Jangan suka menghilang seperti jin lagi!! No More Eun Ra!!” Ingatku.
“ Siap!!”
“ Saranghaeyo Eun Ra!!” Bisikku ditelinganya.
“ Na doo Saranghaeyo Jiyong-ah!!” Balasnya.
Aku melepas pelukanku dan menatap matanya. Wajah kami saling berdekatan, matanya mulai terpejam.

“ Hmmm Hmmm!! Kalian sedang apa?” Suara seorang wanita dewasa mengagetkan kami.
“ Eomma!!” Jawab kami serempak. Kami sedikit menjauh dan menundukkan kepala.
“ Gawat!!” Bisik Eun Ra.
“ Kau tenang saja!!”
“ Ini gara-gara kau!!” Bisiknya lagi sambil menggenggam tanganku.
“ Kau tenang saja kan ada aku!!” Tenangku membalas genggamannya.
“ Aku harap tanganmu selalu seperti ini!!” Bisiknya lagi.
“ Tentu saja!!” Aku tersenyum padanya begitu juga dia.
Aku sudah menggenggam tanganmu dari dulu bahkan sampai nanti. Takkan kubiarkan kau pergi lagi. No More Eun Ra!!
                                                        ---The End---

Minggu, 23 Oktober 2011

Darkness Shine

Title                             :Shine in the Darkness
Author                         :Elaaistkangofu Thesistambul / Jung Seulrin
Length                         : tak terbatas....
Genre                          : Tidak terdefinisi...
Cast:
Jung Won Bin
Jung Seulrin
Il Woo
cast lain yg masih disamarkan...


PROLOG
Mentari telah hilang dari peraduannya tenggelam dalam gelap malam yang menjadi penggantinya. Sang bulanpun muncul menggantikan kedudukan sang pemberi sinar disiang hari. Kini bulan sang pemilik malam menjadi penguasanya. Malam kali ini tak sepekat malam-malam sebelumnya. Kepekatan malam berubah menjadi malam yang dipenuhi cahaya dari sang rembulan. Dan malam ini sang rembulan menampakkan tubuhnya yang utuh tanpa menutupi sedikitpun bagian tubuhya. Menambah keanggunannya sebagai penguasa malam kali ini.

Aku menatap langit malam yang berubah terang  di malam yang beberapa hari  yang lalu diliputi kepekatan malam. Sinarnya tak kalah terang dengan sinar yang kunikmati sekarang. Kunikmati? Kurasa tidak tepat jika kukatakan kunikmati namun mau tak mau itu harus. Sinar itu makin terang saat rembulan memancarkan sinarnya di malam ini.

“ Ini saatnya!!” Suara sang pengawas muncul dari sebelah kananku. Aku menatapnya tajam. Aku bisa melihat bayanganku dengan jelas dimatanya. Mataku lebih gelap dari malam-malam sebelumnya. Sangat kontras dengan sinar yang sangat terang muncul dari pergelangan tanganku.

“ Energimu sudah cukup sekarang tepat umurmu menginjak usia 18 tahun” Seorang laki-laki dengan wajah murung ikut menimpali pembicaran malam ini.

Kutatap dengan tajam pergelanganku, jika kutajamkan mataku akan nampak sebuah bentuk unik dibalik sinar ini. Burung Phoenix berekor merah dan emas dengan semburat hijau disana. Seekor burung Phoenix berkepala tiga.

“ Indah bukan?” Seorang wanita separuh baya merangkulku. Senyuman licik selalu menghiasi wajahnya yang telah dipenuhi garis-garis penuaan.
Aku tak menjawab pertanyaannya karena pertanyaan itu tak butuh jawaban dariku.

“ Tentu saja indah!! Apalagi dia telah menjalankan tugasnya mendahului usianya yang sebenarnya.!!!” Laki-laki berwajah murung tadi ikut menambahkan.

Mataku mengamati setiap sudut ruangan tempat aku berdiri bersama dengan beberapa orang yang tak pernah mau kusebut namanya. Ruangan ini terlihat sangat terang dengan 4 orang yang memilki sinar ditangannya masing-masing. Tentu saja jika keempat orang ini pergi, ruangan ini akan menjadi gelap gulita. Menjadi malam yang pekat. Kulihat pergelangan tangan kanan masing-masing orang yang berada ditempat ini.

Sang Pengawas memilki sinar yang sangat indah dipergelangan tangannya. Ada warna emas disetiap sinarnya. Pendar-pendar warna ungu muncul di sela-sela sinarnya. Orang ini memilki bentuk elang bermata emas dan berekor hijau dengan bias ungu disana.

Laki-laki berwajah murung memiliki sinar merah yang dapat menyakiti mata manusia normal. Pendar-pendar emas juga muncul disetiap sinarnya. Ikan Red Devil menghias dibalik sinar merahnya itu. Sangat sesuai dengan warna sinarnya.Sinarnya saja sudah mematikan apalagi jika sebuah racun keluar dari balik sinarnya yang mematikan itu.

Wanita yang memilki senyuman licik ini memilki sinar jingga dengan pendar biru disekelilingnya. Batu Blue Shapire menjadi bentuk yang dimiliki sinar ini. Aku tidak tahu kekuatan apa yang muncul dari balik sinar wanita ini karena wanita ini jarang menggunakan kekuatannya. Ia menyebut dirinya pendampingku tapi aku tak pernah merasakan keberadaanya. Aku selalu melaksakan semua kewajibanku sendirian.

“ Are You Ready honey??” Suara lembut dan terkesan bijaksana masuk kedalam ruangan ini. Tak ada sinar yang mengikutinya.
“ Appa!!” Aku membalikkan tubuhku dan melepas tangan wanita pemilik senyuman licik itu.
Aku memeluk erat tubuh laki-laki yang masih dibilang cukup  muda ini.
“ Lihat gadis itu, kepribadiannya berubah drastis saat bersama appanya!!!” Sang Pengawas berbicara ada tawa mengejek dibalik perkataan itu. Aku menatapnya tajam.
“ Bagaimana Seul Rin-ah??” Appa menatapku dengan lembut.
“ Already!!” Jawabku pendek.

Tak lama sebuah sinar paling terang muncul dari pergelangan appa. Appa memiliki kemampuan untuk mengendalikan terang redupnya sinar yang menjadi miliknya. Sinarnya sama seperti milikku hanya warna emas lebih mendominasi. Bentuk yang dimilikinyapun sama seperti milikku. Phoenix berekor merah dan emas dengan semburat hijau disana. Burung Phoenix berkepala tiga. Untuk satu darah memang memiliki bentuk dan warna hampir sama. Hanya warna mata yang membedakannya. Mataku berwarna hitam gelap dengan lingkaran emas didalamnya. Sedang appa memiliki mata berwarna perak dengan lingkaran emas disana.

Mataku mengamati satu persatu pergelangan orang diruangan ini. Kualihkan mataku kearah pergelangan tanganku. Kemampuan ini, sinar ini, tubuh ini tak pernah kuminta menjadi seperti sekarang.  Tubuh yang tak seharusnya dimiliki manusia biasa. Tubuh ini juga yang membuat eommaku meninggal. Eommaku yang merupakan manusia biasa menjadi korban pertama sinar dari pergelangan tanganku.

Manusia biasa yang melahirkan sosok berkemampuan sepertiku akan mati terkena akibat dari kekuatan yang muncul dibalik gambar Phoenix berkepala tiga di tanganku. Sedangkan untuk sosok sepertiku akan kuat sampai kapanpun.

Jika aku diberi pilihan maka aku akan memilih menjadi manusia biasa. Bukan manusia berkampuan aneh. Golonganku berada diluar system. Tubuh dan fisik seperti manusia namun kemampuan ini bukan manusia. Mana ada manusia memilki sinar mematikan ditubuhnya. Bermata aneh dari mata manusia lainnya. Berumur lebih panjang dari usia manusia. Berhenti tumbuh diusia 18 tahun. Dan hanya mati jika sinar ini meredup selamanya.

Seperti sekarang sinar ini muncul tanpa terkontrol saat puncak purnama. Dimana kekuatan kami berada di puncak dan memiliki energy penuh sampai tak ada habisnya.
“ Jika kau sudah siap mari kita pergi sekarang!!” Sang Pengawas membuka pintu yang berada dibalkon ruangan ini.
Wanita bersenyum licik dan laki-laki berwajah murung berjalan mengikutinya. Langkahnya terhenti dan membuka jalan untuk kami. Aku dan appa berjalan keluar ruangan ini. Sebagian ruangan menjadi gelap karena satu persatu cahaya menghilang.
“ Jump???” Tanyaku.
“ Tentu saja tidak, akan ada yang menjemput kita untuk hari spesialmu!!” Wanita pemilik senyuman licik berbicara sambil menjentikkan jarinya tiga kali dan selang beberapa menit kemudian. Sebuah hewan terbang berhenti didepan jendela.
“ Phoenix berekor merah!!” Seruku.
“ Ne, Ini milikmu Seulrin!!” Sambung Sang Pengawas.
“ Ini hadiah dariku DG!!” Laki-laki murung itu berbicara.
DG, Dark Girl!! Gadis bermata gelap.

“ Ne, Gomawo!!” Aku membungkukkan badan.
“ C’mon, jangan berlama-lama!! Ada yang sangat merindukanmu Seulrin!!!” Appa menarikku untuk menaiki burung Phoenix bertubuh sangat besar ini. Ukurannya melebihi naga yang dimiliki orang itu.

Aku dan appa menaiki hewan ini sedang ketiga orang itu telah menghilang dari pandanganku. Ruangan tempat kami berkumpul berubah gelap. Semua yang ada disekitar ruangan ini mulai meredup dan kembali hitam pekat. Aku sudah menduga mereka pasti melompat. Bukan melompat biasa. Dengan sekali berpikir mereka akan tiba ditempat tujuan. Karena golongan kami hampir menyerupai Jumper.

“ Seul Rin-ah, sudah waktunya dan pilihan-pilihan itu telah menghilang!!” Suara Appa yang berat terdengar dibali deru angin akibat kecepatan burung yang aku tunggangi.
“ Arrasseo appa.!!! Ketika usiaku mencapai 17 tahun pilihan itu telah menghilang lebih awal dari ketentuan sebenarnya.!!”
“ Baguslah kau sudah mengerti!! Bagaimana hubunganmu dengan laki-laki itu??”
“ Pendampingmu??” Pendamping adalah orang yang selalu berada disisi orang-orang seperti kami. Di golongan kami ada beberapa orang yang memiliki kedudukan tinggi harus memiliki pendamping dalam melakukan tugasnya, dan pendamping itu memiliki kekuatan yang hampir sama dengan orang yang didampinginya.

“ Ne, namja itu!!”
“ Kurasa kau akan tahu nanti!!” Aku tersenyum samar dibalik mata gelapku yang semakin gelap karena bulan telah berada di garis batas puncak malam.

Tiba-tiba tubuh kami tersentak. Phoenix ini menukik kebawah menuju sebuah gedung yang lebih menyerupai kastil dengan kecepatan penuh. Tanganku mengenggam erat tangan appa.
“ Sudah tiba!!” Suara appa membuatku membuka mataku.

Dengan cepat kedua mataku mampu beradaptasi dengan tempat yang penuh cahaya. Cahaya dari masing-masing pergelangan tangan tamu yang hadir di gedung ini.
“ Won Bin ssi, anda telah ditunggu!!” Orang bertudung kerucut menghampiri kami dan meminta appa untuk bertemu dengan seseorang. Appa menoleh kepadaku seolah meminta izin, aku menganggukkan kepala.

Sepeninggal appa aku berjalan menuju balkon gedung ini yang menghadap kearah laut. Dari balkon ini terlihat jelas laut yang gelap memantulkan sinar rembulan yang bersinar dengan anggunnya di langit malam. Aku bisa merasakan energy rembulan yang menerpa kulitku. Sekilas mataku melihat pergelangan tanganku. Sinar itu berpendar. Kutajamkan mataku melihat sinar yang berpendar dari pergelangan tanganku.

Aku tak pernah meminta ini. Aku tak mau menjadi seperti ini. Namun ini tak pernah bisa aku tolak dan lepas begitu saja. Dari aku menghirup nafasku pertama kalinya aku telah ditakdirkan menerima ini semua. Umur ini, fisik ini dan pergelangan tangan ini. Pilihan tak ada lagi dihidupku, dan aku hanya menjalani apa yang telah digariskan untukku.

“ Kau melamun lagi?” Suara namja yang sangat kukenali. Aku menoleh kearah suara. Namja itu tersenyum menatapku mata perak kemerahannya semakin terihat jika diterpa sinar rembulan. Kutatap sinar yang muncul dari pergelangan tangannya. Sinar itu berwarna merah keemasan seperti warna api. Api yang keluar dari mulut seekor naga. Ya bentuk symbol ditangannya adalah seekor naga dengan garis-garis keemasan di tepi tubuhnya.

“ Yaa!! Jangan melamun jika berada didekatku!! Akan semakin gelap matamu itu!!”
“ Bukankah itu memang warnaku!! Dark!!” Jawabku dingin.
“ Seul Rin-ah!! Apa aku berbuat salah? Kenapa kau dingin sekali?” Namja ini memelukku. Melindungi tubuhku dari angin malam yang tertiup dari laut.
“ Il Woo-ah!!! Apa kau selalu menyalahkan dirimu saat aku bersikap dingin?”
“ Karena itu, jangan bersikap dingin lagi kepadaku Arraseo!!” Il Woo mengacak-acak rambut emasku.
“ Jika kau ingin aku tak bersikap dingin kepadaku, sekali-kali meminta izinlah kepada appa untuk meluangkan waktumu demi aku!!”
“ Baiklah, malam ini aku untukmu!! Ini malammu kan? Semua orang tahu itu dan kau punya hak prerogratif disini!!”
“ Masihkan menggunakan hak itu untuk memintamu menemaniku malam ini?”
“ Anieyo!! Aku yang akan memberikannya!!” Dia mencium keningku dengan lembut.
“ Hmmm!!” Suara dehaman orang yang kami hormati membuat kami saling menjauh dan memberikan tanda hormat.
“ Seul Rin-ah, sudah waktunya!!”
“ Ne, appa!!” Aku berjalan  disampingnya dan mengikuti arah kakinya berjalan. Il Woo mengikuti kami berdua, sesekali tangannya bermain dijari jemariku yang bebas.

Kami tiba disebuah ruangan yang tak jauh dari balkon tempat aku berdiri. Terlihat wanita pemilik senyuman licik, laki-laki berwajah murung dan sang pengawas telah berdiri disana menunggu kedatangan kami.

Il Woo memisahkan diri dari kami dan berdiri bergabung dengan ketiga orang tersebut. Serempak mereka menganggukkan kepalanya. Aku dan appa berdiri sejajar dengan mereka. Aku berdiri diantara Il Woo dan appa. Tampak appa memberikan tanda dan membuat orang-orang disampingku saling bergandengan tangan. Il Woo tersenyum kearahku dan menawarkan tangannya. Aku menggenggam tangannya dengan erat begitu juga appa menggandeng tanganku yang lain.

Dengan sekali melangkah sebuah sentakan keras menerpa tubuh kami berenam dan dalam hitungan detik kami telah tiba ditempat yang berbeda.

Mataku menatap sekeliling. Tempat ini adalah kargo sebuah pelabuhan. Disisi kanan dan kiri terdapat besi-besi tempat penyimpanan barang. Tempat ini gelap namun sekarang lebih terang dengan kedatangan kami berenam.

“ Ini waktumu Seul Rin-ah!!” Wanita pemilik senyuman licik mendekatiku dan menarikku keluar dari barisan.
Kami berjalan masuk kedalam sebuah gudang. Langkah kami seolah tanpa suara. Sebenarnya aku tak suka jika dibimbing aku lebih suka dibiarkan berangkat sendiri karena aku bisa bergerak sesuai hati. Tapi malam ini berbeda. Keempat orang lainnya mengikutiku dari belakang.

Baru beberapa langkah dari arah berlawanan muncul orang berjaket hitam siap menyerang kami. Kami tetap melangkah seolah tidak ada penghalang dihadapan kami. Mereka semakin mendekat dan mulai menyerang kami namun dengan sekali gerakan dari tangan kami masing-masing tanpa menyentuh tubuh mereka kami bereenam dapat melempar tubuh mereka ke udara.

Kami tetap berjalan menuju tempat tujuan kami meski beberapa orang maju menyerang kami. Aku dapat menghalau orang-orang yang akan menyerang kami dari sisi depan tanpa bantuan wanita pemilik senyum licik disampingku. Il Woo melindungi appa dari sisi sebelah kanan sedang laki-laki berwajah murung melindungi appa dari sisi kiri. Sang pengawas hanya berdiri dibelakang ayah tanpa melakukan penyerangan. Seperti namanya ia hanya seorang pengawas. Kami tak perlu mengeluarkan racun dari pergelangan kami masing-masing. Kami hanya menyentakkan energy dari tangan kami untuk melawan orang-orang yang menyerang kami. Membuat tubuh penyerang terlempar ke udara dan jatuh ke tanah dari ketinggian yang tak sedikit.

“ Keunmanhe!! Biarkan Seul Rin yang melanjutkan tugasnya malam ini.!!” Suara appa terdengar lebih keras membuat semua gerakan kami terhenti.
“ Il Woo, bantu Seul Rin!!” Sekali lagi appa memerintah.
“ Tapi.. Aku pendampingnya!!!” Wanita pemilik senyum licik merangsek maju mendekati appa. Terlihat di matanya jika wanita itu sedang marah.
“ Kau tidak melaksanakan tugasmu sebagai pendamping Seul Rin dengan baik!! Setelah ini akan ada penggantimu. Berdiamlah disini!!” Appa menatap wanita itu dengan tajam. Siapapun yang menerima tatapan tajam itu tak kan mampu membantahnya.

Il Woo membungkukkan badannya di hadapan appa dan segera berjalan mendekatiku.
“ Kajja!!” Il Woo mengarahkan tangannya kedepan mempersilahkanku maju untuk masuk kedalam gudang yang lebih gelap.
Aku tersenyum seraya melangkahkan kakiku kedepan.
“ Aku untukmu mulai saai ini!!” Il Woo membisikkan ditelingaku, aku tersenyum tipis.
“ Sebaiknya kita selesaikan tugas ini. Konsen……” Suaraku menggantung di udara. Kulihat Il Woo merangsek maju melindungiku dari depan. Sedetik kemudian aku melihat seseorang melayang setelah Il Woo berdiri didepanku.
“ Kau yang harusnya konsentrasi Seul Rin!!” Il Woo menggodaku namun matanya tetap melihat kearah depan dimana beberapa orang berpenampilan sama akan menyerang kami.

Tangan kananku bergerak bebas mengikuti gerakan orang-orang yang mulai berdatangan. Disusul suara dentuman keras saat tubuh sang penyerang jatuh kelantai.
“ Gerakanmu sangat indah Seul Rin!!” Il Woo berbisik kembali.
“ Kau Juga!!” Aku tetap konsentrasi dengan gerakanku agar pertahanan kami tidak lemah.

Semakin masuk kedalam, orang-orang yang menyerang kami semakin sedikit namun kekuatan mereka tidak bisa diremehkan. Aku perlu mengeluarkan energy sedikit lebih besar untuk mengalahkan satu orang.

Sekarang aku juga menggerakkan tubuhku dengan kaki-kakiku. Untuk mengalahkan sang penyerang kali ini aku tak bisa mengalahkan dari kejauhan aku perlu maju untuk mengalahkannya. Sentakan energy dari pergelanganku aku kolaborasikan dengan gerakan-gerakan untuk menghindari serangannya.

“ Kau tak bisa menyerang tuan kami!!” Sang penyerang tersenyum licik dan melancarkan pukulannya dan tendangan kakinya. Dengan gerakan cepat aku bisa menghindari semua serangan itu . Bahkan mungkin gerakanku tak dapat terlihat oleh laki-laki didepanku karena kecepatanku melebihi manusia biasa.

“ Jangan bergerak!! Aku bisa menyerangmu!!” Suara sang penyerang terdengar nyaring.
Bodoh mana mungkin musuhmu akan menuruti perkataanmu!! Aku berhenti tepat dibelakangnya.
“ Aku sudah berhenti!!”

Sang Penyerang itu membalikkan tubuhnya dan siap menyerangku namun baru dia akan mengangkat tangannya aku telah menyentakkan energy dari tanganku hingga dia terdorong kedinding 5 meter dibelakanganya. Dengan sekali melangkah aku telah tiba di hadapannya. Jump, itu yang kulakukan. Cukup membayangkan tempat tujuanku aku akan tiba ditempat itu sejauh apapun jarak yang kutempuh dengan waktu sesingkat mungkin.

“ Kau terlalu membuang waktuku!!”  Aku maju mendekati wajahnya. Tanganku mencengkeram lehernya yang jenjang.  Tanpa memerlukan energy yang besar kuangkat tubuh sang penyerang. Kedua tangannya mengenggam tanganku yang menekan lehernya ke dinding dibelakangnya.

“ Katakan padaku apa aku wanita tercantik yang kau lihat?”
“ Kau!!!”
“ Katakan!!” Aku semakin menekan lehernya.
“ Ne,  kau wanita tercantik yang kulihat!!”
“ Bagus!! Turuti apa yang kukatakan!!” Aku menurunkan tubuhnya dan mengendorkan gengamanku.
“ Sekarang kau masuk dan katakan pada tuanmu jika kami telah pergi dan kau menang!!”

Aku merapikan jasnya dan tersenyum lembut pada laki-laki didepanku.
“ Ne..!!” Laki-laki itu pergi dan masuk kedalam sebuah ruangan. Aku tersenyum melihat laki-laki itu masuk.
“ Kau membuatku hampir membunuh laki-laki itu Seul Rin?” Tiba-tiba Il Woo telah berdiri disampingku. Ada kemarahan di matanya.
“ Waeyo??”
“ Jika ini bukan ide licikmu aku sudah membunuh laki-laki tadi!!” Il Woo berjalan menjauhiku. Menyusul langkah kaki laki-laki sang penyerang tadi.
“ Kau cemburu??” Aku menjajari langkahnya.
“ Akan kubunuh laki-laki tadi!!!”
Aku mengenggam tangannya dengan lembut. Dia berhenti dan menatapku.
“ Ini malamku, biarkan aku yang melakukannya!! Akan kutunjukkan padamu!!!”
“ Baiklah!!”

Aku maju meninggalkan Il Woo. Tak lama kemudian Il Woo telah berada disampingku kembali. Kami berhenti dan mengamati dari kejauhan laki-laki sang penyerang yang sedang menemui tuannya.

Sesekali sang penyerang menoleh kearah belakang dan tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumannya seraya melirik Il Woo yang ada disampingku. Matanya menyala merah, dia marah. Aku genggam tangannya.

“ Tuan mereka telah mundur!! Kita menang” Sang penyerang berbicara pada orang yang duduk membelakanginya.
Beberapa menit hanya keheningan yang mengisi ruangan ini.
“ Baguslah!!” Tiba-tiba laki-laki yang dipanggil tuan oleh sang penyerang berdiri dan berjalan mendekati sang penyerang.
“ Apa kabar!!” Aku telah berdiri di samping sang penyerang. Dapat aku lihat ada ketakutan di mata sang tuan itu. Dia melangkah mundur hendak melarikan diri namun Il Woo telah berdiri disampingnya merangkul bahu sang tuan dan tersenyum licik.

“ Anda mau kemana??” Il Woo menekan bahu sang tuan. Kini seluruh ketakutannya terpancar jelas di wajahnya.
Aku melirik sang penyerang yang tersenyum melihatku telah berada di sampingnya. Tangannya menyentuh pinggangku dan memainkan jemarinya disana. Aku melihat Il Woo, matanya bersinar merah terang. Dia marah. Tangannya mengepal siap maju menyerang sang penyerang.

“ Gomawoyo sang penyerang!!” Aku membalikkan tubuhku menatap sang penyerang. Kedua telapak tanganku menyentuh wajah sang penyerang. Aura diruangan ini berubah drastis. Il Woo marah. Sinar ditanganya semakin membesar.

“ Kau telah melakukan tugasmu dengan baik!!” Aku melingkarkan tanganku dilehernya dan dengan gerakan cepat aku menekan lehernya tepat di pusat pernafasan. Sang penyerang berusaha melepas tanganku namun kekuatanku lebih besar darinya.

‘KRAAKKK!!’ Aku memutar kepalanya hingga mematahkan lehernya. Seketika nyawanya telah meninggalkan raga yang masih berada didekatku. Belum puas, aku angkat tubuhnya dan melemparkannya ke udara.
‘Brakk!!’ Tubuhnya jatuh diatas tumpukkan besi yang berada di ujung ruangan ini.

“ Bagaimana???” Tanyaku pada Il Woo yang tersenyum puas melihat sang penyerang telah mati ditanganku.
“ Kau cukup pandai memainkan emosiku!! Ini waktumu!!” Il Woo melepaskan sang tuan dan mendorongnya maju kearahku.
“ Kini giliranmu tuan!!!” Aku tersenyum.
“ Tolong jangan sentuh saya!!” Sang tuan memohon kepadaku. Aku hanya tersenyum tipis.
“ Aku takkan menyentuhmu tuan!!” Sinar ditanganku semakin besar. Membentukkan bola sinar ditelapak tanganku. Sang tuan melangkah mundur ketakutan.
“ Tak usah takut padaku tuan!! Ini tidak menyakitkan akan kubuat kau mati dengan tenang!!” Aku mendekati sang tuan. Bisa kurasakan warna mataku berubah menjadi lebih gelap.  Sinar keemasan bercampur warna hijau toska. Ada semburat keperakkan disana.

“ Jangan terlalu lama bermain main Seul Rin!!” Il Woo mengingatkan.
“ Akan kulakukan sekarang!!!” Kuangkat tangan kananku dan kuarahkan ke wajah sang tuan.
“ Say Goodbye!!!” Seruku bersamaan dengan membesarnya sinar di pergelangan tanganku. Sinarnya semakin besar memenuhi ruangan dan berfokus pada tubuh sang tuan. Dalam beberapa menit sinar itu melingkari tubuh sang tuan.

Aku berjalan menjauhi ruangan itu. Il Woo menyusulku dan melingkarkan tangannya di bahuku.
“ Hana, Dul, Seis!!” Il Woo menghitung dan dihitungan ketiga sebuah dentuman keras muncul dari arah belakang kami.

Sinar putih keluar dari ruangan itu. Bisa kurasakan tubuh laki-laki itu telah melemas dan mengering. Energy laki-laki itu terhisap habis oleh sinar dariku dan mengalir dalam tubuhku. Kupastikan esok akan ada berita bahwa ditemukan sebuah mayat yang telah mengering, hanya tertinggal tulang dan kulit yang menyelimutinya.

“ Chukkahamnida!!” Seru Sang pengawas yang telah berada dihadapan kami. Appa tersenyum banga padaku. Laki-laki berwajah murung bertepuk tangan tanpa merubah ekspresinya. Wanita pemilik senyuman licik maju mendekatiku dan menepuk bahuku.

“ Kerja bagus Seul Rin-ah!!”
“ Sudahlah mari kita kembali!!” Appa menengahi sedikit perayaan ini. Semuanya terdiam dan mengikuti perintah appa hanya Il Woo yang masih terdiam sambil menggenggam tanganku.
“ Waeyo???”
“ Kupenuhi janjiku tadi!!”
“ Janji?”
“ Kau lupa? Akan kutemani kau malam ini!!” Il Woo membungkukkan badannya. Aku tersenyum geli.
“ Baiklah, kemana kita akan pergi?”
“ Tempat favoritmu!!” Il Woo kembali melingkarkan tangannya di bahuku.
“ Tunggu!!” Tiba-tiba appa dan ketiga orang tadi telah berdiri dihadapan kami.
“ Waeyo appa???”
“ Seperti yang kukatakan tadi akan kuberi pendamping pengganti!!”
Kulihat wanita pemilik senyum licik itu. Wajahnya memperlihatkan kemarahan.
“ Siapa dia appa??”
“ Dia!! Il Woo ssi!! Dia yang akan menjadi pendampingmu!!”
Aku menatap Il Woo. Kami saling menatap heran mendengar keputusan appa yang baru saja kudengar.
“ Tapi, dia  kan pendampingmu??”
“ Aku tak mau memilki pendamping yang lebih menyukai untuk berdekatan dengan orang lain!!”
“ Mianhamnida tuan!!” Il Woo membungkukkan badannya.
“ Gwenchana, cukup kau bayar dengan menjadi pendamping anakku!! Jaga dia apapun yang terjadi! Jadi aku tak perlu mencari cari kemana perginya pendampingku saat aku membutuhkannya!!” Appa tersenyum seraya meninggalkan kami.
“ Tapi appa, bagaimana dengan pendampingmu???”
“ Dia akan menjadi pendampingku!!” Appa menunjuk laki-laki berwajah murung itu. Kurasa cocok karena kekuatan yang dimiliki laki-laki berwajah murung itu tak perlu kuragukan lagi.
“ Baiklah, selamat bersenang-senang anakku!!” Selesai berkata appa menghilang dari pandangan kami. Jump!!!
“ Kurasa appa menyetujui hubungan kita??” Il Woo membelai rambut ikalku yang bewarna emas keperakan.
“ Hmm, kau senang??”
“ Tentu saja!! Bukankah kau juga iya???”

Aku tersenyum dan berjalan meninggalkan dia.
“ Kajja!!” Il Woo menarikku dan dengan sekejap kami telah berpindah tempat.
Sebuah tanah lapang dengan pohon-pohon mengintari kami. Mataku menangkap sosok binatang tinggi besar.
“ Nagamu??” Tanyaku.

“ Ne!! Kita akan pergi bersamanya!!” Il Woo tersenyum dan mengangkat tubuhku. Satu detik kemudian kami berada di atas seekor naga merah dengan garis emas ditepinya. Aku duduk didepan Il Woo yang telah duduk melingkarkan tangannya di pinggangku.

“ Kau ingat apa yang pernah kau katakan padaku??”
“ Perkataan? Yang mana??”  Tubuh kami tersentak karena sang naga telah perlahan terbang ke langit menembus malam.
“ Kau pernah berkata jika kau hidup tanpa pilihan!!”
“ Geurre! Memang aku hidup tanpa bisa memilih!!”
“ Kau salah!! Kau baru saja melakukan pilihan!!”
“ Apa itu??”
“ Kau telah memilihku untuk menjadi pendampingmu!!”
“ Pendamping?? Bukankah appa yang memilihnya?”
“ Bukan pendamping itu yang kumaksud!!! Tapi pendamping hatimu!!”
“ Ah, kau!! Aku baru sadar ternyata aku telah memilih!!”
“ Gomawo!!” Il Woo mencium keningku dengan lembut.
“ Il Woo-ah!! Umurku telah mencapai 18 tahun dan sebuah hadiah telah aku terima dari appa!!”
“ Hadiah? Apa itu??”
“ Aku bisa hidup normal!!”
“ Maksudmu??”
“ Kita akan hidup bersama manusia!!”
“ Bukankah itu sangat sulit??? Kau tetap harus menjalankan tugasmu!! Dan kau akan hidup di dua dunia!!”
“ Bukankah itu tugasmu untuk membantuku?? Kita akan menjalani kehidupan yang lebih menantang!!”
“ Hhh..!!” Il Woo mendesah sambil membenamkan kepalanya di bahuku.
“ Waeyo??” Aku menyentuh rambutnya.
“ Itu yang kutakutkan!!”
“ Apa?”
“ Kau akan tahu apa yang kutakutkan jika kau benar-benar menjalani kehidupan itu!!”
“ Il Woo-ah!! Kau tetap menjadi pendampingku arra!!” Aku meyakinkannya.
“ Semoga!!” Il Woo menatap lurus kedepan. Ada kekecewaan yang kurasakan dari auranya.
“ Percayalah padaku!!”

Il Woo tetap terdiam seakan menikmati angin yang meniup rambut kami. Malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Pekat namun cahaya itu masuk dalam hatiku dan mempersiapkan diri untuk kehidupan sesungguhnya. Seperti apa kehidupanku dengan dua dunia yang harus aku jalani??

Aku menatap kearah bawah. Cahaya-cahaya kecil dibeberapa titik membuat keindahan tersendiri bagi manusia-manusia yang melihatnya tapi bagiku cahaya itu bukan apa-apa. Ada cahaya yang lebih terang dan indah bahkan terlalu menyakitkan yang lebih dahsyat efeknya ketimbang cahaya-cahaya kecil dibawah.

Dibawah sanalah manusia-manusia itu tinggal. Meski kami terlihat tinggal bersama sebenarnya tidak. Kami tiggal didunia yang berbeda tapi bagi kami dunia kami bersatu namun hanya kami yang bisa melihat mereka dan mereka tidak tahu keberadaan kami. Dan sebentar lagi aku akan menyatu bersama mereka hal itu juga yang ditakutkan laki-laki yang tengah memelukku erat ini. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ia takutkan. Aku hanya bisa menunggu sampai waktunya tiba.



TBC

RCL yach.. ^^
WebRepOverall rating