Ini dia Snowing eps 5..mian lama ya.. hehehe ^^..
Ringkasan pasrt sebelumnya
Ponsel Helen berbunyi.
“ Ponselmu!!” Ujar Jiyong mendongakkan kepalanya.
“ Arraso!! Kurasa aku harus pergi dulu!!!” Helen beranjak pergi meninggalkan Jiyong. Jiyong hanya terdiam melihat Helen yang berlari menuju mobilnya.
‘Kau lihat!! Dia gadis itu? Kau kenal?’ Jiyong menoleh keselah kirinya. Seorang gadis yang sama masih berdiri disana.
Tersenyum pada Jiyong
“ Kau sudah datang!!” Seru Daesung saat Helen memasuki ruangan yang sama saat pertama bertemu kemarin.
Beberapa menit kemudian Seung Hyun, Taeyang dan Rida datang.
“ Baiklah kalian masuk dalam van yang telah disiapkan.!! Perintah selanjutnya akan kalian terima saat masuk van.” Daesung pergi setelah mengatakan itu.
Seung Hyun dan Helen saling memandang. Dari matanya tersirat ‘ Kejutan apa yang menanti kita?’
“ Kajja!!” Seru Taeyang dan Rida hampir bersamaan.
Mereka menuju van yang telah disiapkan ditempat parkir. Van mereka saling bersebelahan.
“ Chagy..!! Hati-hati ya!!” Ucap Rida manja.
“ Ne, kau juga!!” Balas Taeyang.
“ Aish… PALLI!!” Seru Helen kesal.
“ Lihat, ada yang iri!!” Timpal Rida.
“ Yaaakk!!!” Teriak Helen sambil masuk van.
Didalam van sudah ada seorang laki-laki separuh baya sedang berhadapan dengan computer.
“ Baiklah, kau Helen pakai pakaian di tas itu!” Perintah laki-laki itu.
“ Ne!!” Jawab Helen.
Helen berbisik pada Teyang.
“ Nugu?”
“ Victor!! Tak perlu kujelaskan tugas dia kan?”
“ Ne, aku baru melihatnya sekarang!!”
“ Tentu saja, kau vakum 2 tahun!!”
“ PALLIIII!!” Teriak Victor.
“ Disini??”
“ Ok, we are quit now!!” Jawab Victor sambil keluar van bersama Taeyang.
“ Yaaa, sudah sepuluh menit!!” Teriak Victor sambil menggedor pintu van.
Helen membuka pintu van.
“ Howaaaa!! Siapa gadis ini? Bukan Helen?” Ungkap Taeyang kagum.
Dihadapan Taeyang sekarang adalah gadis anggun yang menggunakan setelan jas hitam dengan rambut diikat dibelakang. Dandanannya berbeda dengan dandanan Helen tadi yang notabene tanpa make up.
“ Yaa!! Don’t do this!!” Teriak Helen.
“ Ah, tetap Helen yang galak!!”
‘Plakk’ Helen memukul Taeyang.
“ Gunakan ini!!” Seru Victor sambil menyerahkan earphone dengan design yang berbeda. Ukurannya lebih kecil dan cara penggunaanya tinggal dimasukkan dalam telinga. Helen menuruti perintah.
Mobil van jalan menuju tempat tujuan.
Mobil van telah sampai disebuah gedung yang cukup ramai.
“ Masuk dan ambil barang yang disimpan diruangan itu!!” Perintah Victor sambil menjelaskan rute yang harus dilalui Helen.
Helen telah menggunakan semua peralatan dengan rapi, jangan sampai petugas keamanan tahu. Helen kini menyamar sebagai pegawai gedung ini.
Dengan langkah panjang Helen masuk dalam gedung. Pemeriksaan keamanan di pintu masuk aman. Penyamaran Helen berhasil. Dengan ketelitiannya dalam mengamati sesuatu, dalam beberapa detik saja ia tahu diamana letak cctv yang ada digedung lantai satu ini.
“ Naik ke lantai dua!!” Perintah Victor dari earphone yang Helen gunakan.
Helen naik ke lantai yang diintruksikan. Beberapa penjaga yang turut menyamar dapat Helen identfikasi.
“ Lakukan dengan hati-hati!!” Perintah Victor.
Helen berjalan dengan percaya diri, bersikap seolah dia benar-benar pegawai gedung ini.
Helen berjalan menuju sebuah ruangan yang dilindungi oleh dua orang berpakaian hitam.
“ Gunakan senjatamu!! Pakai peredam!!”Perintah Victor. Tanpa Visctor perintahpun Helen telah mempersiapkan senajatanya.
“ Dor…dor!!” Dua tembakan untuk dua orang penjaga.
Karena ruangan ini berada diujung gedung maka Helen dapat leluasa bergerak.
“ Masuk ruangan itu!! Kau tahu bagaimana cara mematahkan paswordnya?”
Helen hanya tersenyum. Dikeluarkanya ponsel miliknya dan dihubungkan ke tombol password. Dengan aplikasi khusus yang dimiliki ponselnya. Pasword itu dapat diketahuinya dengan mudah.
“ Tut..Tut” Kunci terbuka dan Helen dapat masuk dengan mudahnya.
“ Hati-hati infrared!!” Victor mengingatkan. Helen mengguankan kacamata khusus yang dapat melihat infrared.
“ Woaaa, rumit!!” Seru Helen pelan saat melihat garis-garis berwarna merah memenuhi ruangan itu.
“ Kau bsa?”
“ Ne,,”
Dengan kemampuannya. Helen menghindari infrared yang melintang.
Helen sampai diepan sebuah brankas!!
“ Gunakan cara yang sama dengan kau membuka pintu!!"
Tanpa menunggu lama Helen melakukan hal yang sama.
“ Karena sistemnya lebih rumit maka aku baru dapat membacanya setelah 20 menit!”
“ Mwo??? Tak ada cara lain?”
“ Ani!!”
“Baik aku akan mengulur waktu.!!” Ujar Victor. Victor meraih ponsel miliknya dan menghubungi seseorang.
“ Ulur waktu!! Lepaskan saja sekarang!!” Perintah Victor.
“ Sekarang!!” Perintah Renald pada Seung Hyun yang tengah merangkai senjata laras panjang.
Seung Hyun diperintah menembak seseorang dibawah sana, diseberang gedung tempat Seung Hyun berada.
‘Lauching of new medicine!!’ Itu yang Seung Hyun baca dari spanduk terpampang disekitarnya.
“ Perhatikan mobil yang akan masuk area gedung!” Perintah Renald pada Rida yang bertugas mengamati kondisi tempat sasaran.
Jiyong memasuki gedung tempat launching obat baru ayahnya akan dilaksanakan. Beberapa wartawan telah menunggu diluar gedung dan didalam ruangan tempat Launching dilaksanakan.
‘Kenapa juga aku disini?’ Batin Jiyong. Jiyong berjalan menjauhi ruangan tempat launching.
“ Anda datang juga!!!” Sapa Shin Wan Tae.
“ Kau Ahjussi!! Sebaiknya kau diam!!” Ujar Jiyong dingin sambil berlalu meninggalkan Shin Wan Tae.
Jiyong berjalan kearah lantai dua.
‘Banyak penjaga!!’
Tanpa Jiyong sadari ada sebuah suara tembakan dari ujung ruangan. Jiyong yang memiliki ketajaman pendengaran lansung berlari kearah suara.
“ Bisa!!” Seru Helen setelah berhasil memecahkan password brankas..
“ Palli!! Ada yang akan datang.!!” Victor mengingatkan.
Helen bergegas mengambil isi dari brankas itu.
‘ Hah? Sebuah berkas?’
“ Palli!!” Teriak Victor di earphone.
Helen berlari kearah pintu keluar.
“ Ya… Helen-ah Palli!!” Suara Taeyang menggantikan suara Victor.
“ Yaaak!! Siapa kau?” Sebuah teriakan memecahkan konsentrasi Helen.
“ Gawat!” Ucap Helen perlahan. Sontak Helen menoleh.
‘Jiyong??’ Batin Helen. Helen menatap Jiyong sambil mengarahkan senjatanya kearah Jiyong.
Jiyong melihat dua orang penjaga yang telah lumpuh di tangan gadis yang dijumpainya.
Mereka saling menatap.
‘Apakah dia mengenaliku?’ Hati Helen berbicara.
“ Dor..Dor!!” Suara tembakan dibelakang Jiyong membuat Jiyong punya kesempatan mengambil senjata milik penjaga yang terjatuh didekat kakinya.
Jiyong mengarahkan senjatanya kepada Helen.
‘ Apa?’
Helen cukup sulit berkonsentrasi saat Jiyong mengerahkan senjatanya pada dirinya.
‘ Apa dia mengenaliku?’
“Pabo!!” Seru Taeyang yang datang dengan menggunakan masker.
“ PALLII!!!” Teriak Teyang sambil menembakkan peluru kepada Jiyong sehingga senjata yang dipegangnya terjatuh.
“ Kau?” Helen menoleh pada Taeyang yang menariknya pergi.
“ Pabo!! Kau mau ketahuan?”
Helen hanya terdiam.
“ Kau menembaknya?”
“ Aku hanya menembak senjatanya suapaya terjatuh, kau tak usah khawatir!!” Jawab Taeyang sambil berlari.
“ Sasaran telah turun dari mobil!!” Seru Rida.
“ Sekarang!” Tegas Renald.
Seung Hyun mengarahkan senjatanya ke laki-laki yang baru saja turun dari mobil.
Setelah memastikan tepat sasaran. Seung Hyun menarik pelatuk senjatanya dan dengan sekali tembak, peluru itu berhasil mengenai tepat didadanya sebelah kiri yang mengarah ke jantung laki-laki itu. Orang-orang disekitarnya panic dan segera membantu korban .
“ Bagus!! Ayo kita segera pergi” Seru Renald.
Seung Hyun membereskan senjatanya.
‘Sepertinya aku pernah melihat laki-laki itu?’
“ Tuan, Gwencana?” Tanya Shin Wan Tae yang datang menolong Jiyong.
“ Ne!!, Kau dengar barusan? Ada suara tembakan dari luar!! CEPAT PERIKSA!!”
“ Ne!!” Bersamaan dengan itu ponsel Shin Wan Tae berbunyi.
“ Ne!!”
“ Mwo?” Mimik wajah Shin Wan Tae berubah membuat Jiyong cemas.
“ Waeyo?” Jiyong mulai cemas.
“ Ayahanda!!”
“ Apa katamu!!” Jiyong segera berlari keluar.
Kondisi gedung tempat launching obat baru milik perusahan YG kacau. Kejadian penembakan itu cukup menyita banyak lapisan yang terlibat diacara tersebut.
Jiyong menatap dari kejauhan apa yang terjadi sekarang. Kakinya tak mau melangkah mendekati kerumunan itu. Jiyong hanya menatap dari kejauhan saat mobil ambulance datang.
Jiyong memukul dinding tempatnya bersandar. Otaknya blank, ia tak tahu apa yang akan dilakukannya.
Seseorang menepuk bahunya.
“ Tuan!!” Shin Wan Tae telah berdiri dibelakang Jiyong. Jiyong hanya menatap nanar Shin Wan Tae…
Taeyang dan Helen sampai di van. Wajah Helen Nampak cemas.
“ Tenang dia tak mengenalimu! Penyamaranmu sangat sempurna!” Taeyang menenangkan Helen. Helen menoleh kearah suara. Tak ada yang berubah dari mimic wajahnya.
“ Benar apa yang dikatakan Taeyang, penyamaranmu sangat sempurna. Bahkan orang terdekatmu mungkin tidak akan mengenalimu!” Tambah Victor yang telah masuk dalam van.
Helen menganggukkan kepalanya pelan. Ucapan Victor dan Teyang tetap tidak bisa merubah kecemasannya.
“ Tugasmu berhasil Helen-ah. Selamat bergabung kembali” Ucap Victor dingin.
Helen hanya tersenyum tipis menanggapinya.
“ Ternyata sebutan the best sniper memang tidak salah! Dari beberapa orang yang pernah bekerjasama denganku tak ada yang langsung dapat menembak tepat sasaran seperti kau tadi!” Puji Renald kepada Seung Hyun. Orang yang dipuji hanya diam tanpa ekspresi seraya tetap berjalan menuju van mereka.
Rida mengapit tangan Seung Hyun “ Yaaaa,, kau hebat sekali oppa!!”. Seung Hyun menoleh kearah Rida. Memperlihatkan tatapan tajam yang membuat Rida melepaskan tangannya “ Mian..!!!”.
Seung Hyun tetap berjalan tanpa memperdulikan percakapan diantara Rida dan Renald. Uacapan mereka hanya seperti angin lalu saja. Seung Hyun mencemaskan Helen, dimana ini adalah hari pertama Helen manjalankan tugasya di organisasi ini setelah 2 tahun vakum.
Mobil van yang Helen tumpangi masuk kedalam sebuah gedung yang dikenalnya dengan sebutan markas. Bersamaan dengan itu sebuah van hitam berjalan di belakang vannya.
“ Seung Hyun sunbae!!” seru Helen pelan saat melihat sebuah mobil van hitam lainnya ikut masuk kedalam gedung itu sambil melepas semua perlatan yang ada ditubuhnya.
Begitu van berhenti Helen segera keluar dari van dan berdiri mematung menunggu Sueng Hyun keluar.
“ Bagaimana?” Seung Hyun menangkap kecemasan di wajah Helen.
Helen menghembuskan nafasnya “ Aku bertemu Jiyong!”
“ Mwo? Bagaimana? Ceritakan padaku!!” Seung Hyun menarik tangan Helen menjauh dari van dan tatapan tajam dari Renald dan Victor yang terus mengawasi mereka.
Seung Hyun mengajak Helen masuk kedalam sebuah ruangan yang disebut mini café.
“ Bagaimana?” Tanya Seung Hyun lagi sambil meletakkan segelas teh hangat di depan Helen. Helen menatap lurus tanpa menyentuh gelas itu.
“ Helen-ah!!” Seung Hyun menyentuh pundak Helen. Helen menoleh sesaat kepada Seung Hyun.
“ Aku bertemu dengan Jiyong. Dia mengarahkan senjata kepadaku, aku tidak tahu bagaimana dia bisa disana? Apa dia bekerja di gedung itu?”
“ Jinjja? Setahuku dia tidak bekerja dimanapun!! Lalu apa masalahmu??”
“ Yaa..!! Apa kau tak takut dia mengenaliku?”
“ Kenapa harus takut? Bukankah kau tidak…. “ Seung Hyun berbalik menatap Helen. Sebuah senyum terlihat di wajah Seung Hyun.
“ Wae!!!!!!!!” Teriak Helen heran.
“ Jangan bilang kau menyukainya???” Tebak Seung Hyun.
“ Hah!! Anieyo…!!” Sanggah Helen.
“ Hahahaha..!!” Seung Hyun tertawa. “ Baiklah aku tahu!! Tenang dia tidak akan mengenalimu! Aku bisa menjaminnya!! Kau mirip dengan eonnimu, kau juga sangat pintar menyamar! Ayo kita naik!!” Seung Hyun berdiri membelakangi Helen.
Helen menatap punggung Seung Hyun
‘ Kau mencintai eonni?????’ Suara hati Helen.
“ Yaaa..!! Palli…!! Ayo kita ke atas!!” Teriak Seung Hyun dari kejauhan.
“ Ne…!!!!” Helen berlari kecil mendekati Seung Hyun.
“Pengusaha Yang Hyun Suk atau dikenal dengan YG meninggal dunia karena tertembak saat akan menghadiri launching obat baru perusahaan tersebut!!”
Suara penyiar berita yang muncul dari televisi yang menyala di depan Jiyong. Jiyong hanya menatap televisi itu dengan tatapan kosong. Sama seperti tatapan Jiyong saat melihat ambulance membawa tubuh ayahnya pergi dari tempat kejadian.
“ Tuan muda!!” Seseorang memanggil namanya. Jiyong menoleh kearah suara.
“ Tuan benar tidak mau datang ke acara pemakaman?”
Jiyong hanya menatap Shin Wan Tae dengan tatapan kosong. Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Jiyong. Seakan tahu apa yang ada dipikiran Jiyong, Shin Wan Tae hanya tersenyum.
“ Baiklah jika begitu!! Jika anda ingin kembali ke aparte anda, supir akan siap mengantar anda!”
Jiyong hanya terdiam. Shin Wan Tae pergi meninggalkan Jiyong yang masih terdiam di sofa hitam.
Ponselnya berdering. Awalnya Jiyong enggan mengangkat panggilan itu tapi setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya, Jiyong mau menjawab panggilan itu.
“ Jeoyo *ini aku. Waeyo Helen-ah??”
“ Kau tahu ini aku??? ”
“ Ne!!”
“ Darimana kau tahu nomorku?”
“ Itu tak penting!! Kenapa kau menghubungiku??”
“ Anieyo, aku hanya mengecek apakah ini benar nomormu!!” Bohong Helen.” Baiklah bye..!!”
“ Tunggu!! Aku ingin ke cafemu, maukah kau menemaniku??”
“ Eh?”
“ Jika tidak mau jawab saja tidak!!’ Ujar Jiyong dingin.
“ Ah,, aku tunggu kau di café!” Sahut Helen tak kalah dinginnya.
“..”
“..”
Mereka saling diam tanpa berusaha mematikan ponsel mereka yang masih saling terhubung.
“ Wae?? Masih ingin berbicara denganku?” Helen memecah keheningan.
“ Ani..! Aku tutup!” Jiyong memutuskan hubungan.
Jiyong sontak berdiri dan berjalan cepat menuju pintu keluar. Sapaan beberapa orang yang menyapanya diabaikannya. Jiyong mengendarai motornya menuju Myeondong tempat café Helen berada.
Helen berjalan menuju cafenya. Beberapa pertanyaan muncul di otaknya tentang ajakan Jiyong yang tiba-tiba ingin bertemu.
‘Ada apa dengan anak itu? Suasana hatinya sulit kutebak! Lalu kenapa aku mau memenuhi permintaannya?’
“ Aishh” Helen mengacak-acak rambutnya sendiri. Kesal dengan perasaanya yang belum ia mengerti
Ponselnya bergetar, satu pesan masuk.
‘Kalian jadi bertemu? Semoga kecemasanmu tentang kejadian tadi hilang!’
Helen tersenyum tipis saat membaca pesan dari Seung Hyun. Helen teringat dengan kejadiaan tadi siang setelah bertemu boss mereka.
*flashback on
“ Lihat wajahmu jelek sekali!!!” Seung Hyun tertawa kecil.
Helen menatap Seung Hyun dengan tatapan heran “ Wae!!”
“Sudahlah hubungi dia!!! Mana ponselmu???” Seung Hyun mengangsurkan tangannya.
“ Yaaa!! Kau mau apa?”
“ Mana ponselmu!!” Nada suara Seung Hyun berubah membuat Helen akhirnya menyerahkan ponselnya.
Helen hanya menatap kesal dengan sikap Seung Hyun yang meminta ponselnya dan sekarang Seung Hyun sibuk dengan keypad ponsel miliknya.
Tiba-tiba tangan Seung Hyun mendekatkan ponsel miliknya ke telinganya
“ Yaaaaaaaaa…!!! Siapa yang kau hubungi???”
“ Siapa lagi kalau bukan Jiyong!!” Seung Hyun tersenyum jahil.
“ Yaaa..!!!” Helen meninju lengan Seung Hyun.
“ Jeoyo *ini aku. Waeyo Helen-ah??” Suara Jiyong mengagetkan Helen. Matanya membulat.
“ Wae?” Seung Hyun menahan tawa melihat perubahan wajah Helen.
“ Jiyong.. tahu namaku?? Otokhe..???????” Helen menutup ponsel milkinya dengan kedua tangan.
“ Tanya sendiri!!!” Seung Hyun cuek sambil berlalu.
“ Bagaimana?” Tanya Seung Hyun setelah Helen menutup ponselnya.
“ Dia ingin bertemu!!”
“ Bertemulah!!”
“ Tapi..!!!”
“ Bertemulah!! Aku tidak mau melihat wajah jelekmu saat mencemaskan Jiyong!! Bahkan melihat adikmu seperti itu kau tak secemas ini!!!”
“ Jinjja???? Anieyo!!! Kalau untuk Shin Ah, aku percaya jika aku menjalankan perintah boss dengan baik nyawanya akan baik-baik saja!! Aku mengenalnya!! ”
“ Jangan menyangkal!! Pergilah!! Apa harus aku antar???”
Helen menatap tajam Seung Hyun.
“ Aku bisa sendiri!!”
“ Baiklah!! Bertemu dengannya akan sedikit mengurangi bebanmu!! Sepertinya Jiyong juga butuh kamu!! Ada yang berbeda saat dia menatapmu!!” Seung Hyun berubah serius.
“ Eh?”
“ Bye!! Sampai bertemu di kampus!!” Seung Hyun berpamitan seraya menepuk bahu Helen.
Helen tiba di cafenya. Malam ini café miliknya cukup ramai. Helen melihat dari dinding kaca cafenya dari luar. Matanya mencari Jiyong.
“ Ah.. belum datang!!” Helen memasuki café dengan langkah gontai.
“ Kau lama sekali!!!” Suara Jiyong dari belakang membuat langkahnya berhenti.
“ Kau sudah datang?” Sahut Helen dengan dingin.
Jiyong tak menjawab. Dia hanya menatap Helen dari ujung kaki hingga ujung kepala.
“ Jangan melihatku seperti itu!!” Bentak Helen.
“ Mirip!!” Seru Jiyong pelan.
‘ Mirip sekali denganmu Rin-ah!! Dandanannya sama sepertimu’
“ Apa katamu???”
“ Lupakan!!! Ayo masuk!!” Jiyong melangkah masuk café meninggalkan Helen yang masih heran dengan sikap Jiyong.
“ Ada yang salah dengan pakaianku???” Helen melihat pantulan dirinya di cermin.
Helen menggunakan kaos lengan panjang warna putih yang dipadankannya dengan mantel hitam panjang dan celana hitam.
“ Tidak ada!” Kali ini Helen melihat rambutnya yang dibiarkan tergerai.
“ Tunggu!!” Helen menyadari sesuatu. “ Apa dia mengenaliku tadi? Apa di tahu jika gadis yang hampir ditembaknya tadi adalah diriku???” Helen menatap tajam punggung Jiyong yang telah memasuki cafe terlebih dahulu.
Helen melangkahkan kakinya lebar menghampiri Jiyong yang telah duduk di café.
“ Kau mau apa?” Tanya Helen dingin.
“ Sejak kapan ada waitress dingin!!”
“ Ada yang bisa saya bantu!!” Helen merubah nada suaranya.
“ Sediakan minuman yang paling keras!!”
“ Heh? Ada apa denganmu?”
“ Jangan pedulikan aku!! Sediakan!!”
“ Ne, “ Helen melangkah menjauh meninggalkan Jiyong namun tangannya ditahan Jiyong.
“ Biarkan karyawanmu!!” Jiyong menarik Helen untuk duduk disampingnya.
“ Jiyong-ah, waegeure?”
“ Diam duduk disini!!” Mereka terdiam. Tanpa saling berbicara hingga Helen berani membuka pembicaraan “ Apa kau….” Ucapannya terhenti saat menyadari kepala Jiyong bersandar di pundaknya.
“ Mwo?”
“ Pernahkah kau merasakan kehilangan?” Jiyong akhirnya membuka mulutnya.
“ Heh? Pernah, wae?”
“ Dua kali kehilangan?”
Helen menoleh kearah Jiyong, menatap heran kenapa tiba-tiba dia membicarakan tentang kehilangan?
“ Helen-ah, bukankah menyakitkan ketika kau kehilangan seseorang yang sangat kau cintai tapi kukira lebih menyakitkan jika kau kehilangan orang yang berarti untukmu tapi kau tak pernah menyadarinya!”
“ Kehilangan orang yang kita cintai memang sangat menyakitkan bahkan setelah dia pergi berdiripun tak sanggup lagi., sebenarnya ada apa denganmu?”
“ Aku…” Bunyi ponsel Helen memotong ucapan Jiyong.
“Mian..” Helen berdiri menjauh.Helen menatap nama yang menghubunginya, Seung Hyun
“ Ne..”
“ Jiyong ada disitu?”
“ Ne,”
“Kau tahukan tugas apa yang kujalankan tadi?”
“ Ne, wae?”
“ Targetku tadi adalah Jiyong appa”
“ Mwo??? Guereyo???? Kenapa baru kau katakan sekarang?”
“ Aku juga baru tahu setelah melihat berita di televisi!!!”
Helen berjalan masuk dalam ruangannya dan menyalakan TV.
Seperti yang dikatakan Seung Hyun, repoter Tv juga mengatakan hal yang sama YG ayah dari Kwon Jiyong telah meninggal dunia.
‘ Bukankan itu gedung tempat aku bertugas tadi’
“ Otthoke???”
“ Dia tak bilang padamu?”
“ Anieyo!! Tunggu kurasa target kita ada hubungannya dengan Jiyong!!”
“ Kau yakin?”
“ Ne, aku yakin!!! Apa tugas kita selanjutnya juga ada hubungannya dengan Jiyong?”
“ Molla, Na molla Helen!!! Gwenchana?”
“ Aku takut… kejadian dua tahun lalu harus terulang!!!” Helen menyandarkan tubuhnya di sofa.
“ Helen-ah, dengar!! Aku akan selalu membantumu!!! Aku akan mengeluarkan Shin-ah jika perlu sebelum tugas itu diberikan pada kita!! Bukankah kau punya Seungri yang siap membantumu?? Kuharap kau tetap tenang!!!”
“ Ne…!!! Gomawoyo sunbae!!”
“ Ne, cheonman!! Kembalilah ke JIyong!! Mungkin dia butuh kamu sekarang!!”
“ Ne, sunbaenim!!”
Helen mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Rasa takut dengan kejadian dua tahun lalu akan terulang kembali membuat hatinya kacau.
“ Eonni…!!! Apa aku harus ada disisinya? Apa aku harus pergi dari sisinya? Bukankah labih baik dia jauh dari hidupku dan hidupmu? Aku takut dengan tangan yang sama aku juga akan membuatnya menyusulmu!!!” Air mata Helen jatuh satu persatu membasahi kedua pipinya.
Ponselnya kembali berdering.
“ Yoboseyo!!!”
“ Helen-ah, gwencahana?”
“ Nugu?”
“ Yaaa, ini Seungri!! Masa kau lupa denganku!!!”
“ Owh, Seungri-ah!!!” Air mata Helen kembali mengalir setelah mendengar suara Seungri dibalik telepon.
“ Wae???”
“ Ternyata targetku ada hubungannya dengan Jiyong!! Aku baru tahu setelah Seung Hyun menghubungiku.!!”
“ Arraesso!!! Aku sudah tahu dari dia!! Helen-ah, dengar sampai kapanpun aku akan membantumu arra!!! Aku yang menyebabkan Shin-Ah diculik dan aku juga yang akan membuatnya kembali, kau konsen saja dengan peranmu!!”
“ Seungri-ah. Tapi kau sudah banyak membantuku dari awal!!”
“ Anieyo!! Eonnimu telah menitipkanmu pada ku dan aku yang akan menjagamu dan adikmu!!”
“ Gamsahamnida Seungri-ah!!”
“ Ne..!! Yaaa, kau mencintai Jiyong???”
“ Hah??? Yaaa!!!”
“ Aish,,, masa eonninya sama adiknya mencintai orang yang sama???”
“ Yaaaaa, Suengri-ah!!! Aku tidak mencintainya!!!”
“ Jinjja? Aku tidak yakin!!! Jagalah dia sampai waktu yang telah ditentukan!!”
“ Ne..!! Sampai batasan waktu yang telah ditentukan oleh orang lain!!”
Setelah berbicara dengan Seungri, Helen kembali ke meja tempat Jiyong berada. Dimatanya nampak Jiyong sedang menempelkan wajahnya diatas meja.
“ Dia mabuk!!!” Helen mendekati Jiyong dan menyandarkan tubuhnya di dikursi.
Wajah Jiyong terlihat sangat kacau.
Helen mengusap lembut wajah Jiyong.
“ Mianhe jiyong-ah!!!”. Helen menundukkan kepalanya, merasa bersalah.
“ Aku harus mengantarmu pulang!!! Yaa… ireona!!!” Helen menggoyangkan tubuh Jiyong bermaksud untuk membangunkannya. Namun Jiyong hanya bergerak sedikit dan kembali tidak sadar.
“Aish…!! Joong bantu aku bawa dia masuk dalam mobil!!” Helen memanggil salah satu pegawainya.
“ Oia, diamana rumahnya ya?” Helen mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu nomor.
“ Ini aku Seunghyun sunbae!!!”
“ Wae, kau mengganggu tidurku saja!!” Bentak orang yang dihubunginya.
“ Mian, rumah Jiyong dimana?”
“ Eh? Untuk apa kau tanya aku, bukankah kau bersama dia?”
“ Dia mabuk!! Palli!!!”
“ Ne, arra!! Akan kukirim alamatnya via sms!!”
“ Ne..!!”
Selang beberapa menit kemudian. Sebuah pesan masuk.
“ Ah, alamatnya!!” Helen segera berlari menuju mobilnya.
“ Gomapta Joong!!” Helen mengucapkan terima kasih kepada pegawainya yang telah membantu memasukkan Jiyong dalam mobil.
“ Ini alamatnya?” Tanya Helen memastikan apa gedung yang berada didepannya ini adalah apartement milik Jiyong.
Helen menoleh kearah Jiyong, Jiyong sudah membuka matanya.
“ Yaaa..!! Ini appartemu?”
“ Hmm!!” Dia hanya menjawab dengan gumaman.
“ Ireona!! Ayo masuk!!!” Paksa Helen.
Dengan terhuyung Jiyong mencoba berjalan menuju pintu masuk appartement.
“ Paboya..!!!” Helen berlari kearah Jiyong yang mencoba berjalan sendiri. Helen memapah Jiyong menuju pintu kamarnya.
“ Mana kamarmu?”
“ 106” Jiyong menjawab dengan kacau namun masih bisa ditangkap Helen. Dengan susah payah Helen memapah jiyong yang sedang dalam kondisi mabuk.
“ 106” Helen membaca nomor yang terpajang di pintu.
“ Berapa kode pintunya?”
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Jiyong.
“ YAAKK!!” Helen berteriak ditelinga Jiyong.
“ Owh, 2906” Jiyong membuka matanya namun belum sadar penuh.
“ Owh 2906?” Helen menekan tombol yang disebutkan Jiyong. Sebelum menekan angka terakhir tangan Helen berhenti.
“ Tanggal lahir eonni!!” Seru Helen sepelan mungkin supaya Jiyong tak mendengarnya.
‘Tut..Tut…” Suara kunci terbuka.
Helen memapah Jiyong menuju tempat tidur.
“ Berat!!” Helen menjatuhkan tubuh Jiyong.diatas tempat tidur. Melepas sepatunya dan menyelimuti tubuh Jiyong.
Helen melihat kesekeliling ruangan milik Jiyong.Beberapa barang berserakan tak menentu.
“ Berantakan!!! ”Helen memunguti beberapa barang dan merapikan kembali apartemen yang semula berantakan itu.
“ Bug!!!” Suara benda jatuh membuat Helen berhenti dan berlari kearah suara.
“ Jiyong?”
Jiyong jatuh didepan pintu.
“ Kau mau kemana?”Helen membantu Jiyong berdiri.
“ Huek..huek..!!” Jiyong muntah dibaju Helen.
“ YAAAAAAKKK!! Jiyong-ah!! Bajuku kotor..!! Sono!!” Helen mendorong tubuh Jiyong . Diwajah Jiyong nampak sebuah senyuman.
Helen berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan bajunya.
“ Aish… jadi kotor begini!!” Helen melihat bayangan dirinya yang sedang menggunakan baju yang kotor diujung bawah.
Helen membasuh bajunya yang kotor dengan air dari wastafel.
“ Brakk!!” Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Nampak Jiyong mendekati Helen. Reflek Helen menyingkir dan memberinya ruang untuk menggunakan watafel.
“ Aigoo!!!” Helen menggelengkan kepala melihat Jiyong yang sedang muntah karena efek alcohol yang diminumnya tadi. Helen mulai beranjak dari tempatnya berdiri namun sebuah tangan menarik tubuhnya berbalik. Sekali gerakan tubuh Helen menjadi sangat dekat dengan Jiyong. Sangat dekat tanpa jarak sedikitpun.
“ Yakk!!”
Tangan Jiyong memegang dagu Helen dan sekejap kemudian bibir mereka saling bertautan……* bayangkan sendiri…
Kristal-kristal es satu-satu terjatuh dari langit dengan suhu dibawah rata-rata. Kristal tak kasat mata itu terwujud menjadi gumpalan-gumpalan bola kecil berwarna putih seperti kapas yang turun menandakan musim gugur telah usai dan tergantikan dengan musi dingin.
Snowing.. Turun salju. Pagi ini turun salju pertama. Menyambut pagi hari yang berbeda dari pagi kemarin. Dingin. Sensasi dingin yang sesunguhnya. Begitu juga yang dirasakan Helen. Helen membuka matanya mengerjapkan matanya sebentar, mengumpulkan cahaya-cahaya yang masuk dalam retina matanya. Bayangan yang diterima retina matanya sangat asing dengannya. Pertama kali berada disini dan kini dia sadar apa yang telah terjadi.
Helen menekan dadanya yang sesak. Seakan jantungnya berhenti saat itu juga ketika sebuah puzzle-puzzle memory bermunculan bergantian masuk diotaknya.
Helen menoleh dengan perlahan kesisinya. Ekor matanya menangkap sesuatu yang akhirnya membuatnya sadar penuh apa yang telah terjadi.
Jiyong masih tertidur disisinya. Helen hanya menatap dengan tatapan datar. Tanpa ekspresi.
“ Egh..” Suara seperti orang tercekik terdengar dari mulut laki-laki disampingnya. Helen menatap Jiyong dengan tatapan heran.
‘ Lagi? Apa disetiap dalam tidurnya dia tersiksa seperti ini?”
Sejenak kemudian nafas Jiyong terengah-engah. Seperti kehabisan nafas. Tubuh Jiyong bergetar hebat. Tangan Jiyong menggenggam keras.
“ Apa yang terjadi?” Helen menggenggam tangan Jiyong yang mengepal keras. Berusaha mengurangi rasa sakit yang dirasakan Jiyong. Perlahan tangan Jiyong mulai melemah, nafasnya menjadi teratur
Jiyong membuka matanya dan menangkap sosok gadis yang sedang menggenggam tangannya.
“ Helen-ah?” Jiyong duduk disisi Helen menatap dengan pandangan tak percaya.
“ Pagi!!” Sapa Helen datar.
“ Apa…” Jiyong tak meneruskan apa yang akan diucapkannya setelah beberapa ingatan muncuk diotaknya.
“ Aku mau kamar mandi?” Helen berjalan meninggalkan Jiyong yang masih belum menyadari apa yang terjadi.
Jiyong hanya menatap lurus kedepan mencoba mengingat apa yang telah dia lakukan.
“ Pabo!!” Jiyong mengutuki diri sendiri sambil mengacak-acak rambutnya.
Jiyong melihat kondisi kamarnya. Beberapa pakaian miliknya dan milik Helen yang berserakan membuatnya sadar penuh.
Dengan tergesa Jiyong meraih pakaian disisinya dan berlari menacari Helen.
“ Helen-ah!!” Jiyong menemukan Helen yang telah menggunakan kemeja putih sedang berdiri menatap gelas sedang ujung jemarinya menelusuri bibir gelas didepannya.
“ Mianhe!!” Jiyong berdiri dibelakang Helen. Tak ada jawaban. Helen masih menekuni gelas miliknya.
“ Mianheyo!!” Jiyong memeluk Helen dari belakang. Helen terhenyak dan hanya terdiam.
“ Jeongmal Mianheyo!!” Helen masih terdiam. Dingin
Ponsel Helen berdering.
“ Ponselku!!” Helen melepaskan pelukan Jiyongdan berjalan menjauh untuk mengangkat ponsel miliknya.
Jiyong masih memandang Helen yang pergi menjauh.
“ Yoboseyo!!”
“ Mau melihat adikmu?”
Helen menggenggam erat ponselnya.
Panggilan terputus dan beberapa menit kemudian disusul dengan video message masuk.
Helen melihat tubuh adiknya yang sedang diikat disebuah kursi sedang disuntikkan salah satu serum
“ ANDWEEEEEEEEEEEE!!!” Teriak Helen menjatuhkan tubuhnya.
Jiyong yang mendengar teriakan Helen langsung berlari mendekati Helen yang tengah duduk menangis.
“ Wae!!” Jiyong memegang kedua bahu Helen.
Helen hanya menggelengkan kepalanya. Tangis Helen pecah. Jiyong menarik tubuh Helen dalam pelukannya.Membiarkan Helen menangis dibahunya.
“ Mianhe!!”
Helen mengelengkan kepalanya
‘ Bukan tentang kau!!’
“ Sudahlah jangan menangis.!!”
Jiyong mengusap air mata Helen dengan tanganya.
“ Aku harus pergi!!” Tiba-tiba Helen berdiri meraih ponselnya dan menggunakan pakaian lengkap.
Jiyong hanya terdiam melihat Helen yang akan beranjak pergi.
“ Aku pergi!!” Pamit Helen.
“ Tunggu!! Mianhe!!”
“ Ini bukan tentang kau!!” Helen kemudian berlari keluar ruangan.
Jiyong hanya melihat punggung Helen yang menghilang dari balik pintu.
“ Pabo!!!”
Jiyong mengacak-acak rambutnya sendiri.
TBC
Apa yang terjadi selanjutnya? dan apa yang terjadi dengan Shin Ah adiknya? Ap Helen mampu melewati semuanya?
nantikan d part selanjutnya..
comentnya sangat dinantikan..
Sabtu, 06 Agustus 2011
Snowing eps 5
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar