This is short story.... fiksi belaka..so cek this out... ^^
“ Kau dapat email fe?” tanya Ratna dari seberang telepon.
“ Iya, kau?”
“ Yap, si Nia juga dapet”
“ Iya, siapa dia?”
“ Kata Nia itu emailnya Rara yang dulu pernah dipake Nia buat kirim tugas!!”
“ Rara katamu? Apa dia mau kasih kabar ya?”
“ Mungkin, baiknya kita baca dulu. Nanti webcame-an ya!”
Friday, 24 april 2011
Disini bukan lagi tanah yang sama-sama kita injak. Disini bukan harumnya gudeg di pagi hari. Disini juga bukan suara ayam yang sering memasuki gendang telingaku. Bukan lagi kota kecil yang hangat bagi kita. Bukan lagi kota yang menjadi tempat bermain kita.
Yang tercium olehku adalah bau yang sama dengan laboratorium yang sering kita datangi. Bukan untuk praktek. Bukan untuk belajar.
Ilmu yang sedang kita raih sekarang menjadi kenyataan untukku. Bukan untuk kupraktekkan. Melainkan untuk menyambung hidupku.
Ingat dengan kuliah-kuliah kita??? Aku sungguh-sungguh melakukannya. Bukan hanya membayangkan atau melihat namun aku merasakan juga.
Kengerian yang dulu sempat kita rasakan sudah menjadi sahabat bagiku. Sudah menjadi bagian hidupku. Kalian pernah bertanya “ Bagaimana ya rasanya?”
Aku kini bisa menjawabnya kawan.
“ Rasanya menyakitkan. Sekujur tubuhmu serasa terbakar. Sebenarnya Aku tak tahan lagi namun inilah yang harus kujalani”
Setiap ku selesai melakukannya. Air mata mengalir perlahan dipipiku. Mengenang lagi kebersamaan kita. Kita pergi bersama. Shoping bareng. Makan bareng. Tertawa bareng. Menangis bareng, bahkan marah bersamapun pernah. Emosi yang ada antara kita masih terkenang di pikiranku. Menjadi bagiku cambuk dalam menghadapi hidupku yang sekarang.
Maaf kawan aku tak bisa mengatakan pada kalian. Nanti waktu yang akan menjawab.
Rara
I love u all and i miss u all.
“ Nia, kau tahu apa maksud Rara?” tanya Fera sambil duduk didepan Nia yang sedang menatap leptop didepannya. Nia tidak menjawab hanya menggelengkan kepala.
“ Apa Rara sedang sakit?”celetuk Ratna
Kali ini Fera dan Nia hanya menggelengkan kepalanya. Mereka sejenak terdiam. Pikiran mereka melayang, memikirkan Rara yang telah menghilang hampir 2 bulan tanpa kabar. Suara getar ponsel Fera memecah keheningan.
“ Fe, ponselmu tuh!!” Nia mengingatkan
“ Ya, hallo!!” Ferapun mengangkat panggilan itu dengan nada tak bersemangat. Beberapa menit kemudian mimik wajah Fera berubah menjadi lebih bahagia.
“ Benarkah? Aku tunggu kabarnya.!!”
Fera lalu menutup ponselnya.
“ Siapa” Nia menanyakannya.
“ Ema, dia bilang kaprodi mau mengatakan tentang ketidakhadiran Rara selama 2 bulan ini!”
“ Oh... semoga yang kita cari ada!”
Ratna hanya mengangguk mengiyakan.
“ Apa yang kalian pikirkan tentang email dari Rara?” tanya Nia memecah kensunyian diantara mereka.
“ Aku nggak tahu Ni, isinya terlalu menyakitkan untuk disimpulkan” Fera menjawab sambil meletakkan wajahnya diatas meja.
“ Hmm, sebenarnya aku tak ingin mengingatnya namun mungkin dari email Rara kita jadi tahu apa yang terjadi padanya!” Ratna menanggapi.
“ Kalau begitu apa salahnya kita menyimpulkan email dari Rara” ajak Nia.
Mereka sejenak terdiam mempertimbangkan apa yang dikatakan Nia. Hampir serempak mereka menganggukkan kepala tanda mengiyakan.
“ Ni, aku kira Rara bukan di Jogja lagi. Coba baca kalimat pertama deh!”
“ Aku setuju dengan Ratna, dan aku kira Rara sedang menjalankan suatu terapi.!”
“ Kalian benar, Nia juga berpikir sama. Tapi....” Belum Nia menyelesaikan ucapnya Fera memotong pembicaraannya.
“ Ema dateng tuh!”
“ Ema, gimana?” tanya Nia dan Ratna serempak pada Ema yang baru datang.
Ema masih terdiam dan mendekati meja tempat mereka menunggunya.
“ Ema?” tanya Fera kembali.
Ema menghirup nafas dalam-dalam seolah-olah akan menyampaikan hal yang buruk.
“ Ma?” Tanya Nia kembali.
Kali ini Ema hanya menggelengkan kepalanya.
“ Maksudnya?” Nia bertanya.
“ Maaf, Kaprodi tidak mengatakanya. Dia hanya mengatakan bahwa sekarang Rara tidak ada di Indonesia dan dia mengatakan kepada kita untuk berdoa agar dilancarkan segala urusan Rara.”
“ Maksudnya Rara tidak akan kembali lagi?”
“ Beliau tidak mengatakanya.” Ema menundukkan kepalanya.
“ Aku nggak percaya!! Dan kenapa Rara sama sekali tidak mengatakan pada kita?” ucap Nia sambil menundukkan kepalanya.
“ Mungkin ada yang tidak ingin kita ketahui dari Rara Ni.!” Ema menengahi.
“ Tapi setidaknya dia mengatakan pada kita bahwa dia ada masalah? Bukankah dari awal kita sudah janji untuk tidak merahasiakan apapun?”
“ Nia, aku juga berpikiran hal yang sama denganmu. Tapi ada benarnya ucapan Ema, ada kalanya kita harus merahasiakan sesuatu dari orang-orang yang disayanginya.!” Timpal Fera.
“ Cukup,!!! Rara kirim email lagi neh!” Ratna memecah percekcokkan antara Nia dan Fera.
“ Apa?”
Saturday, 25 April 2011
Nia,...
Fera,...
Ratna., dan
Ema
Kalian tahu matahari disini berbeda dengan matahari yang dulu kurasakan bersama kalian. Meskipun panas menyengat yang kurasakan namun jika bersama kalian matahari tak lagi sepanas yang sebenarnya.
Namun matahari disini sangat menyengat, membakar seluruh hati dan tubuhku. Tak sehangat saat bersama kalian.
Maaf, Jika aku melukai hati kalian. Maaf jika aku harus membohongi kalian. Maaf jika semua yang kukatakan kemarin membuat kalian marah dan penasaran. Tapi aku hanya bisa melakukan hal itu.
Beribu-ribu maaf mungkin tak cukup untuk ini. Mungkin salah satunya cara adalah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padaku namun maaf aku tak bisa. Aku tak ingin kalian tahu. Tak ingin kalian ikut bersedih.
Bukan ku tak ingin berbagi. Bukan karena ku merahasiakan ini namun aku tak sanggup jika harus mengatakan pada kalian.
Kalian sangat berarti untukku. Kalian matahariku, bukan matahari yang membakar seperti sekarang namun matahari yang menghangatkanku dan hatiku seperti dulu.
Aku ingin segera memeluk kalian, tertawa bersama kalian dan bersenang-senang bersama kalian. Jadi bantu aku dengan doa kalian agar aku bisa memeluk kalian kembali.
I promise i will gift you surprise J
Keep smiling friend.
I very very miss you all.
Rara.
“ Rara?” Tanpa mereka sadari air mata mereka menetes membasahi wajah mereka.
“Bukan Rara yang kukenal. Bukan Rara yang ceria. Bukan Rara yang selalu tersenyum” ucap Nia dalam isaknya.
“ Nia!” Ema memeluknya. Diikuti Ratna dan Fera.
Kesedihan menyelimuti hati mereka. Rasa kesal digantikan rasa rindu dan rasa bersalah.
“ Ada apa dengan Rara?”
“ 20 Februari , Kak!” ucap Aru.
“ Owh, sudah 19 hari ya kita di Singapura?”
“ Iya Kak Rara sayang?, menulis email lagi?” Aru mendekati Rara yang sedang sibuk dengn netbook milkinya.
“ Hmm!” jawab Rara sambil tersenyum.
“ Tidak kau kirim juga?”
“ Kau nanti yang mengirimkannya”
“ Aku? Kenapa?”
“ Kirimkan saat aku akan operasi ya!, aku takut setelah aku operasi aku tak bisa membuka mataku.”
“ Kak! Jangan begitu!”
“ Nggak ada yang tahu apa yang terjadi nanti!”
“ Kau pasti akan sembuh!”
“ He em!”
“ 24 Februari ya sekarang Ru?”
“ Iya, dan sekarang kau akan operasi!” Ucap Aru sambil memakaikan penutup kepala kepada Rara.
“ Yupz, Ru. Menurutmu kakak itu seperti apa?”
“ Heh? Kok tiba-tiba nanya itu?”
“ Ih, langsung jawab kenapa?”
“ Iya deh, Kak Rara itu orangnya cerewet, bandel, usil, males. Hehe”
“ Ye masa yang jelek- jelek doank yang kamu inget!”
“ Hehe”
Seorang perawat kemudian masuk.
“ Miss Rara, are you ready?”
“ Yes, im ready nurse!”
Kemudian Rara dibawa ke ruang operasi yang telah disiapkan.
“ Aru,!!!” panggil Rara dengan suara yang lemah.
“ Apa kak? Kau baru saja sadar jangan banyak gerak dulu”
“ Kirimkan email-email yang belum sempat kukirim ya, dan berikan kotak ungu yang telah kusiapkan dari 5 hari yang lalu kepada mereka ya!”
“ Kak, kau yakin?”
“ He em, ku percayakan padamu dan maukah kau menuliskan email untukku?”
Aru tanpa banyak bicara segera mengambil netbook milik Rara lalu menuliskan apa yang dikatakan Rara.
“ Fe, belum ada kabar lagi dari Rara?” tanya Ema setelah Fera duduk di bangkunya.
“ Belum. Aku sempat membalas email itu namun tak ada balasan”
Mereka berdua lalu terdiam.
“ Fera, Ema!! Rara kirim email” Teriak Ratna sambil berlari kecil ke arah Ema dan Fera dengan membawa notebook miliknya.
“ Apa isinya?”
Sunday, 28 April 2011
Aku sudah hampir selesai kawan. Perjuanganku hampir selesai. Segera mungkin aku akan kembali. Aku tak sabar ingi bertemu kalian. Apa kabar kalian sekarang?
Apa yang kalian inginkan? Tapi aku sudah membelikan sesuatu untuk kalian, semoga kalian suka ya?
Aku sudah tak lagi merasakan rasa sakit, tinggal rasa bahagia yang kurasakan sekarang. Bahagia karena akan segera bertemu dengan kalian. Senyumku tak berhenti sepanjang hari ini. Semoga aku tetap bisa tersenyum bersama kalian
Rara
“ Jadi dia akan pulang?” tanya Nia dengan wajah ceria.
“ Dari suratnya begitu sih” Jawab Ratna.
“ Akhirnya, dia pulang juga” Ucap Ema dengan senyum diwajahnya.
Kali ini mereka mengikuti kuliah dengan perasaan bahagia yang tidak terbendung. Bahagia karena akan segera bertemu dengan Rara yang hampir 2 bulan tidak datang.
“ Huft, haus banget!” keluh Ratna sambil mengipasi dirinya sendiri dengan buku.
“ Hu um, Kita masih ada praktek ya?” Timpal Fera yang sibuk dengan notebooknya.
“ Iya, mana sih Nia kok belum nongol? Keburu mati kehausan neh.!! Kamu lagi ngapain sih” Ratna melongok Fera yang sedang sibuk.
“ Ampun deh, lagi buka twitter kamu??, ckckckc..”
“ Hehe,,,”
“ Sory Rat, lama ya? Antri tuh kantinnya!” Seru Nia yang baru datang membawa minuman pesanan Ratna.
“ Sory, sory!!!!, keburu kehausan neh!” Ratna merebut botol minum dari tangan Nia.
“ Nia, Ratna,!! Ada email dari Rara” seru Fera.
“ Heh?” Ratna yang baru minum hampir tersedak mendengar ucapan Fera.
Sunday, 28 April 2011
Kak Nia...
Kak Fera...
Kak Ratna..
Kak Ema..
Ini aku Aru, adiknya Kak Rara. Kalian masih ingatkan? Sudah dua bulan kita tidak bertemu. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian. Sudah saatnya aku aku mengatakan ini. Aku sudah tidak sanggup lagi menyembunyikan ini dari kalian. Kalian berhak tahu.
Kita bertemu di cafe biasanya ya, dekat Toko Buku Gramedia.
Aku tunggu.
Makasih ya Kak,
Aru...
Ratna, Fera, dan Nia saling berpandangan heran. Ema yang baru datang heran melihat pemandangan ini.
“ Kalian kenapa?” tanya Ema.
“ Adiknya Rara pengen ketemu!” celetuk Nia.
“ Lalu? Kenapa kalian heran gitu?”
“ Aneh aja, soalnya disaat Rara mau pulang kenpa Aru malah pengen ketemu dengan kita semua, dan katanya dia mau mengatakan hal yang penting” ucap Fera.
“ Lebih baik kita ketemu Aru dulu” ucap Ema.
Fera, Ratna, Nia dan Ema sudah duduk menunggu Aru. Selang beberapa menit kemudian Aru datang dengan membawa kotak besar berwarna ungu. Fera, dan yang lain hanya menatap heran saat melihat benda yang dibawa Aru.
“ Apa kabar Kak?” sapa Aru sambil duduk.
“ Baik!” Jawab Ratna dan yang lain hampir serempak.
“ Apa yang akan kau sampaikan Aru?” tanya Ema.
“ Sebelumnya kalian harus membuka kotak ini dulu” ucap Aru sambil menyerahkan kotak ungu yang tadi dibawanya.
Ratna dan yang lain membuka kotak itu. Dari dalam kotak ungu tersebut terdapat beberapa barang yang telah ada namanya masing-masing dan sebuah surat warna ungu.
26 Februari 2011
Dear my best friends
Aku bahagia kalian menerima barang-barang ini. Janjiku akhirnya terpenuhi. Saat pulang aku bawakan haidah untuk kalian. Kalian suka? Semoga hadiah itu sesuai dengan yang kalian inginkan ya?
Maaf saat surat ini ada ditangan kalian berarti aku tak bisa bertemu kalian kembali. Mungkin Aru yang akan menyampaikannya.
Your friend Rara.
“ Aru, apa maksudnya Rara tidak bisa bertemu dengan kita kembali? Dan katakan apa yang sebenarnya terjadi selama 2 bulan terakhir ini?”
Aru menghirup nafas dalam dan mengeluarkan sebuah amplop coklat.
“ Buka ini kak!”
Dari amplop itu keluarlah beberapa foto.
“ Itu fotonya Kak Rara selama di Singapura.”
Ratna dan yang lain saling berpandangan lalu mengamati foto-foto yang bersal dari dalam amplop coklat dari Aru.
Beberapa foto Rara, didalamnya terdapat foto Rara dari mulai Rara datang ke Singapura hingga selesai menjalani operasi.
Dibawah foto terdapat note yang diulis oleh Rara,
‘ Rara pertama masuk rumah sakit di Singapura’
‘Rara di kamar sama Aru’
‘Rambut Rara tinggal dikit neh! L’
‘ Kemo yang menyakitkan’
‘ Kangen Indonesia Ma!!’
‘ Bungkusin hadiah buat Ratna, Nia, Fera, dan Ema, kalian suka? J’
‘ Operasi, tiba! Aku deg deg-an. Hehe!! Gak sabaran ketemu kawan2’
‘ Operasi uda berhasil, aku mau pulang hehe 곧더 시 볼 수 있 으 면 좋젰어 요(kalian tahu artinya khan??)’
“ Aku berharap kita bisa bertemu lagi secepatnya!” ucap Fera. Semua mata memandang Fera.
“ Itu arti tulisan hangeul ini, dia sering menulis dengan huruf hangeul. Dia juga yang mengajariku cara membacanya” jelas Fera sambil menatap foto Rara yang sedang berbaring lemah. Kepalanya ditutupi dengan penutup kepala, wajahnya terlihat pucat. Namun senyumannya yang hangat membuatnya tetap cantik. Air mata Fera menetes. Nia dan Ratna memeluk Fera yang menangis.
“ Rara mana sekarang?” Tanya Ema pada Aru.
“ Ia sudah kembali ke tempat asalnya” Ucap Aru perlahan dengan menahan rasa sesak.
“ Maksudmu? Nggak mungkin khan? Dia masih hidup khan?” tanya Fera .
Aru hanya menggelengkan kepala.
“ Maaf aku baru memeberitahukan ini karena permintaan Kak Rara. Dia ingin kalian datang ke makamnya setelah 1 bulan dia tiada”
“ Maksudmu? Jadi sebulan ini dia uda tiada? Jadi siapa yang mengirim email itu?” ucap Nia dengan terisak.
“ Iya kak. Dia sudah tiada. Aku yang mengirim email-email itu sesuai permintaan Kak Rara. Dia tidak ingin kondisinya membuat kalian cemas dan khawatir. Dia juga tidak ingin hal ini membuat kalian sedih. Sekali lagi maaf. Oia ada sebuah surat lagi untuk Kak Fera dan dia minta bacakan untuk yang lainnya karena cuma kakak yang bisa membacanya.”
Dibacanya surat dari Rara untuk Fera. Beberapa menit kemudian Fera tersenyum
“ Apa katanya?” tanya Ema.
“ Fera, kau sudah bisa khan? Aku senang kau bisa membaca tulisan ini. Hehe. Fera sampaikan pada anak-anak bahwa aku sangat sangat mencintai kalian. Sangat menyayangi kalian. I miss you all.
Jangan pernah bertengkar ya kawan. Ingat aku ya, kalian selalu di hatiku. Kalian menjadi penyemangatku hingga kau mau berobat ke Singapura. Maaf aku tak pernah mengatakan kalau aku menderita kanker otak. Aku tidak tahu kapan penyakit ini bersarang ditubuh ini. Yang jelas aku sudah mulai pengobatan sejak 5 bulan terakhir ini. Kata dokter aku ini tahan sakit. Jadi baru ketahuan sakit waktu sel kankernya sudah menyebar keseluruh tubuhku. Aku sempat tak mau melanjutkan pengobatanku sejak aku didiagnosa bahwa aku tak mungkin bisa sembuh. Namun berkat kaprodi kita aku dikirim ke Singapura untuk pengobatan. Katanya dengan usaha yang maksimal aku bisa sembuh.
Namun Entah kenapa sejak operasi 2 hari yang lalu kondisi tubuhku mulai menurun. Aku merasa aku aku harus pergi meninggalkan kalian juga dunia ini. Entah nanti, besok atau lusa. Mungkin aku tak bisa lagi melihat kalian.
Jangan pernah lelah untuk belajar dan semoga kalian bisa menyelematkan banyak nyawa. Lalu kalau kalian bertemu pasien yang sama denganku jangan membuatnya patah semangat ya! Hwaiting, Fighting maksudnya!” Fera tersenyum setelah membaca surat itu.
“ Kak, aku pulang dulu. Ini alamat makam kakak Rara” Pamit Aru.
“ Ya , makasih ya Aru” ucap Fera.
Sepeninggalnya Aru Fera memandangi satu persatu wajah sahabat-sahabatnya kali ini benar-benar tanpa Rara. Rara telah istirahat untuk selama-lamanya. Meninggalkan kenangan indah bagi mereka.
“ Kami janji Rara!!’ Ucap mereka hampir bersamaan.
Monday, 25 Agustus 2012
Mentari disini masih tetap hangat meski kau telah tiada. Mentari hangat ini mengantarkan kami ke hari bersejarah bagi kami. Kami sekarang resmi menjadi sarjana Ra. Kami akan berjuang. Kami akan menepati janji kami.
We love you too. Fera, Ema, Nia dan Ratna.
---The End---
테 엔ㄷ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar