Minggu, 01 Januari 2012

Haru-Haru part 1

Title     : Haru-Haru part 1

 

Author : Jung Seulrin / Elaistkangofu Thesistambul
Length : Twoshot
Genre  : Romance and medical
Cast     :
Han Eun Mun                         : Koukie Sukiama Yuri-chann
Han Eun Jae                           : OC/ You  
Kwon Jiyong                           : Jiyong
Lee Seunghyun                      : Seungri
Choi Seung Hyun                    : Seung Hyun
And the other cast….

Annyeong,, im come back..!!
Berhubung ada waktu istirahat dari kepenatan Skripsi sambil menunggu panggilan seminar proposal aku menyelesaikan FF pesenan uri ttal…*anak kami (Ninda a.k.a Koukie Sukiyama). Mianhe nin, baru kelar tanggal 27 Des.. padahal bikinnya dari bulan Oktober.

Ok happy reading. RCL anda ditunggu, karena hanya berdasarkan yg coment saja yg akan kutag part selanjutnya.. ^^ (kecuali anakku tentunya) hehe.

Warning!! Ini banyak istilah medis, jadi perhatikan keterangannya baik-baik ok!! Jika ada yang terlewat alias belum q kasih keterangan langsng laporkan pada saya.


>>>>>>
Mataku tak lepas dari papan nama yang tertempel di depan kamar salah seorang pasien. Selama apapun aku memandangi rangakain huruf hangeul itu huruf-huruf disana takkan berubah menjadi namaku. Seandainya aku bisa melakukannya akan kurubah nama itu menjadi namaku. Bukan dia yang terbaring disana. Kueja  serangkaian nama tersebut. Ada rasa tak tega saat mengucapkannya. Han Eun Mun. Kueja sekali lagi dan sekarang diiringi dengan air mataku yang mengalir perlahan.

Sekilas aku mengingat ucapan seseorang yang kini terbaring di balik pintu ini.
“ Eonni, jangan menangis lagi arra!!! Aku saja tidak menangis jadi kumohon jangan menangis lagi!! Kau masih ingat bukan ucapan sunbae yang pernah kau ceritakan padaku??? Jadilah seorang dokter sebagai dokter bukan manusia, karena jika dokter sebagai manusia kau akan melakukannya dengan perasaan. Jika itu terjadi maka semua yang kau lakukan akan membahayakan pasienmu.!! Ingat??? Sekarang saatnya kau mempraktekkan ucapan sunbae itu!!!”

Miris memang justru yang menenangkanku adalah pasien itu sendiri tapi ia adalah adik kandungku sendiri. Karenanya juga aku sekarang telah mengahapus air mataku dan tersenyum kembali sebelum membuka pintu itu.

Dibalik pintu ini seseorang terbaring lemah. Wajahnya pucat, bibirnya kering begitu juga kulitnya. Begitulah jika seseorang melakukan kemoterapi. Efek sampingnya sangat mengerikan dan menyakitkan dibandingkan penyakit itu sendiri namun itu adalah keputusannya. Pasien punya hak itu. Aku sebagai eonninya hanya pasrah dengan kemauannya.

“ Aku masih ingin hidup eonni!! Aku masih ingin melihat dia!! Setidaknya aku bisa mati dengan usaha daripada aku mati tanpa usaha sekalipun meski itu sangat menyakitkan!!!”
Itulah kalimat terakhirnya sebelum kemo dilakukan.

“ Eonni!!” Ia memanggilku pelan. Senyuman menghias diwajahnya. Mau tak mau aku ikut tersenyum.Tersenyum lega karena kemo kali ini berhasil membunuh sebagian sel kankernya.
“ Eonni tidak tidur berapa jam??” Masih saja ia mencemaskanku.
“ Ah…. Aku hanya tidur dua jam!! Belakangan ini banyak operasi emergency yang harus aku lakukan!!” Bohongku.
“ Ah, katakan saja jika kau yang menunggu setiap malam!! Menemaniku jika aku muntah-muntah!!”
“ Sudahlah, kau berhasil berjuang!! Kau berhasil!!” Aku mengenggam tangannya yang kering.
“ Eonni sudah makan??”
“ Eh.. ak..!!” Ucapanku terputus karena pesan emergency masuk di ponselku.
“ Mianhe… ada yang membutuhkanku!!”
“ Ne.. hwaiting eonni!!” Ia memberiku semangat sebelum aku keluar kamarnya. Aku menatapnya lembut dan tersenyum “ Kau juga!!”

Aku segera berlari menuju ruangan lain, ICU. Seorang pasien dengan kondisi kritis dan harus menjalankan operasi mendadak. Aku sebagai dokter yang menanganinya  memutuskan pasien ini untuk menjalankan operasi. Selama hampir 4 jam aku melakukan operasi dan akhirnya perjuangan pasien itu berhasil. Sekarang pasien tersebut tidak dalam kondisi kritis lagi dan aku kembali tenang dan segera keluar dari OK (kamar operasi).

Baru saja aku bernafas lega setelah keluar dari OK (kamar operasi). Aku mendapat pesan jika kondisi Eun Mun memburuk. Setelah membersihkan diri aku segera berlari menuju kamarnya. Hatiku benar-benar kacau. Apa yang terjadi?? bukankah baru saja ia berhasil melawan sel-sel kankernya tapi kenapa seperti ini??
Dokter Jang baru saja masuk bersama dua orang perawat yang membantunya.

“ Tekanan darahnya 84 ,suhunya 34!!” Lapor seorang perawat yang telah memeriksa kondisinya.
Mendengar laporannya kakiku lemas. Bagaimana tidak tanda-tanda vital yang ditunjukkan sangat mengkhawatirkan jauh dibawah rata-rata dan itu sangat kritis. Alarm di mesin pendekteksi tanda-tanda vital berbunyi menandakan jika pasien ini mengalami henti nafas dan harus segera ditangani. Tanganku dingin, aku hanya berdiri mematung melihat angka-angka di mesin tersebut semakin turun.

 “ Intubasi (bantuan pernafasan dengan ambu bag yang dihubungkan langsung dengan trachea melalui selang)!!” Dokter Jang memerintahkan seorang perawat memasang ambu bag untuk membantu pernafasan Eun Mun. Sedang dokter Jang telah siap dalam posisi untuk melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru atau CPR (Cardiac pulmo resitation)), Kedua tanganya telah berada diatas dada Eun Mun dan siap menekannya.

“ Biar aku saja!!” Ucapan itu muncul begitu saja. Dokter Jang menatapku tajam.
“ Kau serius dokter Han??”
Aku mengangguk mantap dan mengambil alih tindakannya. Dengan kekuatan bahu aku menekan dada Eun Mun agar jantungnya kembali normal.

“ Jebbal bernafaslah!!” Batinku seraya terus menekan. Tanpa kusadari air mataku mengalir.
“ Dokter, Ventrikel Fibrilasi (detak jantung tidak beraturan >> yg berdetak hanya bilik jantung HENTI JANTUNG) !!!” Lapor seorang perawat lainnya.

 Andwe.. jangan terjadi… Mataku serasa panas. Mungkin sebentar lagi air mataku akan keluar.
“ Shock able (berhak di defibrilasi = kejut jantung)!!” Ucapku mantap.
Aku meraih peddal defribilator yang telah diberi jelly dan telah diratakan oleh petugas lain.
“ Energi 360 Joule (satuan listrik) ..!!” Ucapku.
“ Ne..!!”  Petugas tersebut menekan tombol sesuai intruksiku dan aku segera mengisinya.
“ I’m clear, everybody clear!!!”
“ Clear!!”

Dengan cepat aku menekan kedua pedal di dada kanan atas dan bagian perut sebelah kiri.Setelah melakukannya kulanjutkan kembali melakukan RJP.
“ Dokter Han..!! Biar aku saja!!” Dokter Jang terlihat mencemaskanku.
“ Ani..!! Aku sendiri yang harus menyelamatkannya.!!”

Aku masih terus melakukan kompresi. “ Ephinephrin!!” Ucapku memerintah seorang perawat menyuntikkan obat pacu jantung. Tapi diambil alih oleh dokter Jang. Seseorang dokter juga masuk keruangan ini tapi aku tidak tahu siapa yang masuk, aku terlalu focus untuk menyelamatkan adikku satu-satunya. Yang ada dipikiranku hanya membuatnya hidup kembali. Kumohon tuhan buatlah ia bernafas dan berdetak kembali. Kembalikan dia, jangan sekarang jebbal… jebbal…
Dengan mulut masih menghitung jumlah kompresi yang aku lakukan. Semua kenangan tentang dia berputar kembali diotakku. Semakin membuat air mataku mengalir deras dan membuyarkan pandanganku.

Entire the past
Bunyi bel rumah membuyarkan Han Eun Jae dari konsentrasinya yang sedang bekerja melihat beberapa rekam medis pasien yang bisa ia akses dari rumah. Dengan sedkit kesal ia berjalan turun ke bawah melihat siapa yang baru pulang malam-malam begini.

Seorang gadis dan laki-laki baru saja masuk dalam rumah terkejut melihat Eun Jae telah berdiri dengan kedua tangan dilipat didepan dada.

“ Ah… Eun Jae ssi mianhe!! Kami baru pulang sekarang!!”
“ Hmmm!! Kemana saja kalian??? Jiyong ssi sudah berapa kali aku ingatkan jangan pulang larut malam arra!! Tapi kau beruntung karena hari ini hari bahagiannya Eun Mun jadi kau selamat!!”
“ Eonni!! Kenapa kau marah-marah begitu? Biarkan dia pulang jangan diceramahi!!” Eun Mun menarik baju Eun Jae.
“ Gwenchana chagy..!!” Jiyong memberikan kode kepada Eun Mun jika ia baik-baik saja.
“ Hmm!! Baiklah!! Kau pulanglah!! Besok kalian bisa bertemu kembali!!”
“ Ne..!! Aku pamit!!” Jiyong melangkah ke pintu dengan diantar Eun Mun. Sebelum melangkah menuju mobilnya Jiyong memeluk erat Eun Mun dan mengecup keningnya.
“ Istirahat ya..!!” Ucap Jiyong lembut.
“ Hmmm!!! Hati-hati Chagiya..!!” Balas Eun Mun.
Setelah bayangan Jiyong menghilang tiba-tiba kedua tangan Eun Mun bagian perutnya. Nyeri hebat menyerang salah satu organnya

“ Eun Mun_ah!! Masuklah!!” Panggil Eun Jae dari dalam namun tidak ada sahutan. Begitu Eun Jae melihat Eun Mun kesakitan ia segera membantu Eun Mun berdiri. Baru mencoba berdiri tiba-tiba Eun Mun tidak sadarkan diri dan membuat keseimbangan Eun Jae rubuh. Mereka berdua terjatuh.

“ Yaaa..!! Eun Mun-ah!! Ireona!!!” Panggil Eun Jae. Setelah memeriksa secara sekilas Eun Jae segera menghubungi rumah sakit.
“ Kirimkan ambulans sekarang..!!” Perintah Eun Jae.
Selang beberapa menit sebuah ambulan datang dan membawa pergi Eun Mun yang tak sadarkan diri.
“ Kenapa dia dok???” Seseorang dengan baju perawat yang sedang memasang infuse menanyakannya.
“ Aku tidak tahu, dia kesakitan!! Dia memegang perut  sebelah kiri…!!” Begitu ia mengucapkan sebelah kiri Eun Jae menatap perawat tersebut.
“ Apa anda memikirkan apa yang saya pikirkan dok??”
“ Sepertinya iya!!” Eun Jae menunduk dalam menggenggam tangan Eun Mun.
Sesampai di ruangan ER (Emergency Room) seorang dokter laki-laki yang masih muda mendatangi Eun Mun dan Eun Jae.
“ Kenapa dia dok??” Dokter tersebut bertanya kepada Eun Jae sambil memeriksa Eun Mun.
“ Suspect sirosis!!” Eun Jae menjawab lemah.
“ Kenapa kau bisa mengatakannya?? Kita hanya melakukan pemeriksaan fisik dan belum melakukan test laboratorium”
“ Ia punya resiko tinggi!!! Diam-diam ia menyembunyikan gejalanya dan aku tahu itu!! Dokter Choi Seung Hyun kumohon periksa dia!!”

Dokter yang bernama Choi Seunghyun mengangguk pelan. Dalam hatinya ia tak percaya gadis didepannya ini memiliki penyakit seberat itu.
“ Apakah Jiyong tahu??” Dokter Choi mendekati Eun Jae setelah periksaan selesai dilakukan dan Eun Mun telah tertangani.
“ Ani..!! Tak ada yang tahu kecuali kita berdua dan adikku!! Jangan katakan pada sahabatmu itu eoh!!”
“ Hmm, ne!! Ini hasilnya!!” Dokter Choi menyerahkan surat dari laboratorium.
“ Ini?” Eun Jae menatap laki-laki disampingnya dengan penuh tanda tanya.
“ Ikut aku!!”  Doter Choi menunjukkan hasil CT scan yang ia lakukan.
“ Lihat ini!!” Eun Jae melihat gambar-gambar yang menunjukkan hasil CT. “ Sudah stadium 4??”
“ Hmm!! Kenapa kau baru tahu???”
“ Dia menyembunyikannya!! Baru kemarin aku menemukan gejala-gejala itu tanpa sengaja!!! Sekali lagi jangan katakan pada Jiyong!!”
“ Kenapa, bukankah dia berhak tahu?”
“ Eun Mun saja menyembunyikan padaku apalagi Jiyong!! Biarkan anak itu saja yang mengatasinya!!” Eun Jae beranjak dari tempat duduk dan pergi meninggalkan dokter Choi.

Seunghyun menghela nafas pelan. Merahasiakan hal ini berarti harus berbohong kepada orang itu yang tak lain adalah sahabatnya.

Seunghyun keluar dari ruangannya dan menuju kamar Eun Mun. Disana sudah ada Eun Jae yang berdiri dengan tatapan sendu kea rah Eun Mun. Dapat terlihat jelas mata Eun Jae memerah.
“ Eun Jae-ah,, kau pulanglah!!” Eun Jae tak bergeming. Ia masih terdiam dengan mata masih melekat di wajah Eun Mun.
“ Eun Jae-ah!!” Panggil Seunghyun sekali lagi. Sama, Eun Jae masih terdiam.
“ Han Eun Jae!!!!” Suara Seunghyun yang sedikit meninggi membuat Eun Jae akhirnya menoleh kearah Seunghyun. Dengan Punggung tangannya ia mengusap kedua matanya yang masih basah.

“ Pulanglah!! Kau jaga pagi kan besok?? Aku akan menjaganya malam ini!!”
Eun Jae tak menjawab ia hanya menatap Seunghyun datar.
“ Eun Jae-ah ??”

Tiba-tiba Eun Jae berjalan meninggalkan ruangan tanpa berbicara sedikitpun dan mengubah ekspresinya. Dengan gontai Eun Jae pergi dari rumah sakit dan kembali pulang. Seunghyun tak berkata apa-apa hanya diam dan menatap punggungnya.

Hampir ke 10 kali bel  rumah yang sangat besar untuk ditinggali dua orang saja itu berbunyi. Tak ada satu orangpun yang keluar dari balik pintu itu. Laki-laki dengan rambut cepak berdiri dengan cemas seraya mencoba menelpon seseorang namun sepertinya yang dihubunginya tidak menjawab.

“ WAE???” Tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut kusut mncul dari balik pintu. Wajahnya sangat kesal.
“ Noona?? Neo?? Gwenchana?? Eun Mun mana? Apa dia???” Laki-laki itu segera menyerbunya dengan semua pertanyaan yang intinya hanya satu. Dimana Eun Mun???

Eun Jae menatap laki-laki didepannya dengan sorot mata kesal. Kesal karena laki-laki didepannya telah menganggu tidurnya yang baru saja memejamkan mata selama 30 menit.
“ Mianhe noona!!” Jiyong menundukkan kepalanya merasa bersalah karena mengganggu istirahat gadis didepannya .

Eun Jae menatap Jiyong tanpa ekspresi. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di otak Eun Jae saat ini. Merasa bersalah mungkin, menjadi masalah tepat yang kini dirasakannya.
“ Sebaiknya jangan temui dia lagi!!” Eun Jae sedikit terkesiap mendengar mulutnya tega mengatakan hal itu. Ia menundukkan kepalanya sejenak merasa bersalah tapi mendongak kembali dengan cepat.
“ Wae???” Jiyong meninggikan suaranya. Diwajahnya jelas terlihat ia merasa bingung kenapa wanita didepannya ini melarang ia bertemu dengan yeojachingunya.
“ Lakukan saja apa yang aku katakan!!” Eun Jae berkata ketus kemudian menutup pintu dengan kasar. Jiyong semakin bingung dengan sikap gadis itu.
“ Noona-ah, wae??? Kenapa aku tidak boleh bertemu dengannya?? Apa aku pernah berbuat salah??” Jiyong berteriak dari luar rumah meminta penjelasan. Tangannya memukul daun pintu dengan keras. Berharap orang dibalik pintu ini mau memberikan penjelasan.

“ Hentikan!! Memalukan saja kau ini!!!” Cetus seorang laki-laki yang menggunakan kemeja warna coklat tua. Jiyong menoleh.
“ Seunghyun Hyung??? Kenapa Eun Jae noona tidak mengijinkanku menemui Eun Mun? Bukankah hari ini dia harus mengikuti ujian!!” Jiyong meluncurkan pertanyaan-pertanyaan yang semula ditujukan pada Eun Jae.
Seunghyun mengeraskan dagunya. Matanya seolah berkata ‘DIa benar-benar melakukannya?’.

“ Mungkin sebaiknya kau turuti permintaan Eun Jae!!”
“ Tapi hyung!!”
“ Sudahlah kau berangkat ke kampus saja!! Biar aku yang akan mengurusnya!!” Seunghyun berjalan melewati Jiyong.  Diketuknya pintu rumah yang baru saja dipukul Jiyong.
“ Ini aku!! Buka pintunya!!” Ucap Seunghyun selanjutnya. Dan beberapa menit kemudian pintu itu terbuka, Seunghyunpun masuk.
“ Kau tenang saja Jiyong-ah!!” Ucap Seunghyun menenangkan Jiyong dan kembali masuk kedalam rumah.

Jiyong tak menjawab dia hanya memandangi pintu rumah itu tertutup kembali. Wajahnya sangat murung. Diotaknya penuh tanda tanya kenapa dia dilarang bertemu dengan yeojachingunya? Padahal tadi malam dia dan Eun Mun baik-baik saja. Apa karena mereka pulang terlambat sehingga ia tidak boleh bertemu dengan Eun Mun. Dengan cepat Jiyong menggeleng.

“ Eun Jae ssi tidak mungkin seperti itu!!” Sanggahnya pada diri sendiri.
Jiyong melangkahkan kakinya menjauhi rumah itu. Sekarang sangat berat melangkahkan kakinya menuju kampus. Pikirannya tidak tenang. Ia berharap apa yang dikatakan hyungnya benar.
***

Eun Jae berjalan dengan langkah gontai namun senyuman bahagia ada di wajahnya. Eun Jae masih menggunakan baju operasi berwarna biru. Sepertinya dia baru saja melakukan operasi.
“ Kau senang??” Celetuk seorang laki-laki yang berprofesi sama.
“ Geurreyo dokter choi!!” Eun Jae masuk kedalam sebuah kamar pasien.
Nampak disana seorang gadis berambut pendek tengah duduk ditepi tempat tidur. Senyumnya mereka seketika saat melihat Eun Jae dan laki-laki dibelakangnya.
“ Annyeong Eun Mun-ah!! Kau siap?? Kali ini kita akan menjalani pemeriksaan terakhir sebelum kau dijinkan pulang kerumah!!”

Tak berapa lama seorang perawat datang mngantarkan sebuah kursi roda.
“ Tentu saja oppa!!” Jawab Eun Mun ceria. Diwajahnya tak lagi pucat. Itu juga yang membuat Eun Jae tak berhenti tersenyum.
“ Ingat setelah ini kegiatanmu tidak boleh terlalu banyak!!! Seperti yang kita bicarakan kemarin kau harus home schooling!! Kau tak ingin kan tiba-tiba disekolah penyakitmu muncul!!” Terang Eun Jae.
“ Yaaa… dokter Han jangan terlalu keras pada yeodongsaengmu!” Timpal dokter Choi yang tak lain adalah Seunghyun.
“ Ah.. Gwenchana oppa!! Aku tahu eonni sangat mencemaskanku!! Oh iya, bisa kau keluar sebentar aku ingin berbicara dengan eonni!!” Mohon Eun Mun sopan.
“ Baiklah, hanya lima menit!! Semuanya sudah siap lho!!” Ingat Seunghyun sambil melangkah keluar.
Setelah Seunghyun keluar Eun Jae duduk disamping Eun Mun.
“ Soal Jiyong??” Tebak Eun Jae tepat.
Eun Mun hanya mengangguk. Wajahnya seketika berubah murung.
“ Seperti katamu aku tidak memberitahukan hal ini padanya!! Aku juga telah melakukan apa yang kau mau, aku telah melarangnya bertemu dengan kau!!”

Eun Mun menoleh dengan mata sendu kearah Eun Jae.” Gomawo eonni!! Sisanya biar aku yang melakukannya?” Eun Mun memegang kedua tangan kakaknya dengan lembut.
“ Ingat aku mengijinkanmu keluar rumah sakit karena kondisimu cukup baik jangan lupa jaga kesehatanmu. Selama satu minggu ini aku akan berada di rumah sakit. Jam malamku ditambah!!” Jelas Eun Jae.

Eun Mun tersenyum lebar menyakinkan eonninya jika ia akan baik-baik saja.
“ Naiklah ke kursi roda!! Akan kubantu!!” Dengan hati-hati Eun Jae membantu Eun Mun .
Mereka berdua keluar dari kamar dan menuju laboratorium untuk pemeriksaan CT scan. Diluar kamar sudah ada Seunghyun menunggu.

“ Baru saja aku akan memberitahumu jika sudah giliran Eun Mun diperiksa!!”
Eun Jae tersenyum dan menyerahkan kursi roda Eun Mun untuk didorong oleh Seunghyun.
“ Kau tidak ikut?”
“ Ikut donk!!”

Mereka berjalan menuju ruang CT scan yang berada dilantai dua. Pecakapan mereka sesekali diiringi tawa. Ponsel Eun Jae berbunyi, panggilan dari ruang gawat darurat.
“ Ah.. dokter Choi aku titip adikku ya… Aku harus ke ER..!!” Pamit Eun Jae seraya meninggalkan mereka dengan setengah berlari.
“ Oppa, apa eonni sangat sibuk??”
“ Ya… begitulah kalau dokter bedah. Ia berkutat di ER dan ruang operasi!! Tapi hal yang paling ia takutkan jika seseorang yang berbaring di meja operasinya adalah kamu!! Makanya itu jaga amanatnya baik-baik!!” Jelas Seunghyun seraya tersenyum

Eun Mun tertegun sejenak mendengar apa yang dikatakan laki-laki dibelakangnya. Ia menunduk dalam merasa bersalah.
“ Jangan bersedih arra!! Tersenyumlah!!” Seunghyun menundukkan kepala melihat wajah gadis yang duduk di kursi roda yang sedang didorongnya. Gadis itu mendongak dan tersenyum lebar.

Dari kejauhan ada sepasang mata yang membulat saat melihat mereka. Sepasang mata milik seorang laki-laki.
“ Eh, itu Eun Mun???? Dengan Seunghyun hyung???” Ucap laki-laki itu pada diri sendiri.
Laki-laki itu berjalan mendekati Seunghyun berusaha menyapa.Tapi sebelumnya gadis yang semula didorongnya itu diambil alih oleh seorang perawat.

“ Seunghyun hyung!!” Teriak laki-laki itu.  Matanya masih tertuju kearah gadis berkursi roda itu pergi.
“ Oh… kau Seungri-ah!!Kenapa kau disini? Siapa yang sakit?”
“ Ani..!! aku hanya mengantar tetanggaku yang jatuh dikamar mandi!!!” Tapi mata Seungri masih mencari-cari gadis tadi.
“ Parahkah??? Pantas tadi Eun Jae  langsung dipanggil ke di ER!! Kau mencari siapa??” Seunghyun ikut melihat kearah Suengri melihat.

“ Aaaa,, gadis yang kau dorong tadi sangat mirip dengan Eun Mun, hyung!! Apa dia Eun Mun??”
Seunghyun sempat memperlihatkan mimic terkejutnya namun segera ia tutupi.
“ Anieyo..!!! Dia pasienku mirip mungkin!!!”
“ Tapi hyung aku yakin dia Eun Mun!!” Seungri bermaksud mengikuti gadis itu pergi.
“ Yaaa, mau kemana? Kau tidak boleh kesana arra!!” Seunghyun menarik ujung kerah baju Seungri dan menyeretnya menjauh.
“ Yaaa, hyung aku yakin itu tadi Eun Mun!!”
“ Yang dokternya itu siapa? Aku yang dokter pasien itu dan namanya bukan Eun Mun arra!! Enyahlah dari hadapanku!! Aku harus segera kembali!!” Seunghyun segera berbalik meninggalkan Seungri.
“ Hyung, Jiyong sudah seperti mayat hidup!!” Ucapan Seungri membuat Seunghyun menghentikan kakinya.
“ Nanti malam aku ketempatnya!!” Ujar Seunghyun tanpa menoleh dan melanjutkan kembali berjalan menuju ruang pemeriksaan Eun Mun.
***

“ Hasilnya sangat bagus!! Kau diperbolehkan pulang!! Nanti aku antar kau pulang, eonnimu ada jadwal malam!!” Seunghyun melaporkan hasil pemeriksaan dan membantu Eun Mun kembali ke kamarnya.
“ Seungri tadi mengenalimu!!” Lanjutnya.
“ Oh..!! Lalu, apa kau memberitahunya?”
“ Tentu saja tidak!!”

Setelah itu mereka terdiam tanpa membicarakan sesuatu. Sibuk dalam pikiran masing-masing.
“ Aku akan ketempat Jiyong nanti!! Sepertinya ia cukup membuat orang-rang disekitarnya khawatir..!!”

Tiba-tiba Seunghyun membuka suaranya lagi saat mereka masuk kedalam kamar Eun Mun.
Eun Mun tak menjawab ia hanya menundukkan kepalanya.
“ Kami tak melarangmu!! Lakukan apa yang kau mau!!” Seunghyun menatap Eun Mun.
Eun Mun mengangguk pelan dan berbaring kembali.
“ Kita akan pulang setelah eonnimu selesai melakukan operasi mungkin 2 sampai 3 jam lagi!!”  Tambah Seunghyun seraya berjalan keluar.
“ Oppa, eonni sering lupa makan!! Tolong selalu ingatkan dia ya!!” Ujar Eun Mun sebelum Seunghyun pergi.
“ Tentu saja!!”  Seunghyun tersenyum mendengar Eun Mun masih mengkhawatirkan dirinya.

***
“ Yaaa..!!! Hyung eodiyaaa???”
“ Aku jalan-jalan sebentar!!”
“ Seunghyun hyun akan kemari!! Tidak lucu kan kalau kau tidak ada dirumah!!”
“ Yaaa, Seungri-ah jangan mencemaskanku!! Aku hanya keluar sebentar!!”

Laki-laki  yang menyebut dirinya Jiyong itu menutup ponselnya dan terus berjalan menyusuri jalanan. Hampir setiap malam ia melangkahkan kakinya menuju tempat itu.Tempat yang sama waktu yang sama dan dengan kondisi yang sama.
Sosok yang diharapkannya untuk muncul disana tak ia temukan.

Jiyong mendesahkan nafasnya pelan “ Kemana kau sebenarnya??” Tanya Jiyong  pada diri sendiri. Tentu saja takkan ada yang membantunya menjawab pertanyaan yang ia lontarkan tadi.

Jiyong berdiri di dinding yang tak jauh dari rumah Eun Mun. Kepalanya menunduk dalam melihat kakinya yang bermain main dengan batu-batu kecil di ujung kakinya. Tiba-tiba JIyong mengangkat kepalanya seperti terkejut. Tangannya mengepal keras. Matanya menatap halaman depan rumah Eun Mun.

Sebuah mobil warna putih berhenti tepat didepan rumah Eun Mun. Jiyong tahu siapa pemilik mobil yang kini ia lihat.Ia menajamkan penglihatannya agar bisa menangkap apa yang terjadi di depan rumah Eun Mun. Awalnya tatapannya biasa namun beberapa menit kemudian tatapan itu berubah. Tatapannya berubah kesal, penuh kebencian dan pertanyaan-pertanyaan tak masuk diakal muncul bergantian di otaknya. Tangannya mengepal seluruh kekesalannya ia lampiaskan dalam genggaman tangannya.

“ Kau bohong padaku hyung!!!” Umpat Jiyong.
“ Eun Mun-ah, dia ada disini!!” Ucap Seunghyun begitu menyadari ada seseorang yang mengamatinya dari kejauhan. Eun Mun menoleh lemah kearah yang ditunjuk Seunghyun. Mata pucatnya mengamati tubuh laki-laki yang mengamati mereka dengan seksama. Perlahan ia tarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis. Dari matanya Nampak ia merindukan sosok diseberang sana.

“ Dia semakin kurus!!” Lontar Eun Mun pelan.
Seunghyun hanya berdeham mendengar ucapan Eun Mun. “ Kau ingin bertemu dengannya??”.
Eun Mun terdiam sempat berpikir namun dengan cepat ia gelengkan kepalanya.

“ Ani, tetap seperti ini saja oppa!!” Eun Mun berjalan perlahan meski rasa lemas disekujur tubuhnya telah menyerangnya.
Lihat saja baru melangkah sekali tubuh gadis yang terlihat rapuh itu oleng. Dengan sigap Seung Hyun menahan tubuh Eun Mun untuk tetap tegak. Setengah memeluk Seung Hyun memapah Eun Mun masuk kedalam rumah. Siapapun yang melihat ini pasti mengira laki-laki itu sedang memeluk gadis kecil itu. Begitu juga Jiyong. Kemarahannya telah memenuhi otaknya.Begitu Seunghyun dan Eun Mun masuk Jiyong melangkah cepat menuju mobil laki-laki yang dikenalnya. Ia bersembunyi dibalik mobil putih itu, menunggu sang pemilik keluar dari rumah dihadapannya.

“ Kau yakin tak ingin bertemu dengannya??” Ujar Seunghyun sekali lagi setelah mengantar Eun Mun ke kamarnya.
“ Hmm..!!” Hanya dehaman kecil yang diterima Seunghyun sebagai jawaban.
“ Terserah kau saja!!! Aku pulang!! Oh iya, kau tidak apa-apa sendirian sampai teman Eun Jae datang???”
“ Jangan khawatir oppa!! Nan gwenchana!! Kembalilah!!” Jawab Eun Mun sopan.
“ Istirahatlah!!” Ucapan Seunghyun yang terakhir kalinya yang kemudian pergi meninggalkan Eun Mun dikamar.

Dering ponsel Seunghyun berbunyi saat Seunghyun akan membuka pintu keluar. ‘ Eun Jae’ Nama yang tertera di panggilan tersebut.
“ Ne..!!”
“ Temanku belum datang dokter??”
“ Ne,belum!! Yang datang justru laki-laki itu!!”
“ Berhati-hatilah!!”
“ Kenapa kau bilang begitu? Apa kau tahu akan terjadi sesuatu padaku??” Seunghyun tersenyum mendengarkan orang yang berbicara di balik telepon.

Disaat yang sama tiba-tiba sebuah pukulan keras menghantam wajah Seunghyun. Tubuhnya sedikit oleng dan membuat ponselnya terlempar cukup jauh dari jangkauannya. Awalnya Seunghyun terkejut namun dengan cepat ia hilangkan ekpresinya tersebut dan tersenyum seakan tahu ini akan terjadi.

“ Geotjimal!!!”  Bentak laki-laki yang telah memukulnya. Seunghyun mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya yang berdarah karena efek pukulan yang baru saja diterimanya. Seunghyun tak menjawab pernyataan Jiyong karena kalimat itu tak butuh jawaban.

“ Kau berani memukul hyungmu ini??” Ujar Seunghyun seraya mengambil ponselnya yang terlempar.
“ Kau bilang kau tidak tahu apa yang terjadi dengan Eun Mun tapi yang barusan kulihat!!! Kau malah berpelukan dengan Eun Mun!! Cih…!!!”

Seunghyun menarik salah satu ujung bibirnya. “ Dan kau percaya begitu saja kan!!!”
‘BUGG..!!’ Sebuah pukulan kembali melayang kearah wajah Seunghyun membuat luka diujung bibirnya semakin lebar.
“ Kau harus membayar ulahmu ini Jiyong-ah!!” Seunghyun mengusap darahnya dengan ibu jarinya.
“ Cih.. aku akan membayarnya dua kali lipat!!!” Jiyong melayangkan pukulannya kembali kali ini mengarah tepat di ulu hati namun tangannya berhenti diudara. Seunghyun menahan pukulan Jiyong  dan mendorongnya menjauh.
“ Aku hanya menuruti apa yang diperintahkan Eun Jae!!” Ujar Seunghyun datar membuat Jiyong menghentikan gerakannya yang akan melancarkan pukulannya.
“ Harusnya kau menolaknya hyung!!!” Jiyong melancarkan pukulannya lagi dan semakin menjadi. Sepertinya kemaraha nlaki-laki ini telah berada diambang batas pengendalian emosinya. Pukulannya tak teratur dan Seunghyun mencoba menghindari pukulan Jiyong meskipun dia tak pelak dari pukulan Jiyong yang meninggalkan jejak di beberapa bagian tubuhnya

Sementara itu dibalik jendela dari sebuah kamar yang terletak tepat dilantai dua rumah yang berada dibelakang mereka seseorang sedang menatap sendu perkelahian dua orang laki-laki di depan rumahnya. Dengan tangan bergetar  ia mencoba menghubungi seseorang.

“ Oppa, datanglah kerumah!! Jiyong  oppa dan Seunghyun oppa berkelahi!!” Gadis itu berbicara dengan suara serak seolah sedang menahan tangisnya agar tak keluar.

Setelah mendengar suara laki-laki yang dihubunginya ia menjatuhkan tubuhnya di lantai. Sepertinya pertahanannya ambruk. Air matanya pun keluar menuruni tulang pipinya yang semakin tirus.

“ Mianhe.. mianhe…!!” Hanya kalimat itu yang muncul dari bibirnya disela-sela tangis.
Matanya menangkap kembali perkelahian di depan rumahnya dan kini ada seseorang yang telah memisahkan mereka berdua.

“ Hyung!!! Keunmanhe!!!!” Seungri, laki-laki yang dihubungi oleh gadis tadi. Dihubungi oleh Eun Mun untuk melerai dua laki-laki itu.
“ Biarkan aku Seungri-ah!! Laki-laki yang kita panggil hyung ini telah merebut Eun Mun dari tanganku!!” Geram Jiyong seraya meronta dari gengaman Seungri.

Saat bersamaan ponsel Seunghyun berdering. Semula Seunghyun mengabaikannya namun setelah melihat nama yang tertera dilayarnya ia segera mengangkat panggilan tersebut.
“ Ne..!!”
“ Yaaaa!! Cepat kembali!!” Seunghyun menjauhkan ponselnya karena orang yang menghubunginya berteriak dengan suara keras.
“ Yaaa, kau sudah tahu Eun Jae?? Apa dia yang memberitahumu??”
“ Ani!! Aku tahu ini pasti terjadi!! Palli kembalilah kerumah sakit!!”

Seunghyun menganggukkan kepala. “ Bawa dia pulang Seungri-ah!! Jika bukan karena dia mennghubungiku, aku masih ingin memberinya pelajaran!!” Ucap Seunghyun sambil berlalu.
“ Yaa..!! Kita belum selesai hyung!!” Teriak Jiyong saat mobil Seunghyun pergi meninggalkan mereka.
“ Keunmanhe!!! Palli Kha!!!!” Seungri menarik tubuh Jiyong yang sedang menatap sebuah jendela yang merupakan kamar Eun Mun.

JIyong bisa melihat bayangan seorang gadis yang tengah berdiri dibalik jendela dan menatap kearahnya.
“ Mianhe oppa!!”

Mobil putih yang dikendarai Seunghyun  tiba diparkiran rumah sakit. Seorang gadis yang menggunakan seragam biru terbalut dengan jas putih panjang telah berdiri tak jauh dari mobilnya.

“ Seperti dugaanku!! Lukamu cukup membuat cemas!!” Celetuk gadis itu.
“ Dan seperti biasa kau selalu tahu apa yang terjadi padaku!!”
“ Hmm..!! Ayo kita masuk dan obati lukamu!!” Ucap gadis itu dan segera masuk mendahului Seunghyun.

Mereka berjalan menuju kamar dokter jaga yang berada tak jauh dari bangsal.
“ Apa wajah ini pantas disebut dokter eoh??” Kesal gadis tersebut seraya mengeluarkan bak instrument yang berisi peralatan perawatan luka.
“ Mianhe Eun Jae-ah, kami sempat berkelahi!!”

Eun Jae menghentikan gerakan tangannya yang tengah mempersiapkan alat. “ Harusnya aku yang bilang begitu!! Mianhe.. jeongmal mianheyo Seunghyun-ah!! Aku selalu merepotkanmu dan sekarang kau malah terluka!!”
“ Sudahlah, jangan katakan itu lagi!! Aku tulus membantu kalian!! Jangan melamun lanjutkan perawatanmu!!” Seunghyun menarik tangan Eun Jae yang sedang memegang pinset dengan kapas diujungnya mendekati wajahnya yang terluka.
“ Ne..!!” Eun Jae menyentuh luka Seunghyun.
“ Yaa..!! Appo!! Pelan-pelan dokter!!” Seru Seunghyun.
“ Yaa..!! Kau ini seorang dokter kenapa baru luka seperti ini saja berteriak, kau tidak malu heh???”
“ Appo!!”

Eun Jae sedikit menekan luka Seunghyun sehingga membuat Seunghyun merintih kesakitan.
“ Yaaa..!! Seorang dokter yang pernah melakukan operasi berpuluhan kali kenapa baru luka seperti ini saja sudah mengeluh??” Kesal Eun Jae.

Seunghyun hanya tertawa kecil.
Ponsel khusus yang disediakan untuk petugas kesehatan dari rumah sakit milik Eun Jae berbunyi.
“ Ne..!! Ok.. aku kesana!!” Jawab Eun Jae singkat.
“ Lanjutkan sendiri..!! Aku harus ke ER!!” Eun Jae pamit dan segera berlari menuju ER.

Seunghyun hanya memerhatikan punggung Eun Jae yang menghilang dari balik pintu. Sekejap Seunghyun memerhatikan setiap sudut kamar dokter jaga milik Eun Jae.  Sebuah senyum terpajang diwajahnya saat menatap pigura yang diletakkan di meja kerja Eun Jae.
Pause Past
***

TBC...

Tunggu kelanjutannya ke part 2...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar