Minggu, 23 Oktober 2011

Darkness Shine

Title                             :Shine in the Darkness
Author                         :Elaaistkangofu Thesistambul / Jung Seulrin
Length                         : tak terbatas....
Genre                          : Tidak terdefinisi...
Cast:
Jung Won Bin
Jung Seulrin
Il Woo
cast lain yg masih disamarkan...


PROLOG
Mentari telah hilang dari peraduannya tenggelam dalam gelap malam yang menjadi penggantinya. Sang bulanpun muncul menggantikan kedudukan sang pemberi sinar disiang hari. Kini bulan sang pemilik malam menjadi penguasanya. Malam kali ini tak sepekat malam-malam sebelumnya. Kepekatan malam berubah menjadi malam yang dipenuhi cahaya dari sang rembulan. Dan malam ini sang rembulan menampakkan tubuhnya yang utuh tanpa menutupi sedikitpun bagian tubuhya. Menambah keanggunannya sebagai penguasa malam kali ini.

Aku menatap langit malam yang berubah terang  di malam yang beberapa hari  yang lalu diliputi kepekatan malam. Sinarnya tak kalah terang dengan sinar yang kunikmati sekarang. Kunikmati? Kurasa tidak tepat jika kukatakan kunikmati namun mau tak mau itu harus. Sinar itu makin terang saat rembulan memancarkan sinarnya di malam ini.

“ Ini saatnya!!” Suara sang pengawas muncul dari sebelah kananku. Aku menatapnya tajam. Aku bisa melihat bayanganku dengan jelas dimatanya. Mataku lebih gelap dari malam-malam sebelumnya. Sangat kontras dengan sinar yang sangat terang muncul dari pergelangan tanganku.

“ Energimu sudah cukup sekarang tepat umurmu menginjak usia 18 tahun” Seorang laki-laki dengan wajah murung ikut menimpali pembicaran malam ini.

Kutatap dengan tajam pergelanganku, jika kutajamkan mataku akan nampak sebuah bentuk unik dibalik sinar ini. Burung Phoenix berekor merah dan emas dengan semburat hijau disana. Seekor burung Phoenix berkepala tiga.

“ Indah bukan?” Seorang wanita separuh baya merangkulku. Senyuman licik selalu menghiasi wajahnya yang telah dipenuhi garis-garis penuaan.
Aku tak menjawab pertanyaannya karena pertanyaan itu tak butuh jawaban dariku.

“ Tentu saja indah!! Apalagi dia telah menjalankan tugasnya mendahului usianya yang sebenarnya.!!!” Laki-laki berwajah murung tadi ikut menambahkan.

Mataku mengamati setiap sudut ruangan tempat aku berdiri bersama dengan beberapa orang yang tak pernah mau kusebut namanya. Ruangan ini terlihat sangat terang dengan 4 orang yang memilki sinar ditangannya masing-masing. Tentu saja jika keempat orang ini pergi, ruangan ini akan menjadi gelap gulita. Menjadi malam yang pekat. Kulihat pergelangan tangan kanan masing-masing orang yang berada ditempat ini.

Sang Pengawas memilki sinar yang sangat indah dipergelangan tangannya. Ada warna emas disetiap sinarnya. Pendar-pendar warna ungu muncul di sela-sela sinarnya. Orang ini memilki bentuk elang bermata emas dan berekor hijau dengan bias ungu disana.

Laki-laki berwajah murung memiliki sinar merah yang dapat menyakiti mata manusia normal. Pendar-pendar emas juga muncul disetiap sinarnya. Ikan Red Devil menghias dibalik sinar merahnya itu. Sangat sesuai dengan warna sinarnya.Sinarnya saja sudah mematikan apalagi jika sebuah racun keluar dari balik sinarnya yang mematikan itu.

Wanita yang memilki senyuman licik ini memilki sinar jingga dengan pendar biru disekelilingnya. Batu Blue Shapire menjadi bentuk yang dimiliki sinar ini. Aku tidak tahu kekuatan apa yang muncul dari balik sinar wanita ini karena wanita ini jarang menggunakan kekuatannya. Ia menyebut dirinya pendampingku tapi aku tak pernah merasakan keberadaanya. Aku selalu melaksakan semua kewajibanku sendirian.

“ Are You Ready honey??” Suara lembut dan terkesan bijaksana masuk kedalam ruangan ini. Tak ada sinar yang mengikutinya.
“ Appa!!” Aku membalikkan tubuhku dan melepas tangan wanita pemilik senyuman licik itu.
Aku memeluk erat tubuh laki-laki yang masih dibilang cukup  muda ini.
“ Lihat gadis itu, kepribadiannya berubah drastis saat bersama appanya!!!” Sang Pengawas berbicara ada tawa mengejek dibalik perkataan itu. Aku menatapnya tajam.
“ Bagaimana Seul Rin-ah??” Appa menatapku dengan lembut.
“ Already!!” Jawabku pendek.

Tak lama sebuah sinar paling terang muncul dari pergelangan appa. Appa memiliki kemampuan untuk mengendalikan terang redupnya sinar yang menjadi miliknya. Sinarnya sama seperti milikku hanya warna emas lebih mendominasi. Bentuk yang dimilikinyapun sama seperti milikku. Phoenix berekor merah dan emas dengan semburat hijau disana. Burung Phoenix berkepala tiga. Untuk satu darah memang memiliki bentuk dan warna hampir sama. Hanya warna mata yang membedakannya. Mataku berwarna hitam gelap dengan lingkaran emas didalamnya. Sedang appa memiliki mata berwarna perak dengan lingkaran emas disana.

Mataku mengamati satu persatu pergelangan orang diruangan ini. Kualihkan mataku kearah pergelangan tanganku. Kemampuan ini, sinar ini, tubuh ini tak pernah kuminta menjadi seperti sekarang.  Tubuh yang tak seharusnya dimiliki manusia biasa. Tubuh ini juga yang membuat eommaku meninggal. Eommaku yang merupakan manusia biasa menjadi korban pertama sinar dari pergelangan tanganku.

Manusia biasa yang melahirkan sosok berkemampuan sepertiku akan mati terkena akibat dari kekuatan yang muncul dibalik gambar Phoenix berkepala tiga di tanganku. Sedangkan untuk sosok sepertiku akan kuat sampai kapanpun.

Jika aku diberi pilihan maka aku akan memilih menjadi manusia biasa. Bukan manusia berkampuan aneh. Golonganku berada diluar system. Tubuh dan fisik seperti manusia namun kemampuan ini bukan manusia. Mana ada manusia memilki sinar mematikan ditubuhnya. Bermata aneh dari mata manusia lainnya. Berumur lebih panjang dari usia manusia. Berhenti tumbuh diusia 18 tahun. Dan hanya mati jika sinar ini meredup selamanya.

Seperti sekarang sinar ini muncul tanpa terkontrol saat puncak purnama. Dimana kekuatan kami berada di puncak dan memiliki energy penuh sampai tak ada habisnya.
“ Jika kau sudah siap mari kita pergi sekarang!!” Sang Pengawas membuka pintu yang berada dibalkon ruangan ini.
Wanita bersenyum licik dan laki-laki berwajah murung berjalan mengikutinya. Langkahnya terhenti dan membuka jalan untuk kami. Aku dan appa berjalan keluar ruangan ini. Sebagian ruangan menjadi gelap karena satu persatu cahaya menghilang.
“ Jump???” Tanyaku.
“ Tentu saja tidak, akan ada yang menjemput kita untuk hari spesialmu!!” Wanita pemilik senyuman licik berbicara sambil menjentikkan jarinya tiga kali dan selang beberapa menit kemudian. Sebuah hewan terbang berhenti didepan jendela.
“ Phoenix berekor merah!!” Seruku.
“ Ne, Ini milikmu Seulrin!!” Sambung Sang Pengawas.
“ Ini hadiah dariku DG!!” Laki-laki murung itu berbicara.
DG, Dark Girl!! Gadis bermata gelap.

“ Ne, Gomawo!!” Aku membungkukkan badan.
“ C’mon, jangan berlama-lama!! Ada yang sangat merindukanmu Seulrin!!!” Appa menarikku untuk menaiki burung Phoenix bertubuh sangat besar ini. Ukurannya melebihi naga yang dimiliki orang itu.

Aku dan appa menaiki hewan ini sedang ketiga orang itu telah menghilang dari pandanganku. Ruangan tempat kami berkumpul berubah gelap. Semua yang ada disekitar ruangan ini mulai meredup dan kembali hitam pekat. Aku sudah menduga mereka pasti melompat. Bukan melompat biasa. Dengan sekali berpikir mereka akan tiba ditempat tujuan. Karena golongan kami hampir menyerupai Jumper.

“ Seul Rin-ah, sudah waktunya dan pilihan-pilihan itu telah menghilang!!” Suara Appa yang berat terdengar dibali deru angin akibat kecepatan burung yang aku tunggangi.
“ Arrasseo appa.!!! Ketika usiaku mencapai 17 tahun pilihan itu telah menghilang lebih awal dari ketentuan sebenarnya.!!”
“ Baguslah kau sudah mengerti!! Bagaimana hubunganmu dengan laki-laki itu??”
“ Pendampingmu??” Pendamping adalah orang yang selalu berada disisi orang-orang seperti kami. Di golongan kami ada beberapa orang yang memiliki kedudukan tinggi harus memiliki pendamping dalam melakukan tugasnya, dan pendamping itu memiliki kekuatan yang hampir sama dengan orang yang didampinginya.

“ Ne, namja itu!!”
“ Kurasa kau akan tahu nanti!!” Aku tersenyum samar dibalik mata gelapku yang semakin gelap karena bulan telah berada di garis batas puncak malam.

Tiba-tiba tubuh kami tersentak. Phoenix ini menukik kebawah menuju sebuah gedung yang lebih menyerupai kastil dengan kecepatan penuh. Tanganku mengenggam erat tangan appa.
“ Sudah tiba!!” Suara appa membuatku membuka mataku.

Dengan cepat kedua mataku mampu beradaptasi dengan tempat yang penuh cahaya. Cahaya dari masing-masing pergelangan tangan tamu yang hadir di gedung ini.
“ Won Bin ssi, anda telah ditunggu!!” Orang bertudung kerucut menghampiri kami dan meminta appa untuk bertemu dengan seseorang. Appa menoleh kepadaku seolah meminta izin, aku menganggukkan kepala.

Sepeninggal appa aku berjalan menuju balkon gedung ini yang menghadap kearah laut. Dari balkon ini terlihat jelas laut yang gelap memantulkan sinar rembulan yang bersinar dengan anggunnya di langit malam. Aku bisa merasakan energy rembulan yang menerpa kulitku. Sekilas mataku melihat pergelangan tanganku. Sinar itu berpendar. Kutajamkan mataku melihat sinar yang berpendar dari pergelangan tanganku.

Aku tak pernah meminta ini. Aku tak mau menjadi seperti ini. Namun ini tak pernah bisa aku tolak dan lepas begitu saja. Dari aku menghirup nafasku pertama kalinya aku telah ditakdirkan menerima ini semua. Umur ini, fisik ini dan pergelangan tangan ini. Pilihan tak ada lagi dihidupku, dan aku hanya menjalani apa yang telah digariskan untukku.

“ Kau melamun lagi?” Suara namja yang sangat kukenali. Aku menoleh kearah suara. Namja itu tersenyum menatapku mata perak kemerahannya semakin terihat jika diterpa sinar rembulan. Kutatap sinar yang muncul dari pergelangan tangannya. Sinar itu berwarna merah keemasan seperti warna api. Api yang keluar dari mulut seekor naga. Ya bentuk symbol ditangannya adalah seekor naga dengan garis-garis keemasan di tepi tubuhnya.

“ Yaa!! Jangan melamun jika berada didekatku!! Akan semakin gelap matamu itu!!”
“ Bukankah itu memang warnaku!! Dark!!” Jawabku dingin.
“ Seul Rin-ah!! Apa aku berbuat salah? Kenapa kau dingin sekali?” Namja ini memelukku. Melindungi tubuhku dari angin malam yang tertiup dari laut.
“ Il Woo-ah!!! Apa kau selalu menyalahkan dirimu saat aku bersikap dingin?”
“ Karena itu, jangan bersikap dingin lagi kepadaku Arraseo!!” Il Woo mengacak-acak rambut emasku.
“ Jika kau ingin aku tak bersikap dingin kepadaku, sekali-kali meminta izinlah kepada appa untuk meluangkan waktumu demi aku!!”
“ Baiklah, malam ini aku untukmu!! Ini malammu kan? Semua orang tahu itu dan kau punya hak prerogratif disini!!”
“ Masihkan menggunakan hak itu untuk memintamu menemaniku malam ini?”
“ Anieyo!! Aku yang akan memberikannya!!” Dia mencium keningku dengan lembut.
“ Hmmm!!” Suara dehaman orang yang kami hormati membuat kami saling menjauh dan memberikan tanda hormat.
“ Seul Rin-ah, sudah waktunya!!”
“ Ne, appa!!” Aku berjalan  disampingnya dan mengikuti arah kakinya berjalan. Il Woo mengikuti kami berdua, sesekali tangannya bermain dijari jemariku yang bebas.

Kami tiba disebuah ruangan yang tak jauh dari balkon tempat aku berdiri. Terlihat wanita pemilik senyuman licik, laki-laki berwajah murung dan sang pengawas telah berdiri disana menunggu kedatangan kami.

Il Woo memisahkan diri dari kami dan berdiri bergabung dengan ketiga orang tersebut. Serempak mereka menganggukkan kepalanya. Aku dan appa berdiri sejajar dengan mereka. Aku berdiri diantara Il Woo dan appa. Tampak appa memberikan tanda dan membuat orang-orang disampingku saling bergandengan tangan. Il Woo tersenyum kearahku dan menawarkan tangannya. Aku menggenggam tangannya dengan erat begitu juga appa menggandeng tanganku yang lain.

Dengan sekali melangkah sebuah sentakan keras menerpa tubuh kami berenam dan dalam hitungan detik kami telah tiba ditempat yang berbeda.

Mataku menatap sekeliling. Tempat ini adalah kargo sebuah pelabuhan. Disisi kanan dan kiri terdapat besi-besi tempat penyimpanan barang. Tempat ini gelap namun sekarang lebih terang dengan kedatangan kami berenam.

“ Ini waktumu Seul Rin-ah!!” Wanita pemilik senyuman licik mendekatiku dan menarikku keluar dari barisan.
Kami berjalan masuk kedalam sebuah gudang. Langkah kami seolah tanpa suara. Sebenarnya aku tak suka jika dibimbing aku lebih suka dibiarkan berangkat sendiri karena aku bisa bergerak sesuai hati. Tapi malam ini berbeda. Keempat orang lainnya mengikutiku dari belakang.

Baru beberapa langkah dari arah berlawanan muncul orang berjaket hitam siap menyerang kami. Kami tetap melangkah seolah tidak ada penghalang dihadapan kami. Mereka semakin mendekat dan mulai menyerang kami namun dengan sekali gerakan dari tangan kami masing-masing tanpa menyentuh tubuh mereka kami bereenam dapat melempar tubuh mereka ke udara.

Kami tetap berjalan menuju tempat tujuan kami meski beberapa orang maju menyerang kami. Aku dapat menghalau orang-orang yang akan menyerang kami dari sisi depan tanpa bantuan wanita pemilik senyum licik disampingku. Il Woo melindungi appa dari sisi sebelah kanan sedang laki-laki berwajah murung melindungi appa dari sisi kiri. Sang pengawas hanya berdiri dibelakang ayah tanpa melakukan penyerangan. Seperti namanya ia hanya seorang pengawas. Kami tak perlu mengeluarkan racun dari pergelangan kami masing-masing. Kami hanya menyentakkan energy dari tangan kami untuk melawan orang-orang yang menyerang kami. Membuat tubuh penyerang terlempar ke udara dan jatuh ke tanah dari ketinggian yang tak sedikit.

“ Keunmanhe!! Biarkan Seul Rin yang melanjutkan tugasnya malam ini.!!” Suara appa terdengar lebih keras membuat semua gerakan kami terhenti.
“ Il Woo, bantu Seul Rin!!” Sekali lagi appa memerintah.
“ Tapi.. Aku pendampingnya!!!” Wanita pemilik senyum licik merangsek maju mendekati appa. Terlihat di matanya jika wanita itu sedang marah.
“ Kau tidak melaksanakan tugasmu sebagai pendamping Seul Rin dengan baik!! Setelah ini akan ada penggantimu. Berdiamlah disini!!” Appa menatap wanita itu dengan tajam. Siapapun yang menerima tatapan tajam itu tak kan mampu membantahnya.

Il Woo membungkukkan badannya di hadapan appa dan segera berjalan mendekatiku.
“ Kajja!!” Il Woo mengarahkan tangannya kedepan mempersilahkanku maju untuk masuk kedalam gudang yang lebih gelap.
Aku tersenyum seraya melangkahkan kakiku kedepan.
“ Aku untukmu mulai saai ini!!” Il Woo membisikkan ditelingaku, aku tersenyum tipis.
“ Sebaiknya kita selesaikan tugas ini. Konsen……” Suaraku menggantung di udara. Kulihat Il Woo merangsek maju melindungiku dari depan. Sedetik kemudian aku melihat seseorang melayang setelah Il Woo berdiri didepanku.
“ Kau yang harusnya konsentrasi Seul Rin!!” Il Woo menggodaku namun matanya tetap melihat kearah depan dimana beberapa orang berpenampilan sama akan menyerang kami.

Tangan kananku bergerak bebas mengikuti gerakan orang-orang yang mulai berdatangan. Disusul suara dentuman keras saat tubuh sang penyerang jatuh kelantai.
“ Gerakanmu sangat indah Seul Rin!!” Il Woo berbisik kembali.
“ Kau Juga!!” Aku tetap konsentrasi dengan gerakanku agar pertahanan kami tidak lemah.

Semakin masuk kedalam, orang-orang yang menyerang kami semakin sedikit namun kekuatan mereka tidak bisa diremehkan. Aku perlu mengeluarkan energy sedikit lebih besar untuk mengalahkan satu orang.

Sekarang aku juga menggerakkan tubuhku dengan kaki-kakiku. Untuk mengalahkan sang penyerang kali ini aku tak bisa mengalahkan dari kejauhan aku perlu maju untuk mengalahkannya. Sentakan energy dari pergelanganku aku kolaborasikan dengan gerakan-gerakan untuk menghindari serangannya.

“ Kau tak bisa menyerang tuan kami!!” Sang penyerang tersenyum licik dan melancarkan pukulannya dan tendangan kakinya. Dengan gerakan cepat aku bisa menghindari semua serangan itu . Bahkan mungkin gerakanku tak dapat terlihat oleh laki-laki didepanku karena kecepatanku melebihi manusia biasa.

“ Jangan bergerak!! Aku bisa menyerangmu!!” Suara sang penyerang terdengar nyaring.
Bodoh mana mungkin musuhmu akan menuruti perkataanmu!! Aku berhenti tepat dibelakangnya.
“ Aku sudah berhenti!!”

Sang Penyerang itu membalikkan tubuhnya dan siap menyerangku namun baru dia akan mengangkat tangannya aku telah menyentakkan energy dari tanganku hingga dia terdorong kedinding 5 meter dibelakanganya. Dengan sekali melangkah aku telah tiba di hadapannya. Jump, itu yang kulakukan. Cukup membayangkan tempat tujuanku aku akan tiba ditempat itu sejauh apapun jarak yang kutempuh dengan waktu sesingkat mungkin.

“ Kau terlalu membuang waktuku!!”  Aku maju mendekati wajahnya. Tanganku mencengkeram lehernya yang jenjang.  Tanpa memerlukan energy yang besar kuangkat tubuh sang penyerang. Kedua tangannya mengenggam tanganku yang menekan lehernya ke dinding dibelakangnya.

“ Katakan padaku apa aku wanita tercantik yang kau lihat?”
“ Kau!!!”
“ Katakan!!” Aku semakin menekan lehernya.
“ Ne,  kau wanita tercantik yang kulihat!!”
“ Bagus!! Turuti apa yang kukatakan!!” Aku menurunkan tubuhnya dan mengendorkan gengamanku.
“ Sekarang kau masuk dan katakan pada tuanmu jika kami telah pergi dan kau menang!!”

Aku merapikan jasnya dan tersenyum lembut pada laki-laki didepanku.
“ Ne..!!” Laki-laki itu pergi dan masuk kedalam sebuah ruangan. Aku tersenyum melihat laki-laki itu masuk.
“ Kau membuatku hampir membunuh laki-laki itu Seul Rin?” Tiba-tiba Il Woo telah berdiri disampingku. Ada kemarahan di matanya.
“ Waeyo??”
“ Jika ini bukan ide licikmu aku sudah membunuh laki-laki tadi!!” Il Woo berjalan menjauhiku. Menyusul langkah kaki laki-laki sang penyerang tadi.
“ Kau cemburu??” Aku menjajari langkahnya.
“ Akan kubunuh laki-laki tadi!!!”
Aku mengenggam tangannya dengan lembut. Dia berhenti dan menatapku.
“ Ini malamku, biarkan aku yang melakukannya!! Akan kutunjukkan padamu!!!”
“ Baiklah!!”

Aku maju meninggalkan Il Woo. Tak lama kemudian Il Woo telah berada disampingku kembali. Kami berhenti dan mengamati dari kejauhan laki-laki sang penyerang yang sedang menemui tuannya.

Sesekali sang penyerang menoleh kearah belakang dan tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumannya seraya melirik Il Woo yang ada disampingku. Matanya menyala merah, dia marah. Aku genggam tangannya.

“ Tuan mereka telah mundur!! Kita menang” Sang penyerang berbicara pada orang yang duduk membelakanginya.
Beberapa menit hanya keheningan yang mengisi ruangan ini.
“ Baguslah!!” Tiba-tiba laki-laki yang dipanggil tuan oleh sang penyerang berdiri dan berjalan mendekati sang penyerang.
“ Apa kabar!!” Aku telah berdiri di samping sang penyerang. Dapat aku lihat ada ketakutan di mata sang tuan itu. Dia melangkah mundur hendak melarikan diri namun Il Woo telah berdiri disampingnya merangkul bahu sang tuan dan tersenyum licik.

“ Anda mau kemana??” Il Woo menekan bahu sang tuan. Kini seluruh ketakutannya terpancar jelas di wajahnya.
Aku melirik sang penyerang yang tersenyum melihatku telah berada di sampingnya. Tangannya menyentuh pinggangku dan memainkan jemarinya disana. Aku melihat Il Woo, matanya bersinar merah terang. Dia marah. Tangannya mengepal siap maju menyerang sang penyerang.

“ Gomawoyo sang penyerang!!” Aku membalikkan tubuhku menatap sang penyerang. Kedua telapak tanganku menyentuh wajah sang penyerang. Aura diruangan ini berubah drastis. Il Woo marah. Sinar ditanganya semakin membesar.

“ Kau telah melakukan tugasmu dengan baik!!” Aku melingkarkan tanganku dilehernya dan dengan gerakan cepat aku menekan lehernya tepat di pusat pernafasan. Sang penyerang berusaha melepas tanganku namun kekuatanku lebih besar darinya.

‘KRAAKKK!!’ Aku memutar kepalanya hingga mematahkan lehernya. Seketika nyawanya telah meninggalkan raga yang masih berada didekatku. Belum puas, aku angkat tubuhnya dan melemparkannya ke udara.
‘Brakk!!’ Tubuhnya jatuh diatas tumpukkan besi yang berada di ujung ruangan ini.

“ Bagaimana???” Tanyaku pada Il Woo yang tersenyum puas melihat sang penyerang telah mati ditanganku.
“ Kau cukup pandai memainkan emosiku!! Ini waktumu!!” Il Woo melepaskan sang tuan dan mendorongnya maju kearahku.
“ Kini giliranmu tuan!!!” Aku tersenyum.
“ Tolong jangan sentuh saya!!” Sang tuan memohon kepadaku. Aku hanya tersenyum tipis.
“ Aku takkan menyentuhmu tuan!!” Sinar ditanganku semakin besar. Membentukkan bola sinar ditelapak tanganku. Sang tuan melangkah mundur ketakutan.
“ Tak usah takut padaku tuan!! Ini tidak menyakitkan akan kubuat kau mati dengan tenang!!” Aku mendekati sang tuan. Bisa kurasakan warna mataku berubah menjadi lebih gelap.  Sinar keemasan bercampur warna hijau toska. Ada semburat keperakkan disana.

“ Jangan terlalu lama bermain main Seul Rin!!” Il Woo mengingatkan.
“ Akan kulakukan sekarang!!!” Kuangkat tangan kananku dan kuarahkan ke wajah sang tuan.
“ Say Goodbye!!!” Seruku bersamaan dengan membesarnya sinar di pergelangan tanganku. Sinarnya semakin besar memenuhi ruangan dan berfokus pada tubuh sang tuan. Dalam beberapa menit sinar itu melingkari tubuh sang tuan.

Aku berjalan menjauhi ruangan itu. Il Woo menyusulku dan melingkarkan tangannya di bahuku.
“ Hana, Dul, Seis!!” Il Woo menghitung dan dihitungan ketiga sebuah dentuman keras muncul dari arah belakang kami.

Sinar putih keluar dari ruangan itu. Bisa kurasakan tubuh laki-laki itu telah melemas dan mengering. Energy laki-laki itu terhisap habis oleh sinar dariku dan mengalir dalam tubuhku. Kupastikan esok akan ada berita bahwa ditemukan sebuah mayat yang telah mengering, hanya tertinggal tulang dan kulit yang menyelimutinya.

“ Chukkahamnida!!” Seru Sang pengawas yang telah berada dihadapan kami. Appa tersenyum banga padaku. Laki-laki berwajah murung bertepuk tangan tanpa merubah ekspresinya. Wanita pemilik senyuman licik maju mendekatiku dan menepuk bahuku.

“ Kerja bagus Seul Rin-ah!!”
“ Sudahlah mari kita kembali!!” Appa menengahi sedikit perayaan ini. Semuanya terdiam dan mengikuti perintah appa hanya Il Woo yang masih terdiam sambil menggenggam tanganku.
“ Waeyo???”
“ Kupenuhi janjiku tadi!!”
“ Janji?”
“ Kau lupa? Akan kutemani kau malam ini!!” Il Woo membungkukkan badannya. Aku tersenyum geli.
“ Baiklah, kemana kita akan pergi?”
“ Tempat favoritmu!!” Il Woo kembali melingkarkan tangannya di bahuku.
“ Tunggu!!” Tiba-tiba appa dan ketiga orang tadi telah berdiri dihadapan kami.
“ Waeyo appa???”
“ Seperti yang kukatakan tadi akan kuberi pendamping pengganti!!”
Kulihat wanita pemilik senyum licik itu. Wajahnya memperlihatkan kemarahan.
“ Siapa dia appa??”
“ Dia!! Il Woo ssi!! Dia yang akan menjadi pendampingmu!!”
Aku menatap Il Woo. Kami saling menatap heran mendengar keputusan appa yang baru saja kudengar.
“ Tapi, dia  kan pendampingmu??”
“ Aku tak mau memilki pendamping yang lebih menyukai untuk berdekatan dengan orang lain!!”
“ Mianhamnida tuan!!” Il Woo membungkukkan badannya.
“ Gwenchana, cukup kau bayar dengan menjadi pendamping anakku!! Jaga dia apapun yang terjadi! Jadi aku tak perlu mencari cari kemana perginya pendampingku saat aku membutuhkannya!!” Appa tersenyum seraya meninggalkan kami.
“ Tapi appa, bagaimana dengan pendampingmu???”
“ Dia akan menjadi pendampingku!!” Appa menunjuk laki-laki berwajah murung itu. Kurasa cocok karena kekuatan yang dimiliki laki-laki berwajah murung itu tak perlu kuragukan lagi.
“ Baiklah, selamat bersenang-senang anakku!!” Selesai berkata appa menghilang dari pandangan kami. Jump!!!
“ Kurasa appa menyetujui hubungan kita??” Il Woo membelai rambut ikalku yang bewarna emas keperakan.
“ Hmm, kau senang??”
“ Tentu saja!! Bukankah kau juga iya???”

Aku tersenyum dan berjalan meninggalkan dia.
“ Kajja!!” Il Woo menarikku dan dengan sekejap kami telah berpindah tempat.
Sebuah tanah lapang dengan pohon-pohon mengintari kami. Mataku menangkap sosok binatang tinggi besar.
“ Nagamu??” Tanyaku.

“ Ne!! Kita akan pergi bersamanya!!” Il Woo tersenyum dan mengangkat tubuhku. Satu detik kemudian kami berada di atas seekor naga merah dengan garis emas ditepinya. Aku duduk didepan Il Woo yang telah duduk melingkarkan tangannya di pinggangku.

“ Kau ingat apa yang pernah kau katakan padaku??”
“ Perkataan? Yang mana??”  Tubuh kami tersentak karena sang naga telah perlahan terbang ke langit menembus malam.
“ Kau pernah berkata jika kau hidup tanpa pilihan!!”
“ Geurre! Memang aku hidup tanpa bisa memilih!!”
“ Kau salah!! Kau baru saja melakukan pilihan!!”
“ Apa itu??”
“ Kau telah memilihku untuk menjadi pendampingmu!!”
“ Pendamping?? Bukankah appa yang memilihnya?”
“ Bukan pendamping itu yang kumaksud!!! Tapi pendamping hatimu!!”
“ Ah, kau!! Aku baru sadar ternyata aku telah memilih!!”
“ Gomawo!!” Il Woo mencium keningku dengan lembut.
“ Il Woo-ah!! Umurku telah mencapai 18 tahun dan sebuah hadiah telah aku terima dari appa!!”
“ Hadiah? Apa itu??”
“ Aku bisa hidup normal!!”
“ Maksudmu??”
“ Kita akan hidup bersama manusia!!”
“ Bukankah itu sangat sulit??? Kau tetap harus menjalankan tugasmu!! Dan kau akan hidup di dua dunia!!”
“ Bukankah itu tugasmu untuk membantuku?? Kita akan menjalani kehidupan yang lebih menantang!!”
“ Hhh..!!” Il Woo mendesah sambil membenamkan kepalanya di bahuku.
“ Waeyo??” Aku menyentuh rambutnya.
“ Itu yang kutakutkan!!”
“ Apa?”
“ Kau akan tahu apa yang kutakutkan jika kau benar-benar menjalani kehidupan itu!!”
“ Il Woo-ah!! Kau tetap menjadi pendampingku arra!!” Aku meyakinkannya.
“ Semoga!!” Il Woo menatap lurus kedepan. Ada kekecewaan yang kurasakan dari auranya.
“ Percayalah padaku!!”

Il Woo tetap terdiam seakan menikmati angin yang meniup rambut kami. Malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Pekat namun cahaya itu masuk dalam hatiku dan mempersiapkan diri untuk kehidupan sesungguhnya. Seperti apa kehidupanku dengan dua dunia yang harus aku jalani??

Aku menatap kearah bawah. Cahaya-cahaya kecil dibeberapa titik membuat keindahan tersendiri bagi manusia-manusia yang melihatnya tapi bagiku cahaya itu bukan apa-apa. Ada cahaya yang lebih terang dan indah bahkan terlalu menyakitkan yang lebih dahsyat efeknya ketimbang cahaya-cahaya kecil dibawah.

Dibawah sanalah manusia-manusia itu tinggal. Meski kami terlihat tinggal bersama sebenarnya tidak. Kami tiggal didunia yang berbeda tapi bagi kami dunia kami bersatu namun hanya kami yang bisa melihat mereka dan mereka tidak tahu keberadaan kami. Dan sebentar lagi aku akan menyatu bersama mereka hal itu juga yang ditakutkan laki-laki yang tengah memelukku erat ini. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ia takutkan. Aku hanya bisa menunggu sampai waktunya tiba.



TBC

RCL yach.. ^^
WebRepOverall rating

Selasa, 18 Oktober 2011

Snowing eps 7 bag b ending...

“ Hahah, tak perlu anda bayangkan dia ada dihadapan anda!!” Ji Kyung mengarahkan senjata apinya didepan wajah Jiyong. Seketika mimik wajah Jiyong berubah terkejut.
“ Neo!!!!!” Jiyong tak meyangka baru sekali ia percaya dengan seseorang dan langsung menerima pengkhianatan.

“Ne.. saya!! Serahkan benda tersebut!!! Ah bukan serahkan formula itu!!!”
“ Untuk apa saya harus serahkan ini!!!” Jiyong mengangkat kalung samurai yang ia gengam.
“ Tentu saja untuk melengkapi formula I yang telah kami ambil.!!!”
“ Hahaha,, jangan berpikir dengan mudahnya saya berikan benda ini!!! Kau pikir aku takut dengan senjatamu??? Aku pernah mengalami hal yang lebih mengerikan dari ini jadi percuma kau arahkan senjatamu padaku!!” Jiyong tersenyum kecut.
“ Benarkah!!!” Ji Kyung berkata dnegan nada lebih tinggi. Seraya berpikir apa yang perlu ia lakukan agar benda itu jatuh ditangannya.
“ Sepertinya anda tidak takut mati Jiyong ssi!!” Lanjut Ji Kyung.
“ Karena kematian datang disetiap tidurku!!” Jiyong tetap menjawab dengan tenang.
Mata Ji Kyung agak terbelalak mendengar ucapan Jiyong.

Jadi itu yang menyebabkan tidurmu menjadi sangat mengerikan?
“ Jika begitu serahkan saja benda tersebut jadi aku tak perlu mengeluarkan terlalu banyak energy.”
“ Huh…!!! Takkan kuserahkan formula ini!!!” Jiyong memasukkan benda tersebut dalam saku celananya.
“ Huh, ternyata laki-laki yang menyebabkan Seulrin sunbae meninggal ini terlalu banyak tingkah!!” Geram Jikyung menarik pelatuknya.
“ Apa kau bilang? Seulrin sunbae?? APA MAKSUDMU!!!” Terlihat jelas dimata Jiyong jika Jiyong sedang marah.
Ji Kyug tertawa kecil “ Ne, Seulrin sunbae!! Ia adalah sunbaeku!!!”
“ Jadi kalian berada dalam satu organisasi itu????” Jiyong meninggikan nada bicaranya.
“ Geure!!! Dia orang yang sangat berperan penting di organisasi kami tapi GARA_GARA KAU!!!! Dia harus mati!!!!” Ji Kyung tak kalah meninggikan suaranya.

Mianhe aku harus membahas masalah ini kembali. Karena hanya dengan nama Seulrin benda itu bisa kurebut!!
“ Ne… dia mati karena aku!!!! Aku yang MEMBUNUHNYAAA!!!” Amarah jiyong semakin meninggi tangannya gemetar. Keringat dingin muncul ditubuhnya.  “ Kenapa kau membahas masalah ini hah!!!! Bunuh saja aku!!!”
“ Huh, baru kutahu ternyata laki-laki yang dicintai sunbae adalah seorang pengecut!!!”
“ Sebenarnya apa maumu!!!”
“ Serahkan benda itu!!”
“ Ini!!!” Jiyong mengankat kalung samurai dan menunjukkan pada Ji Kyung.
“ Cepat serahkan!!!” Ji Kyung maju satu langkah dan tiba-tiba terdengar suara tembakan ‘DORRRR’ bersamaan dengan itu Jiyong tersungkur dan kalung samurai terlempar kearah berlawanan.
“ Akh..!!!” Jiyong mengerang kesakitan memegang kaki kirinya yang terembak. Ji Kyung melihat sekeliling gedung mencari seseorang yang menembakkan peluru kearah Jiyong.

“ Kau terlalu mengulur-ulur waktu Ji Kyung-ah.. ahhh anieyo maksudku Helen-ah!!!” Daesung muncul dari balik dinding. Ia membawa sebuah senjata ditangan kanannya.
Jiyong terkejut mendengar nama Helen disebut oleh Daesung.
“ Daesung ssi!!!” Ji Kyung meninggikan suara.
“ Waeyo Helen-ah!! Kau mau marah padaku???? Kau mau adikmu lebih menderita hah!!!” Daesung mengambil kalung samurai yang terlempar dari tangan Jiyong.
“ Tunggu..!!! Apa maksud ini semua Ji Kyung ssi???”
“ Err..Eng… anieyo jangan dengarkan laki-laki itu!!!!” Ji Kyung menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat.
“ Sudahlah Helen-ah jangan berbohong lagi!! Aku tahu kau hebat dalam penyamaran sampai-sampai laki-laki yang pernah tidur denganmu pun tidak mengenalimu!!! Geureyo JIyong ssi??” Daesung melingkarkan tangannya di bahu Helen. Helen membulatkan matanya. Ia hanya terdiam, Ia idak bisa mengatakan apapun pada laki-laki yang sedang terluka didepannya.

Dengan sedikit tertatih Jiyong mencoba berdiri. “ Benarkah itu Ji Kyung ssi ani Helen-ah???” Suara Jiyong sedikit bergetar.

Helen mendongakkan kepala dan melepas rambut palsunya yang kemudian menunjukkan rambut panjangnya. Ia juga menghapus make up yang mendukung penyamarannya serta softlens yang mengaburkan warna matanya  yang asli.
“ Ne..Ini aku!!” Jawab Helen pendek, nada suaranya pelan. Ia tak mampu menatap mata Jiyong yang terkejut dengan apa yang dilihatnya kali ini.
“ Jadi kau pergi hanya untuk mempersiapkan kematianku???” Jiyong menatap Helen dengan getir. Ada kesedihan yang terpancar di matanya.
“ Mianheyo!!! Jeongmal mianhe!!!” bulir air mata Helen mengalir perlahan.
“ Kenapa kau lakukan itu Helen-ah? Waeyo? Apa kau lakukan ini hanya untuk membalas kematian eonnimu padaku hah???”
Jiyong kesal dengan kenyataan yang ia terima sekarang.

Helen hanya mampu menggelengkan kepalanya.
‘Prok prok prokk’  Daesung bertepuk tangan melihat Jiyong dan Helen yang sedang dipermainkan emosi.
Jiyong dan Helen menoleh kea rah Daesung.

“ Bagus sekali dramanya Helen ssi!!! Tapi aku bosan melihat orang menangis seperti kalian!! Berhentilah kalian bermain drama didepanku karena aku benci tipuan seperti ini!!!”
Helen yang mendengar ucapan Daesung melayangkan tinjunya ke wajah Daesung.
“ Aku yang harusnya mengatakan itu arra!! Kau yang menipuku dan eonni kau juga yang menghancurkan keluargaku!!!” Helen berteriak keras kearah Daesung.
Daesung berdiri, ia tertawa kecil.
“ Hahaha, kau berani melawanku Helen-ah??? Ingat nyawa yeodongsaengmu ada ditanganku!!!” Daesung menjentikkan jarinya.

Beberapa menit kemudian seseorang laki-laki berbaju putih mendorong seseorang yang menggunakan kursi roda. Seseorang yang berada di kursi roda sedang dalam kondisi tidak terkulai lemas. Selang infuse terpasang di punggung tangannya. Dihidungnya juga terpasang selang oksigen yang terhubung dengan tabung oksigen kecil yang berada di punggung kursi roda.
“ Shin Ah???” Seru Helen. “ Kau apakan Shin Ah hah??” Helen mencengkeram kerah baju Daesung.
“ Mudah saja jika kau ingin melihat adikmu selamat!!!” Daesung mendorong tangan Helen dari kerah bajunya.  “ Bunuh dia!!!” Jari Daesung menunjuk Jiyong yang sedang berkonsentrasi dengan keseimbangannya karena salah satu kakinya terluka.
“ Mwo???? Apa katamu??? Aku harus membunuhnya???? “
“ Geure kau harus membunuhnya jika tidak peluru ini akan berpindah di kepala Shin Ah!!!” Daesung menempelkan senjatanya di kepala Shin Ah.

Tangan Helen bergetar. Dikepalanya penuh dengan pertanyaan keraguan. Apa yang harus ia lakukan? Apa ia harus  menembak laki-laki didepannya? Apa ia harus menyelamatkan laki-laki ini dan membiarkan adik satu-satunya pergi sekaligus melanggar amanat dari eonninya??
“ Eotthoke???” Bisik Helen pelan.
“ Waeyo Helen-ah? Kau ragu?? Mudah saja jika kau mencintai laki-laki itu kau biarkan aku menembak Shin Ah!! Tapi jika kau menyayangi Shin Ah anggap saja kau membantu laki-laki itu mati dengan cepat!! Bukankah tadi ia juga ingin mati??”
Air mata Helen mengalir perlahan di pipinya.
Eonni, eotthoke? Apa yang harus aku lakukan? Sama seperti dulu, apa aku memang ditakdirkan untuk mengantar nyawa orang yang aku cintai?

Jiyong menatap miris kondisi Helen. Kenapa wanita didepannya harus menangis saat diberi pilihan untuk membunuh dirinya atau adiknya. Bukankah gara-gara dia eonninya harus mati ditangannya?
“ Waeyo Helen?? Selamatkan adikmu dan bunuh aku!!!” Ucap Jiyong dengan suara bergetar.
Helen mendongakkan kepalanya menatap heran Jiyong seolah bertanya.
‘Benarkah? Apa kau rela? Asal kau tahu selama 7 hari ini aku mencemaskanmu? Selama menjadi Ji Kyung satu-satunya orang yang kucemaskan adalah kau Jiyong-ah? Apa kau tega membiarkanku menembakkan peluru ini di tubuhmu?’

“ Bunuhlah aku!! Jangan menangis lagi!!! Apa yang kau tangisi hah? Anggap saja kau membunuh laki-laki yang telah membunuh eonnimu!!” Jiyong menatap mata Helen dalam.ada ketulusan disana.
“ Kau dengar Helen-ah? Laki-laki yang kau cintai itu menyuruhmu membunuhnya!! Cepat lakukan!! Kau hanya membuang-buang waktuku!!!” Bentak Daesung.

Helen mengenggam dengan erat senjata apinya. Perlahan ia angkat senjata itu dan mengarahkannya tepat di kepala Jiyong. Jiyong tersenyum melihat keberanian Helen.
“ Mianhe..!!!” Agak ragu-ragu Helen menarik pelatuknya. Helen menatap mata Jiyong. Apa ini hari terakhir ia menatap mata laki-laki didepannya.
“ Lakukan Helen-ah!!” Bisik Jiyong seraya tersenyum.
“ Keumanhe!!!!” Shin Ah berteriak keras. Tangan Shin Ah menarik tangan Daesung dengan kasar dan melempar senjata apinya menjauh. Seorang laki-laki berpakaian putih-putih yang tak lain adalah Seungri memukul Daesung tepat di ulu hati hingga Daesung tersungkur ke lantai.

Helen terkejut mendengar suara Shin Ah kemudian menjatuhkan senjatanya dan ia terjatuh di lantai.
“ Gwenchana Helen-ah??” Jiyong membungkuk dan menyentuh bahu Helen.
“ Jiyong-ah!! Mianhe!!” Tangis Helen pecah dan reflek memeluk Jiyong. Awalnya Jiyong sedikit terkejut dengan pelukan Helen namun ia mau membalas pelukan Helen.
“ Nan Gwenchana Helen-ah!! Keumanhe… jangan menangis lagi!!” Jiyong membelai punggung Helen lembut.
“ Jadi kalian telah merencanakan ini dokter Vi??” Daesung mencoba berdiri sambil menahan sakit.
“ Haha.. bagaimana rasanya dikhianati Daesung ssi??” Seunghyun muncul dari balik dinding.
“Kalian???” Daesung cukup terkejut orang-orang yang tersisa untukknya sekarang berbalik menyerangnya.
“ Shin Ah, bawa pergi eonnimu dan Jiyong dari sini!!” Perintah Seungri.
“ Ne..!!” Shin Ah berlari mendekati Helen. “ Eonni!! Ayo kita pergi dari sini!!”
“ Shin Ah!!” Helen sontak memeluk Shin Ah dengan erat. “ Aku disini eonni!! Tenanglah semua akan baik-baik saja. Kajja, mari kita ke rumah sakit kasihan Jiyong oppa!!” Shin Ah membantu Helen berdiri dan juga membantu Jiyong.
“ Jangan pikir dengan mudahnya kalian pergi dari sini!!” Tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya, Shin Wan Tae muncul dihadapan Jiyong, Helen dan Shin Ah sambil mengarahkan senjata.
“ Ahjussi???” Jiyong terkejut dengan kemunculan orang kepercayaan keluarganya. “ Anda suruhan laki-laki itu??”
“ Ne Jiyong-ah!! Ahjussi didepanmu adalah suruhan dari Daesung!!” Jawab Helen pelan.
“ Sejak kapan anda mengkhianati kami???” Bentak Jiyong.
“ Anda tidak perlu tahu!!!” Bentak Shin Wan Tae.
“ Hahaha, bagus anda sudah datang!!” Daesung mengeluarkan senjata api lainnya dan mengarahkan kearah Seungri dan Seunghyun. “ Bunuh tuan mudamu itu Ahjussi!!!”
“ Ne..!!” Shin Wan Tae mengangguk dan menarik pelatuknya.
“ Ahjussi apa yang anda lakukan??” Bentak Jiyong.
“ Cepat lakukan saja!!”

Disaat Shin Wan Tae akan melepas pelatuknya, Seunghyun menembakkan senjatanya tepat dijantung  Shin Wan Tae dan seketika Shin Wan Tae tersungkur dengan darah mengalir dari dadanya.
“ Ahjussi!!” Jiyong mendekati Shin Wan Tae yang telah menghembuskan nafasnya. “ Hyung kenapa kau menembak ahjussi, ia yang…”
“ Yaaa..!! Kau tidak tahu laki-laki itu sudah menjadi kaki tangan Daesung sejak kau berumur 15 tahun arra!! Jadi kau sudah dikhianti dari awal.!!!” Seunghyun berteriak kepada Jiyong. Jiyong hanya menganggukkan kepalanya pelan. “ Cepat kalian pergi!!!” Teriak Seunghyun lagi.

Helen membantu Jiyong berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan.
“ Akh..!!” Suara Shin Ah membuat Helen dan Jiyong terkejut.
“ Waeyo Shin Ah??” Helen mendekati Shin Ah yang memegangi lengan atas sebelah kanan. Dengan sedikit menahan sakit Shin Ah membuka tangannya yang telah kotor oleh darah.
“ Kau terserempet peluru!! Gwenchana!!” Jiyong mengambil sapu tangannya dan mengikatnya di bahu Shin Ah untuk menghentikan perdarahan.
“ Yaaa.. oppa Pabooya!! Kau sendiri terluka kenapa tidak melakukan itu padamu!!” Shin Ah menunjuk kaki Jiyong yang terluka.
“ Kalian tidak akan pergi dari tempat ini arra!! 15 menit lagi tempat ini akan meledak!!! Hanya aku yang bisa keluar dari sini!!!” Daesung tertawa keras.
Seungri, Seunghyun, Shin Ah, Helen dan Jiyong saling melihat ketika mendengar informasi dari Daesung jika tempat ini akan diledakkan.
“ Gomawo atas formula ini Jiyong-ah!!!” Daesung berbalik namun selang beberapa detik kemudian suara tembakan beruntun terdengar kemudian Daesung ambruk dengan bekas tembakan di dadanya yang tak sedikit.
“ Siapa yang menembak???”  Seungri berlari mendekati Daesung dan memeriksa kondisinyaserta mengambil kalung samurai dan melemparkanya kearah Jiyong. “ Dia sudah mati!!!!”
“ Hahaha.. mudah sekali ternyata membuatnya mati!!!” Suara wanita muncul bersamaan dengan seseorang berpakaian hitam di hadapan mereka.

“ Rida?????” Seru Seunghyun dan Helen bersamaan. “ Kemana saja kau Rida-ah??” Helen tersenyum melihat Rida baik-baik saja.
Rida tersenyum tipis. “ Jangan salah sangka Helen-ah!! Aku menembak Daesung bukan untukmu tapi untuk Taeyang yang telah kau bunuh!!!”
Helen menegakkan tubuhnya. “ Ne.. aku yang membunuhnya!!! Lalu kenapa kau datang kemari???” Helen berjalan mendekati Rida.
“ Jangan mendekat kurasa ia punya niat buruk padamu!!!” Seungri menahan lengan Helen.

“ Temanmu benar Helen-ah jangan mendekatiku aku punya niat buruk padamu!!! Aku ingin kau membayar kematian Taeyang!!!” Rida berjalan mendekati Helen.
Helen melepas genggaman Seungri dan mendekati Rida. “ Silahkan jika kau mau membunuhku!!!”
“ Hahaha… Kau tidak sayang dengan nyawamu??” Rida merangkul Helen.
 “ Untuk membunuh orangpun aku tak sayang nyawanya apalagi nyawaku!!!” Balas Helen.
“ Bagaimana kalau ini!!” Rida mengeluarkan pisau dan menyentuhkannnya di kulit leher Helen.
“ Helen-ah!!!” Jiyong berusaha berjalan mendekati Helen.
“ Biarkan saja, ia bisa menanganinya!!!”  Tahan Seunghyun dan Seungri.
“ Kau belum pernah merasakan penderitaan orang kan?? Mau aku berikan?” Rida mengarahkan pisaunya di pinggang bagian belakang Helen.
“ Lakukan saja!!”
“ Benarkah??” Rida menjauhkan pisaunya dan bersiap-siap menusuk Helen namun tiba-tiba tubuhnya tersentak kebelakang. Tubuhnya tak seimbang dan ia terjatuh. Pisaunya tak lagi ada ditangannya.
“ Kemana pisauku!!!” Seru Rida sambil mencari-cari dan mendapati Jiyong terjatuh dengan tangannya memegang perut sebelah kanannya.
“ Jiyong-ah!!!” Teriak Helen panic.
Ternyata yang menarik tangan Rida saat akan menusuk Helen adalah tangan Jiyong. Tak sengaja pisau Rida menusuk perut Jiyong.
“ Lihat kau salah sasaran kan??? Apa yang kau minta dariku?” Seunghyun menginjak kaki Rida.
“ Akh… appo!! Aku.. ak..!!” Belum selesai Rida berbicara nyawanya telah pergi bersamaan dengan peluru yang bersarang di dadanya.
“ Eh.. siapa?” Sunghyun menoleh kearah tembakan dan melihat Shin Ah dnegan tangan bergetar masih memegang senjata api.
“ Shin Ah!! Kau menembak dia??” Seungri menggenggam tangan Shin Ah yang gemetar sekaligus meminta senjata apinya.
“ Aku bisa..!!!” Bisik Shin Ah, nada suara sedikit bergetar karena ketakutan. “ Gwenchana!! Bagus sekali!!” Seungri memeluk Shin Ah untuk menenangkanya.
“ Bagaimana dengan Jiyong?” Tanya Seunghyun kepada Helen yang sibuk menutup luka untuk menghentikan perdarahan dari perut Jiyong.
“ Luka tidak terlalu dalam namun darahnya belum mau berhenti.!!”
“ Mari kita pergi dari sini!!” Seunghyun membantu Helen dan Jiyong berdiri.

Kau tak kubiarkan hidup!!
Daesung membuka mata meski luka didadanya cukup parah namun ia kembali sadar. Tangannya meraih senjata api yang jatuh tak jauh darinya. Susah payah ia meraih senjata api dan mengarahkannya ke sasaran. ‘Doorr’ Dengan sekali tembak
sasarannya terjatuh.

“ Helen-ah!!!” Jiyong berteriak saat Helen tiba-tiba terjatuh disisinya. Dilihatnya punggung Helen. Terdapat luka tembakan disana. “ Hyung..!!!!” Panggil Jiyong lirih. Tangannya gemetar melihat tubuh wanita disampingnya tidak sadarkan diri. Darah mengalir dari balik punggungnya.
Seunghyun menoleh melihat Helen terluka.

“ Yaaa… Helen-ah.. Ireona yaaa!!!” Panggil Seunghyun sambil menggerak-gerakkan tubuh Helen. DIlihatnya jiyong yang masih menopang tubuh Helen. Jiyong hanya terdiam, dagunya mengeras matanya tak lepas dari tubuh Helen.
“ Tenanglah, dia masih bernafas!!  Aku berjanji aku akan membuatnya hidup!!!” Seunghyun menepuk bahu Jiyong. Jiyong tetap menunduk dengan mata masih menatap Helen.
Kumohon jangan lagi!! Jangan lagi mengambil nyawa wanita yang kucintai. Buatlah ia tetap hidup disisiku.

‘DORR..DOORR!!!’ Seungri menembak tubuh Daesung berkali-kali hingga tak terhitung lagi berapa peluru yang bersarang ditubuhnya.
“ Sudah sekarat juga masih bisa mencelakai orang!!!” Bentak Seungri marah. Ditendangnya tubuh Daesung yang telah tak bernyawa.
“ Kita harus segera ke rumah sakit!!!” Seru Seunghyun. Seunghyun mengangkat tubuh Helen yang terluka. “ Seungri-ah, bawa Jiyong!!! Kau bisa jalankan Shin Ah!!!” Shin Ah menganggukkan kepala mendengar perintah Seunghyun. Seungri membantu Jiyong berdiri kemudian membawa tubuh Jiyong dipunggungnya.

Eonni hari ini hari yang melelahkan untuk Helen eonni. Ia terluka begitu juga Jiyong oppa. Mereka berdua cukup parah. Tapi kau tenang orang-orang yang mengganggu telah kami musnahkan. Rida, Shin Wan Tae dan Daesung telah lenyap. Jadi kau tidak perlu khawatir lagi eonni!!


Seberapa pentingkah mereka untukmu??? Itu pasti yang ditanyakan oleh mereka. Orang-orang itu, orang-orang yang menggunakan baju putih yang selalu ada di belakangku. Baju yang sama denganku. Akan kujawab ya… mereka sangat penting untukku, lebih penting dari hidupku.
Aku melihatnya. Ia berdiri membelakangiku. Bisa kulihat dengan jelas ia tampak kebingungan melihat ruangan ini. Ruangan serba putih seperti salju. Hanya ada sofa putih yang terletak ditengah ruangan.
“ Jiyong-ah!!” Kupanggil namanya perlahan. Ia membalikkan badannya ke arahku. Lihat wajahnya, ia semakin tampan tapi wajahnya semakin tirus. Dia semakin kurus. Aku tidak suka itu.
“ Duduklah!!” Aku menepuk-nepuk sisi lain sofa putih.
“ Kaukah itu Seulrin-ah!!” Jiyong menatapku seksama. Aku tersenyum. “ Merindukanku?” Tanyaku lagi.
“ Bukan tak merindukanmu lagi tapi setengah mati aku merindukanmu!!” Jiyong meletakkan kedua tangannya dipinggang.
“ Kau marah?? Bukankah sudah kubilang, jika kau rindu padaku rasakan saja salju turun jatuh dikulitmu!! Bayangkan aku memelukmu!!”
“ Aku tidak mau!!! Aku mau memeluk yang asli!!” Jiyong memelukku erat. Mendekatkan tubuhku ke tubuhnya.
“ Serindu inikah??” Tanyaku lagi.
“ Apa harus kulakukan yang lain??” Godanya. Aku terdiam lama begitu juga dia. Dia masih memelukku dan memangkuku.
“ Jiyong-ah!!” Dia terdiam. “ Yaa..!! Kenapa kau terdiam???” Aku menghentakkan tubuhnya.
“ Kenapa kau tidak memanggilku oppa??” Dia menyentuh keningku.
“ Baiklah, Jiyong oppa!!”
“ Hmm!!”
“ Kelak bukan aku lagi yang kau peluk!! Kelak bukan aku yang memanggilmu Oppa!! Kau tahu kenapa sekarang pakaianmu serba hitam dan aku putih??”
Jiyong terdiam, ia sedikit melonggarkan pelukannya.
“ Jika ada warna putih maka ada warna hitam. Seperti yin dan yang bukankah warnanya hitam dan putih. Mereka berdampingan saling membantu untuk menjaga kseseimbangan. Kehidupan. Ada hitam dan putih. Ada mati dan hidup. Ada aku yang telah mengalami kematian dan kau yang masih hidup. Aku yang tidak bisa bernafas lagi dan kau masih bisa bernafas.” Aku menghela nafasku.
“ Apa maksudnya?” Ia bertanya di telingaku.
“ Maksudku jangan lagi menyiksa dirimu untuk membuatmu berhenti bernafas. Tetaplah hidup untukku. Aku ingin kau hidup dengannya. Hentikan pemikiranmu tentang kematian karena kematian sungguh menyakitkan. Sudah saatnya kau hidup dengan baik-baik saja!!!” Air mataku mengalir.
“ Menangislah Seulrin-ah!!” Jiyong menarik wajahku di dadanya.
“ Aku belum sempat mengucapkan sesuatu sebelum malam itu datang!!” Aku melepaskan pelukannya.
“ Mwo??”
“ Gomawo, jeongmal gomawo oppa!!! Terima kasih telah membuatku jatuh cinta padamu, terima kasih telah membuatku merasa hidup seperti manusia biasa!!! Berjanji padaku kau akan hidup baik-baik arra!!!” Aku memegang kedua pipinya.
“ Baiklah, aku berjanji padamu!!”  Ia mencium keningku lembut. Sebelum ia membuka matanya perlahan tubuhku menyatu dengan warna sofa dan kemudian aku menghilang dari hadapannya.
Aku bisa melihat dari jauh ia membuka matanya dan mencariku. Dia memanggil-manggil namaku berkali-kali dan kemudian ia duduk diam di sofa.
“ Aku berjanji Seulrin-ah!!!”  Aku mendengar ia berkata. Senyumku menghiasi wajahku. Bersamaan dengan itu salju-salju turun ke tanah. Berjatuhan di kepala Jiyong. Ia menengadahkan tangannya, mengumpulkan salju-salju yang turun ditangannya,

Jika kau rindu padaku ingatlah musim dingin karena aku ada disana!!
“ Seulrin-ah!!!” Jiyong terbangun dari tidurnya. Keringat membasahi dahinya.
“ Kau sudah bangun??” Seunghyun muncul dari balik pintu kamar Jiyong.
“ Hmmm!!! Hari ini kedatangannya???” Jiyong bangun dari tidurnya dan melihat kearah jendela.
“ Ne…!! Hari ini ia datang, kau akan menjemputnya kan??? Ini!!!” Seunghyun mengulurkan cangkir berisi teh hangat.
“ Tentu saja, jam berapa ia tiba?? Oiya, musim dingin telah lewat dan salju-salju mulai mencair, mungkin aku akan merindukan saat turun salju begitu juga kau kan??” Jiyong menerima cangkirnya dan menghirup dalam-dalam.
“ Ne… hampir tiga tahun ia pergi tapi dia masih hangat di hati kita masing-masing!! Aku, kau, Shin Ah dan juga bocah itu Seungri.!!!”
“ Ne… nama itu membuat kita bisa hidup lebih baik lagi kan!! Oh ya, kapan pesawatnya mendarat???”
“ Seingatku pukul 9!!! Sekarang pukul 9 kurang lima belas menit!!!.... Eh.. lima belas menit lagi!!!”
“ Yaaa.. hyung kenapa kau tidak membangunkanku!!! Oh ya.. manajer aku nanti terlambat sampaikan pada sekretarisku!! Rapatnya denganmu saja ya!!!”
“ Kau tak usah masuk, hari ini aku yang atasi kantor!! Sampaikan salamku saja dengannya, aku sangat merindukannya!!”
Jiyong berlari menuju kamar mandi namun berbalik lagi. “ Apa katamu hyung???? Ingat dia hanya milikku!!”
“ Hmm, sono mandi!!” Seunghyun melempar handuk ke wajah Jiyong. “ Oia, aku ke kantor..!!!” Teriak Seunghyun dari luar.

Ditempat lain tepatnya di salah satu kampus terbesar di korea. Seorang gadis berlarian menuju ruangan kelas.
“ Jeosonghaeyo!!” Ucap gadis itu berkali-kali sambil membungkukkan badannya. Semua mata yang berada di kelas tertuju pada gadis itu.
“ Yaaa, Shin Ah ssi!! Kenapa kau selalu terlambat datang di kelasku!!!” Dosen yang sedang mengajar memarahi Shin Ah yang baru datang.
“ Ah, jeosonghaeyo” Shin Ah membungkukkan badannya dan segera duduk. Perkuliahan pun berlanjut dengan tenang.
45 menit kemudian kelas selesai.

Shin Ah berjalan dengan sedikit bermalas-malasan menuju studio. Ia menundukkan kepalanya sepanjang ia berjalan.
Tiba-tiba seseorang menarik tubuh Shin Ah masuk kedalam studio . Shin Ah ingin berteriak namun mulutnya ditutup dengan tangan.
“ Yaa…!!!” Shin Ah berteriak setelah mulutnya terbuka.
“ Sssstt,!!!” Seorang laki-laki berdiri dibelakangnya.
“ Yaaa… kenapa kau selalu seperti ini!!!”
“ Karena tidak mungkin kan aku tiba-tiba memelukmu diluar!! Bisa-bisa para fansku menangis melihat idolanya telah memiliki yeojachingu.!!!”
‘Plakk’ Shin Ah memukul kepala laki-laki di depannya.
“ Kau cemburu??”
“ Ya… Seungri-ah!! Berhentilah bertingkah sok keren!!”
“ Namjachingumu ini memang keren kan?? Hehehe”
“ Yaaaa, oia!! Dia datang hari ini kan??”
“ Ne,, pesawatnya datang pukul 9!! Sekarang!!”
“ Seungri-ah!! Kenapa kau dikelas selalu galak padaku!!”
“ Hahaha, udah bawaan dari sananya aku galak padamu!! Kau dulu juga sadis padaku!!! Sebagai dosen yang professional tentunya ak..!!” Belum selesai Seungri berbicara Shin Ah memeluknya.
“ Seungri-ah, bogoshipo!!”
“ Hmm, nadoo!! Nanti malam kita makan bersama kan dengannya!! Dandanlah yang cantik!!”
“ Hmmm”

Setengah berlari Jiyong menuju pintu kedatangan luar negeri.  Kepalanya menoleh ke segala penjuru arah mencari-cari seseorang.
“ Dimana dia? Bukankah pesawatnya sudah mendarat.!!” Jiyong melihat berkali-kali  jam tangannya. Tak lupa tangan kirinya selalu menghubungi nomor yang sama  namun tidak ada jawaban.

Seseorang menepuk punggungnya dan langsung memeluknya dari belakang. Jiyong tersenyum.
“ Bogoshipo???” Tanya Jiyong masih membelakangi orang yang memeluknya. Orang tersebut menganggukkan kepala.
“ Sudah membaikkan tubuhmu?? Bagaimana disana??” Jiyong terus bertanya. “ Ah, aku tidak sabar melihat wajahmu!!” Jiyong berbalik dan disambut sebuah ciuman lembut dari bibir gadis didepannya.
“ Kenapa rambutmu kamu potong??” Ucapan pertama yang keluar dari bibir Jiyong saat melihat gadis didepannya.
“ Kau tidak suka??”
“ Ani!! Aku lebih suka dengan kau yang berambut pendek terlihat lebih anggun dan mirip dengan Ji Kyung!!”
“ Yaaa..!!!” Jiyong mendapat pukulan ringan di lengannya.
“ Mianhe..!! Ayo kita pulang!!!” Jiyong menarik tangan gadis tersebut dan membantu mengangkat kopernya.
Sesampai dimobil.
“ Jiyong-ah!! Aku ingin kemakamnya!!!”
“ Ne.. Aku juga belum kesana!!! Mari kita beli bunga dulu!!”
“ IRIS!!!” Ucap mereka bersamaan. Kemudian diiringi tawa.

Jiyong dan gadis itu tiba disebuah pemakaman. Ditangan mereka terdapat serangkaian bunga Iris warna biru yang cantik.
“ Eonni kami datang!! Mianhe aku baru datang di Seoul, aku baru saja melewati sejumlah perawatan intensif di Singapura!! Aku bawakan bunga kesukaanmu, bunga Iris. Oiya, eonni ia datang juga lho!! Apa ia sering datang saat aku tidak disini???” Gadis tersebut meletakkan bunganya.
“ Ah,, aku sering kemari kok!! Iya kan Seulrin-ah, kalau aku sedang merindukannya bukankah aku sering bercerita padamu!!” Jiyong menanggapi apa yang dikatakan gadis disampingnya. Gadis itu hanya tersenyum.
“ Eonni, kami telah hidup baik-baik saja!! Hidup kami lebih baik sekarang!!! Aku bahagia!!”
“ Ne.. berkatmu aku bisa hidup lebih baik sekarang!!! Aku pasti sangat merindukan musim dingin tahun depan,, hehehe!! “

Tiba-tiba Jiyong menggenggam tangan gadis disisinya. “ Seulrin-ah aku meminta ijin padamu boleh?” Gadis disisinya menoleh kearah Jiyong “ Bolehkah Helen, adikmu ini menjadi istriku???” Jiyong berbalik menatap Helen yang sedikit terkejut.
“ Helen-ah!! Maukah kau menjadi pendamping hidupku? Menjadi istriku dan menjalani sisa hidupmu bersamaku???” Jiyong menggenggam tangan Helen dengan erat. Helen tersenyum malu.
“ Eonni, eottheoke!! Laki-laki ini melamarku, apa eonni setuju???”  Helen menatap nisan yang berada di depannya.
“ Tentu dia pasti setuju!!!” Baru Jiyong menutup mulutnya sebuah bunga mawar putih jatuh tepat ditangan Helen.
“ Eh, mawar putih!! Apa eonni setuju??” Helen melihat Jiyong. Jiyong tersenyum lebar.
“ Eothoke?? Lamaranku diterima??”
“ Hmmm, iya deh!!!” Helen mencium pipi Jiyong. Jiyong membalasnya dengan pelukan hangat. Diangkatnya tubuh Helen ke udara. “ Gomawo Helen-ah!!” Helen tersenyum bahagia.
Angin berhembus pelan menerbangkan rambut mereka, turut menyambut kebahagian yang dirasakan mereka.
Jangan lupakanku ya…. Aku ada disetiap musim dingin kalian… Snowing!!! Saat snowinglah aku ada…

-The End-

akhirnya kelar... juga... hutangku sama helen eonni lunas.......^^

Minggu, 16 Oktober 2011

Snowing eps 7 bag a

Annyeong... author stress satu ini kembali lagi... ini dia eps terakhir..
mianhe... bru diterbitin skrg cz bnyak hal yg harus diselesaikan...

lets reading.....
eps sblumnya..
Helen tahu itu yang akan didengarnya. Sepanjang perjalanan Helen hanya terdiam sebaliknya dalam pikirannya muncul banyak pertanyaan..
' Kali ini kemana aku akan dibawa??'


‘ Aku hidup dengan gerakan dari tangan orang lain, bahkan untuk bernafaspun aku dikendalikan!! Tak ada kesempatankah untukku hidup dengan kemauanku sendiri?’

Lamunan Helen terhenti saat disadarinya ia telah tiba ditempat tujuan. Tempat yang tak diketahuinya sama sekali. Helen menatap tajam rumah yang ia datangi. Sebuah rumah bertema minimalis dan sedikit aksen kayu di beberapa bagian rumah. Beberapa waktu kemudian pintu mobil terbuka, seorang laki-laki paruh baya yang diperkirakan adalah supir yang membawanya ketempat ini membukakan pintu untuknya.

“ Silahkan aggassi!!” Supir yang dikenalnya dengan nama Jang tersebut mempersilahkan Helen untuk keluar dan masuk ke dalam rumah. Helen tersenyum tipis seraya membungkukkan badannya.
“ Kau sudah datang??” Seorang laki-laki kira-kira 10 tahun lebih tua darinya keluar dari balik pintu rumah. Helen yang semula hanya menatap datar orang tersebut lambat laun menarik kedua ujung bibirnya.
“ Anda?”
“ Ne, ini aku apakah kau lupa?” Laki-laki itu merentangkan tangannya untuk menyambut Helen.
“ Tentu saja Won Bin hyung.. hahaha!!” Helen membalas pelukan itu.
“ Ah, kau masih ingat dengan panggilan itu?” Won bin melingkarkan tangannya di bahu Helen dan mengajaknya masuk kedalam rumah.
“ Tentu saja, aku memanggilmu hyung karena aku sangat membencimu saat pelatihan dulu!!”
“ Hahaha, untuk apa panggilan itu yang terpenting aku bisa bertemu denganmu lagi!! Tak kusangka aku akan bertemu lagi dengan murid terbaik di angkatanmu!!”
“ Aish,, jangan memujiku seperti itu!! Sebenarnya untuk apa aku dikirim kemari?”
“ Duduklah dulu!!” Won Bin mempersilahkan duduk di sofa yang tersedia diruang tamu.

Seorang perempuan keluar dari dalam rumah membawa beberapa cangkir minuman dan meletakkannya di meja ruang tamu tersebut.
“ Baiklah kau ingin tahu untuk apa kau dikirim kemari?” Won Bin mengamil salah satu cangkir dan menyesap isinya.
“ Ne..!!”
“ Anak itu mengutusmu untuk berlatih kembali selama beberapa hari!!”
“ Untuk apa dia harus melatihku ulang?” Raut wajah Helen berubah menjadi raut wajah kebencian.
“Untuk hal itu aku tidak tahu Helen-ah!! Kau akan menginap selama beberapa hari disini dan langsung mendapat pelatihan dariku!! Tapi kurasa kau cukup menggunakan fasilitas dirumah ini karena kurasa kau sudah cukup lihai dalam hal ini dan bersenang-senanglah disini!!”

Helen menarik ujung bibirnya dan memperlihatkan senyuman diwajahnya.
“ Bersenang-senang???”
“ Ya bersenang-senang!! Masuklahke kamarmu dan ganti pakaianmu kemudian temui aku diruang latihan!!!!” Won Bin berdiri kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Helen yang masih termangu di sofa.
“ Bersenang-senang??” Diucapkanya lagi kalimat itu untuk sekian kalinya. Tangan Helen saling bertautan kebiasaaannya saat sedang berpikir.

Apa aku salah jika menyalahkan kematianmu padanya?? Bukankah memang dia yang mengantarkanmu pergi dari sisiku?? Namun kenapa sekarang justru aku merasa bersalah atas tindakanku kemarin?? Seulrin-ah katakan padaku apa yang terjadi denganku sekarang? Bahkan diantara bayanganmu sosoknya sering muncul diotakku dan sekarang dengan frekuensi lebih tinggi!!

Seorang laki-laki bertubuh kurus mungkin sekarang lebih kurus lagi daripada hari-hari kemarin tengah duduk dengan kedua tangan menopang dagunya. Wajahnya yang semakin tirus memperjelas tulang pipinya. Sangat jelas terlihat dia tengah memiliki masalah besar dihidupnya.

Matanya menatap lurus ke arah gelas yang telah kosong dihadapannya. Pikirannya menerawang jauh ketempat yang tak mungkin dijangkau lagi.

“ Dia mengatakan sulit jika ia ada disekitarku!! Apa dia akan pergi juga? Ini salahku, tapi ia yang membuat kau pergi Seulrin-ah!! Ia yang telah membunuhmu!! Apa semudah itu aku memaafkannya? Tapi kenapa ia terus berada diotakku?? Lalu kenapa aku tak berhenti memikirkan gadis itu?? Apa aku terlanjur mencintainya??? Ah tidak mungkin?? ANDWEEEE!!! ARGHHHHHHHHHHHH” Jiyong melempar gelas kosong didepannya kearah dinding yang tak jauh dari tempat ia duduk.

Tatapannya berubah, nampak ia sangat kesal dengan apa yang sedang ia rasakan sekarang.
Terdengar suara kunci pintu dirumah dibuka dari luar. Mata Jiyong beralih kerah pintu yang tak lama kemudian terbuka. Seorang laki-laki paruh baya yang sangat dikenalnya muncul dari balik pintu appartenya.

“ Tuan Muda apa yang terjadi??” Laki-laki itu terlihat panik dengan kondisi JIyong apalagi setelah matanya menangkap pecahan gelas disekitar dinding.
“ Tidak ada!! Untuk apa anda kemari ahjussi??” Jiyong beranjak dari tempat duduknya menuju dapur.
“ Owh, Seperti yang telah saya sampaikan kemarin!! Kami sangat membutuhkan anda di perusahaan!! Kondisi perusahaan cukup kacau apalagi setelah kepergian beliau dan ancaman perebutan formula obat baru yang hampir direbut oleh musuh perusahaan.!!” Jelas laki-laki yang bernama Shin Wan Tae tersebut.

Jiyong menghentikan tangannya diudara saat akan menuangkan air kedalam gelas.
“ Apa maksud anda hampir direbut? Bukankah formula itu telah diambil semuanya kurasa perusahaan itu lambat laun juga akan hancur!!” Jawab Jiyong ketus.
“ Ternyata yang mereka ambil kemarin hanya formula obat tahap 1 sedangkan tahap dua disimpan beliau ditempat berbeda dan kabarnya orang yang diamanati untuk menjaga benda tersebut menginginkan anda yang membuka formula tersebut!!”

Jiyong kembali melanjutkan kegiatannya untuk menyiapkan minuman yang ditujukan untuk Shin Wan Tae.
“ Minumlah ahjussi!!” Jiyong mengangsurkan sebuah cangkir dihadapan Shin Wan Tae.
“ Tuan Muda!! Kami mohon anda kembali ke perusahaan ini demi ayah anda!!” Sekali lagi Shin Wan Tae memohon kepada Jiyong yang telah duduk disampingnya.
“ Demi orang itu??”Jiyong menyilangkan kakinya dan melipat kedua tangannya. Bahasa tubuh yang berarti ia tidak ingin berbicara dengan orang lain.
“ Apakah anda masih membenci tuan??”
“ Kurasa cukup ahjussi!!” Jiyong berdiri, menatap tajam kearah Shin Wan Tae “ Silahkan anda kembali!! saya harus pergi !!” Kakinya melangkah menuju pintu yang sebelumnya ia meraih kunci motor dan baju hangat miliknya.
“ Tuan!! Tunggu…!!” Shin Wan Tae menghentikan ucapannya melihat Jiyong telah keluar apparte dan meninggalkannya sendiri.

Shin Wan Tae mendesah kesal. Diraihnya ponsel dari balik jas yang ia kenakan. Setelah menekan beberapa nomor ia terlibat pembicaraan serius dengan orang yang dihubunginya.
“ Ne..!! Akan saya laksanakan!!”

Sementara itu Jiyong mengendarai motornya menuju daerah Myeondong tepatnya menuju sebuah tempat yang beberapa hari terakhir ini menarik hatinya. Snow White Café.

Jiyong berdiri mematung didepan café. Matanya melekat pada papan nama café. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celanannya. Udara dingin yang tertiup perlahan meniup rambutnya tak menggoyahkan dia sedikitpun. Selama 30 menit ia tetap berdiri ditempat itu dan terus menatap papan nama café tersebut.

“ Yaaa, bukankah itu teman Helen eonni??” Seorang pelayan wanita yang tengah membersihkan salah satu meja café bertanya kepada seorang pelayan laki-laki yang sedang membantunya.
“ Ne,,, namja itu yang beberapa hari yang lalu noona mengantarnya pulang sewaktu ia mabuk!!” Mereka berdua menghentikan aktifitasnya.
“ Sedang apa dia disana? Bukankah ia telah berdiri selama 30 menit? Apa dia tidak kedinginan??” Pelayan wanita tersebut mencemaskan Jiyong.
“ Sudahlah kembalilah bekerja atau kau mau kupotong gajimu??”
“ Memangnya kau siapa?? kau kan juga sama-sama pelayan disini?”
“ Kau tidak tahu? Noona menyerahkan tanggung jawabnya padaku selama noona pergi arrasso!!!!” Pelayan laki-laki tersebut tersenyum dan pergi masuk kedalam pantry.
“ Huft, begitu saja sudah sombong!!”
“ Kau bilang apa??” Tiba-tiba pelayan laki-laki tesebut telah berdiri dibelakangnya.
“ Aish, sejak kapan ka….!!” Ucapannya terhenti saat Jiyong masuk kedalam café.
“ Kenapa kau diam saja??”
“ Namja tadi masuk!!” Pelayan wanita tersebut menunjuk Jiyong yang duduk ditempat yang sama saat Jiyong mabuk beberapa hari yang lalu.

Jiyong melihat kesekeliling café dan matanya berhenti di langit-langi café dimana bunga salju dari kertas tergantung dengan indah.
“ Ada yang bisa saya bantu!! Mau pesan apa tuan?” Pelayan laki-laki yang baru saja membicarakan Jiyong bersama pelayan wanita tadi mendekati Jiyong dan menyerahkan list menu.
“ Ah, hot capuchino!!” Jawab Jiyong singkat tanpa membuka list menu yang diangsurkan kepadanya.
“ Ne arrasso!! Tunggu sebentar tuan!!” Pelayan laki-laki yang bernama Joong tadi berbalik menuju pantry untuk menyiapkan pesanan Jiyong.

Jiyong mengambil ponselnya dan menekan sebuah nomor. Mencoba menghubungi pemilik nomor tersebut namun hanya dijawab oleh mesin penjawab telepon. Wajah Jiyong berubah murung.
‘ Apa benar yang dikatakan Helen kemarin?’ Batinnya.

Joong, sang pelayan tadi kembali kemeja Jiyong dan menyerahkan pesanannya.
“ Ini dia Hot Capuchino pesanan anda!!” Joong meletakkan sebuah cangkir yang berisi penuh Hot Capuchino.
“Ne, Gomawo!! Oh iya kau tahu dimana Helen?” Tanya Jiyong tanpa menoleh sedikitpun kearah Joong. Jiyong sibuk mengamati segalas hot capuchino yang telah ada ditangannya.
“ Ah, Helen noona?”
“ Ne.. Helen!”
“ Mianhe, kami semua disini tidak tahu dia ada dimana! Yang kami tahu dia sedang pergi dan dalam waktu yang cukup lama!! Noona hanya menyerahkan pengelolaan café ini sementara kepadaku!! Mungkin ada pesan untuknya??”
“ Ah,anieyo!! Gamsahamnida!!” Jiyong memutar gelas didepannya
“ Ne. Cheonmaneyo!!” Joong pergi meninggalkan Jiyong sambil mengerutkan keningnya. “ DIngin sekali orangnya? Apa dia Helen namjachingu??”
“ Yaaa, joong!! Kau bicara apa?” seorang pelayan wanita mendekatinya.
“ Ah, ani!! Apa dia Helen namjachingu??”
“ Molla!! Kurasa iya!! Ah ayo kita kembali bekerja!!” Pelayan Wanita itu mengambil nampan dan beberapa pesanan lalu mengantarkannya ke meja sesuai dengan pesanan yang tertulis.

Sedangkan Joong tetap mengamati Jiyong yang kini tengah memandangi bunga salju dari kertas yang tergantung di langit-langit café.
“Apa kalian punya kesukaan yang sama?” Jiyong bertanya pada dirinya sendiri.
“ Anieyo!! Mereka tidak memiliki kesukaan yang sama” Jawab seseorang yang baru datang dan duduk dihadapan Jiyong.
Jiyong melihat laki-laki itu tanpa merubah ekspresinya
“ Hyung?”
“ Ne aku!!! Terkejut?”
“ Apa maksud perkataanmu tadi?”
“ Seulrin dan Helen adalah dua orang yang berbeda!!! Seulrin menyukai salju sedang Helen sangat membencinya!!”
“ Lalu kenapa café ini..?”
“ Ini café untuk Seulrin!! Sejak Seulrin meninggal ditangannya, dia berusaha menyukai semua hal yang disukai oleh Seulrin. Seolah-olah ia ingin menghidupkan Seulrin didirinya!!”
“ Jinjja??”
“ Jangan kau pikir hanya kau yang merasakan kehilangan Seulrin!! Helen cukup menderita dengan kejadian itu!! Apalagi ditangannyalah Seulrin mengehembuskan nafas terakhirnya!! Dia sempat mengalami depresi selama satu tahun dan terpaksa dibawa ke Amerika!! Sampai sekarang ia masih berjuang untuk hidup lagi dengan baik!!” Penjelasan Seunghyun.

Jiyong hanya menatap Seunghyun dengan tatapan tak percaya apa yang ia dengar kali ini.
“ Pabboya!!” Jiyong mengutuki dirinya sendiri sambil menundukkan kepalanya dimeja.
“ Jangan salahkan dirimu sendiri!! Hiduplah dengan baik!!” Seunghyun berdiri dan melangkahkan kakinya.
“ Maksudnya?”

Seunghyun menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Jiyong.
“ Ya, hiduplah dengan baik! Itu pesannya!! Dan jangan salahkan dirimu lagi!!”
“ Apa dia tidak akan kembali lagi?”
“ Molla, dia tidak mengatakannya padaku!!” Seunghyun melanjutkan langkah kakinya menuju pintu café.

Jiyong menatap punggung Seunghyun yang tak lama kemudian menghilang dari pandangannya
“ Hidup dengan baik???” Diulanginya kembali pertanyaan itu. Tak ada jawaban, tentu saja Jiyong tak membutuhkan jawaban dari orang lain karena itu tak berlaku baginya. “Itukah yang kau inginkan Helen?” Jinyong menatap gelas yang isinya tinggal setengah karena telah berpindah masuk melalui tenggorokanny.

Itukah yang kau inginkan juga Seulrin-ah? Hidup dengan baik!! Tapi apa aku bisa?? Aku belum bisa bernafas lega tanpamu!! Bahkan sekarang gadis itu ikut menghilang dari sisiku!! Tapi ia ingin aku hidup dengan baik!! Dia bodoh Seulrin-ah, dia tahu aku masih membutuhkanmu begitu juga dengannya!! Ia pasti juga sangat membutuhkan eonninya sekarang!! Namun ia bisa hidup baik kenapa aku tidak??

“ Jebbal Seulrin-ah katakan padaku apa aku bisa hidup dengan baik-baik saja??” Jiyong menenggelamkan wajahnya dibalik tanggannya yang ia lipat diatas meja.

1 menit, lima menit, 10 menit. Waktu terus berjalan dan Jiyong telah menundukkan kepalanya hampir 30 menit. Wajahnya tiba-tiba mendongak dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Setelah melakukan pembayaran, Jiyong melangkahkan kakinya dengan setengah berlari menuju tempat motornya terparkir. Tanpa basa-basi lagi Jiyong mengendarai motornya menuju kesuatu tempat. Jika itu yang diingankan oleh Helen mungkin dengan menerima penawaran seseorang Jiyong akan hidup dengan baik.

Jiyong menghentikan kendaraannya disebuah rumah megah dengan beberapa penjaga disetiap sudutnya.
“ Anda datang tuan?” Seorang laki-laki berpakaian serba hitam mendekati Jiyong yang baru melepaskan helmnya.
“ Ne..!!” Jiyong menjawab singkat dan berlalu menuju pintu masuk.

Beberapa orang yang ditemuinya didalam rumah membungkukkan badannya hormat kearahnya. Jiyong hanya tersenyum tipis menanggapinya. Entah sejak kapan senyuman lebar ia munculkan di wajahnya yang semakin tirus. Setidaknya ia bisa memperlihatkan senyumannya meskipun samar.

Jiyong membuka pintu sebuah ruangan yang telah ditinggal oleh pemiliknya beberapa hari yang lalu. Ruangan ini milik ayah Jiyong, tuan Yang. Dia mengedarkan pandangannya diseluruh ruangan. Mengamati setiap sudut ruangan. Matanya berhenti disalah satu foto. Foto dirinya dan ayahnya, foto yang sama dengan foto yang dimilikinya di appartenya. Jiyong mendesah perlahan ada sedikit penyesalan dihatinya. Menyesal karena hampir selama 2 tahun ia tidak berbicara dengan ayahnya sama sekali.

“ Tuan muda!!” Seseorang menepuk bahu Jiyong. Sontak Jiyong membalikkan badannya dan mendapati Shin Wan Tae telah berdiri didepannya.
“ Ne..!!”
“ Ada apa anda kemari? Apakah anda??”
“ Ne, aku kemari untuk menerima penawaran yang tadi anda berikan!!” Jiyong menyentuh permukaan meja ayahnya.
“ Jeongmal??”
“ Hmmm,!! Aku akan melanjutkan tugasnya!!” Jiyong tersenyum samar namun masih dengan nada yang dingin .
“ Gamsahamnida tuan muda!!” Shin Wan Tae membungkukkan badannya hormat.

Seperti yang kau minta, aku coba untuk hidup dengan baik!!


From: Helen
Seperti yang kau tahu dari Seunghyun oppa rencana kita harus ditunda!! Kutitipkan Shin Ah padamu!!
Seungri membaca pesan dari Helen yang baru saja ia terima.

“ Ditunda? Seunghyun Hyung belum memberitahukan apapun padaku??” Seungri memboca menghubungi Helen namun percuma yang menjawab hanya operator.
“ Tidak aktif?? Sebenarnya ada apa dengannya??” Seungri menimang-nimang ponsel ditangannya. Pesan dari Helen membuatnya otaknya penuh tanda tanya.
“ Yaaa!! Ada apa denganmu kenapa melamun??” Seseorang menepuk bahunya.
“ Aish, kau hyung!!”
“ Jangan memanggilku hyung disini!!! Kau lupa???”
“ Mianhe..!! Sebenarnya apa yang terjadi dengan …”
“ Helen??” Seunghyun berjalan ketepi.
“ Siapa lagi!!!”
“Dia menjalani pelatihan ulang!! Sementara ini kau tetap dalam penyamaranmu sampai ia mulai menjalankan misi dari orang itu!!!”
“ Hmmm!!” Pembicaraan mereka terhenti saat ponsel Seungri berdering.
“ Kenapa?” Seunghyun bertanya sebelum Seungri berlalu.
“ Shin Ah Sadar!! Aku harus ke kamarnya sebelum mereka curiga!!”
“ Takut mereka curiga atau memang kau sebenarnya cemas dengannya??”
“ Yaaa!!” Seungri mencibir lalu berlalu meninggalkan Seunghyun.

Seungri berjalan menyusuri lorong menuju salah satu ruangan yang dijaga ketat oleh seorang laki-laki bersenjata. Begitu melihat Seungri yang menggunakan jas putih datang penjaga tersebut membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.
Seorang gadis tengah berbaring lemah ditempat tidur dengan beberapa peralatan yang terpasang di tubuhnya. Beberapa perawat mengitari gadis itu.

“ Dokter!!!” Seru salah satu perawat kepada Seungri atau Vi.
“ Ah, Ne!!” Dokter Vi mendekati Shin Ah.

Shin Ah tampak membuka matanya dan mengerjapkan matanya . Suara detak jantung dari mesin pendeteksi jantung (EKG) terlihat teratur. Angka tekanan darahpun menunjukkan angka normal. Begitu juga suhu tubuhnya.

“ Nadi dan respirasinya sudah kembali normal dok! Pasien juga dalam kondisi compos mentis *sadar penuh” Lapor seorang perawat yang telah selesai memeriksa tubuh Shin Ah.
“ Ne, Gomapsumnida!!”
“ Annyeong Shin Ah ssi!!” Sapa Vi.
“ Annyeong, dokter! Saya dimana? “ Shin Ah menatap orang didepannya dengan wajah penuh pertanyaan.
“ Tolong ambilkan injeksi di meja saya!!!” Perintah Vi.

Setelah semua petugas kesehatan lainnya keluar. Vi meraih benda kecil dari kantong jasnya, laser infra merah kemudian dengan gerakan cepat diarahkannya benda itu kearah CCTV. Cukup membuat kacau CCTV selama beberapa detik.
Seungri membisikkan sesuatu dengan cepat kepada Shin Ah.

“ Ini aku Seungri, bekerjasamalah kami akan membantumu keluar dari sini” Shin Ah tersenyum dan mengangguk.
“ Ini dok!!” Perawat datang membawa spuit yang telah berisi cairan injeksi.Sebelumnya Vi telah mengisi spuit itu dengan cairan untuk memulihkan energy Shin Ah tanpa diketahui oleh petugas lain. Petugas lain hanya tahu obat itu untuk melemahkan Shin Ah.
Tanpa berbicara lagi Vi menyuntikkan obat itu kemudian pergi meninggalkan Shin Ah.

Apa kabarnya kau disana? Apakah kau menjalankan pesanku? Semoga hidupmu baik-baik disana!!!

Aku baik-baik saja, seperti pesanmu aku bisa hidup dengan baik!! Tapi aku sendiri tidak yakin aku baik-baik saja!!

Ah apa mungkin kau baik-baik saja? Sedang bayangan eonni lekat dipikiranmu seakan tak tergantikan disana!!Benarkan eonni???

Ne… aku masih mencintainya, bayangannya seolah tak mau pergi dariku tapi kini bayangan itu tak mendominasi otakku. Kini bayanganmu lah yang mendominasi bergantian dengan bayangan Seulrin.

“ Hhhh, kemana dia pergi??” Jiyong menghela nafasnya. “ Kemana dia, sebenarnya dimana dia sekarang? Hampir satu minggu dia pergi apa dia sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya? Seulrin-ah kemana dongsaengmu pergi??”
Jiyong melipat kedua tangannya didepan jendela besar di ruangannya. Kini ia resmi menggantikan ayahnya di perusahaan YG meninggalkan kuliahnya yang belum selesai. Menyelesaikan semua hal yang belum terselesaikan saat ayahnya masih hidup.

“Tuan, sudah waktunya!!” Shin Wan Tae yang telah berada dalam ruangan Jiyong, menyadarkan lamunan Jiyong. Jiyong berbalik menghadap Shin Wan Tae. Matanya menatap lurus tanpa ekspresi. Lebih tepatnya sebuah ekpresi yang tidak dapat diartikan oleh siapapun. Shin Wan Tae terbiasa melihat ekpresi itu. Ekpresi yang selalu dilihatnya sejak kecelakaan dua tahun yang lalu. Sikapnya yang dingin, sorotan mata yang tajam dan beberapa kali senyuman getir yang diperlihatkannya. Sampai kapan ekpresi itu selalu diperlihatkanya? Hanya waktu dan dirinya sendiri yang tahu.

“ Ini berkas-berkas yang sekiranya anda butuhkan!!” Shin Wan Tae menyerahkan beberapa map ke tangan Jiyong yang masih tersembunyi dibalik saku celananya. Setelah menerima map tersebut, Jiyong melenggang pergi keluar dari ruangannya dan menaiki mobil yang telah menunggu di halaman depan gedung perusahaannya.

Mobil Jiyong berhenti disebuah restaurant yang cukup megah. Jiyong keluar dari mobil dan masuk menuju meja yang telah dipesan untuknya dan seseorang yang berjanji untuk bertemu dengannya. Restaurant tersebut tidak begitu ramai karena jam istirahat belum tiba. Hanya ada 4 orang di restaurant tersebut.

Seorang laki-laki dan wanita yang mungkin adalah pasangan kekasih duduk di meja paling ujung yang berada di tepi jendela besar. Mereka terlibat pembicaraan yang cukup serius dengan sesekali diselingi tawa kecil dari sang wanita. Seorang laki-laki bertubuh tinggi duduk di meja yang lain yang tak jauh dari meja tempat Jiyong duduk. Jari laki-laki-laki tersebut mengetuk meja sehingga menimbulkan suara nyaring. Bisa terlihat jelas jika ia sedang menunggu seseorang dengan kesal. Sementar satu orang lagi, seorang wanita berambut pendek dengan balutan pakaian hitam dan mantel serta syal hitam yang menempel ditubuhnya duduk tepat dibelakang Jiyong . Wanita tersebut menatap serius ipad ditanganya sesekali menganggukkan kepalanya.

Jiyong melihat pintu masuk restaurant dan jam tangannya bergantian. Menunggu seseorang adalah hal yang sangat dibencinya apalagi orang yang ingin bertemunya tidak tepat waktu. Tepat saat Jiyong akan berdiri karena kesabarannya habis seorang laki-laki yang umurnya 10 tahun lebih tua dari usia Jiyong muncul dari balik pintu dan tersenyum kearah Jiyong membuat Jiyong mengurungkan niatnya dan duduk kembali.

“ Jeosonghamnida!! Saya terlambat!!” Laki-laki tersebut telah berada di hadapan Jiyong seraya membungkkukkan badannya.
“ Silahkan duduk!!” Ucap Jiyong singkat.
“ Ne..!!” Setelah laki-laki tersebut duduk di hadapan Jiyong seorang pelayan datang membawa pesanan Jiyong seolah hafal dengan apa yang akan dipesan Jiyong dan tamunya.
“ Sebelum kemari saya harus bertemu dengan klien saya yang baru tiba dari Swiss. Maafkan saya jika hampir membuat anda mengurungkan niat untuk bertemu dengan saya!!” Won Bin membenarkan letak duduknya dan sesekali melihat meja tepat dibelakang Jiyong.

Dibalik meja itu seorang wanita berambut pendek sedang duduk disana. Senyuman samar terlihat sekilas dari wajah wanita tersebut kepada Won Bin. Won Bin mengangguk perlahan, sepelan mungkin agar Jiyong tidak tahu.
“ Langsung saja Won Bin ssi!! Waktu saya tidak banyak!!” Jiyong memotong ucapan Won Bin yang tengah menjelaskan alasannya terlambat.
“ Ne.. Saya diamanatkan oleh ayah anda untuk menyerahkan ini!!” Won Bin mendorong sebuah amplop besar kearah Jiyong.
“Appa??” Jiyong memandang Won Bin dengan keheranan, ekpresi lain yang akhirnya muncul diwajahnya.
“Ne, Jiyong ssi!! Isinya bersangkutan dengan formula tahap II!!” Won Bin menambahkan dengan gerakan bibir yang diperjelasnya. Seolah agar orang lain tahu apa yang dibicarakannya. Mata Won Bin melirik wanita yang duduk dibelakang Jiyong. Terlihat wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Jiyong menganggukkan kepalanya berkali-berkali. Mengerti apa maksud kedatangan laki-laki di depannya. Tanganya menimang-nimang amplop ditangannya bermaksud ingin menebak apa isi dari amplop yang diterimanya.

Wanita berambut pendek yang duduk dibelakang Jiyong kemudian berdiri dan berjalan mendekati meja Jiyong. Melihat sebentar kerarah Jiyong dengan tatapan lembut kemudian beralih menatap Won Bin dengan mata yang terlihat seperti sedang menggoda. Bersamaan dengan itu dari balik mantelnya ia menyerahkan sebuah kertas yang terlipat kepada Won Bin. Won Bin tersenyum menerima kertas tersebut.

“ Anda kenal dengan wanita tersebut Won Bin ssi??” Jiyong terlihat risih dengan tindakan wanita tadi.
“ Ani, sepertinya wanita tersebut tertarik padaku!! Lihat dia memberikan nomornya padaku dan memintaku menghubunginya!!” Won Bin menunjukkan isi kertas tadi. Jiyong hanya tersenyum tipis dan beranjak berdiri.
“ Saya harus pergi Won Bin ssi!! Sampai jumpa!!” Jiyong melangkah meninggalkan Won Bin sebelum Won Bin menjawab sapaan Jiyong.
Sepeninggal Jiyong, Won Bin membuka kertas yang diterimanya dari wanita berambut pendek tadi. DIbalik nomor ponsel yang ia terima ada sebuah pesan.

Anda membuat kejutan untuk saya Won Bin ssi!! Gomapsumnida Won Bin ssi atas pesanmu dan pelatihanmu, kali ini aku akan menjalankan misiku meski sedikit paksaan!!
-Helen-

Won Bin tersenyum lebar setelah membaca pesan tersebut.
“ Penyamaranmu sangat sempurna, jika kau tak memberikan tanda padaku aku hampir tak mengenalimu Helen!!” Ujar Won Bin lirih sambil berdiri meninggalkan restaurant tersebut.

Jiyong tiba di kantornya dan langsung menuju ruangannya tanpa mendengar panggilan dari Shin Wan Tae yang sedang berdiri bersama seorang wanita.
“ Anda tunggu disini!!” Pamit Shin Wan Tae dan berjalan menuju ruangan Jiyong.
“ Tuan muda, sekretaris baru anda telah datang!!” Ucap Shin Wan Tae setibanya di ruangan Jiyong. Jiyong hanya menganggukkan kepala.

Beberapa menit kemudian Shin Wan Tae kembali masuk beserta seorang gadis berambut pendek yang menggunakan setelan blues warna pastel.
“ Annyeonghasimika tuan!!” Gadis itu membungkukkan badannya member hormat.
“ Ne..!!”Jawab Jiyong pendek masih ditempak duduknya. Jiyong memandangi gadis itu tepatnya mengamati .
“ Kau Song Ji Kyung ssi??” Tanya Jiyong menyelidik.
“ Ne…Jeoyo!!”
“ Ahjussi, tolong antar Ji Kyung ssi ke ruangannya dan jelaskan apa yang perlu anda jelaskan!!” Jelas Jiyong panjang lebar seraya menatap beberapa kertas di sampingnya tanpa melihat kembali Ji Kyung.
“ Ne..Tuan!!” Shin Wan Tae membungkukkan badan dan berbalik menuju pintu keluar. Ji Kyung yang semula terpaku menatap Jiyong dengan tatapan prihatin akhirnya mengikuti Shin Wan Tae.

Dua kali aku telah melihatmu. Aku bersyukur kau bisa menjalankan kehidupanmu, tapi aku tahu dari semua ekspresimu aku bisa melihat kau belum hidup baik-baik saja. Kau harus tahu aku baru saja didepanmu Jiyong-ah. Ini aku Helen, Helen yang sekarang kau kenal dengan nama Song Ji Kyung.
“ Ji Kyung ssi!!” Seru Shin Wan Tae menghentikan lamunan Ji Kyung yang tak lain adalah Helen.
“ Ah, mianhe!! Ada apa ahjussi??”
“ Ini mejamu Ji Kyung ssi, dan ini beberapa tugas yang akan kau lakukan!!” Shin Wan Tae menjelaskan beberapa tugas yang harus dilaksanakan selama menjadi sekretaris.
“ Berhati-hatilah Helen ssi, panggil aku jika ada yang kau butuhkan!!” Bisik Shin Wan Tae kepada Ji Kyung. Ji Kyung menegakkan tubuhnya terkejut dengan ucapan Shin Wan Tae.
“ Anda???”
Shin Wan Tae hanya tersenyum kemudian beranjak meninggalkan Ji Kyung sendirian. Ji Kyung menatap punggung Shin Wan Tae dengan penuh tanda tanya.
“ Huh… Seberapa besar pengaruh Daesung hingga orang kepercayaan Jiyongpun tunduk ditangannya ???” Ji Kyung mengepalkan tangannya kesal.

Meja kerja Ji kyung berada tepat disamping pintu ruangan Jiyong. Sehingga siapapun yang masuk ruangan Jiyong, harus melewati Ji Kyung. Ji Kyung menatap pintu ruangan Jiyong dengan tatapan prihatin. Seandainya bukan karena tugas ini, seandainya dia masih bisa hidup tanpa perintah orang lain dia ingin masuk ke ruangan itu dan memeluk laki-laki yang sedang duduk didalamnya.
“ HHhhhh” Ji Kyung menghela nafasnya dan menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

Ddrrtt.. Ponsel Ji Kyung bergetar. Sebuah pesan masuk.
From: Seunghyun
Kau sudah menjalankan tugasnya??
For: Seunghyun
Ne… sunbae!!

Drrt
From: Seunghyun
Aku baru dapat informasi jika besok adalah waktunya, benarkah? Sampai bertemu besok!! Jaga dirimu baik-baik!! Shin Ah juga baik-baik saja!!!

“ Besok??” Ji Kyung menegakkan tubuhnya dengan mata masih menatap layar ponselnya.
“ Semoga hingga waktunya tiba ia tak mengenaliku!!” Ucap Ji Kyung lirih.

Bagaimana kisah ini bisa terstruktur rapi? Seolah ini hanya kebetulan namun aku yakin apa yang akan terjadi hari ini telah terskenario dengan rapi. Metode apa yang digunakannya hingga kisah ini dapat terjalin dengan rapi tanpa kesalahan sedikitpun? Lihat saja akan kupatahkan kepercayaanmu akan keberhasilan skenario yang kau susun. Jangan terlalu yakin dengan skenariomu itu, biasakan selalu siapkan rencana cadangan, karna jika tidak. Kau akan terkalahkan!!

Helen mengemasi semua barang-barang yang telah direncanakannya untuk tugasnya hari ini. Sesekali gerakan tangan Helen terhenti diudara seolah ada keraguan dengan apa yang akan ia lakukan hari ini. Keraguan akan dua buah rencana yang tersusun rapi diotaknya. Dua rencana yang bertolak belakang. Rencana yang harus ia lakukan dalam hari yang sama dan waktu hampir bersamaan.

Dering panjang dari ponsel Helen memecah lamunan Helen. Ponsel tersebut tak segera diangkat. Helen hanya memandangi layar ponselnya yang tertera sebuah nomor baru.
“ Yoboseyo!!”
“ Aggassi, segera ke kantor!!”

Belum sempat Helen menjawab pernyataan tersebut. Panggilan telah diputus. Helen menjelajahi ingatannya untuk mengingat suara yang baru saja ia dengar dan akhirnya ia menemukan satu nama. Shin Wan Tae!! Helen menarik salah satu ujung bibirnya.

Setelah memeriksa ulang barang bawaannya, Helen berjalan keluar dari kamar dan memastikan kamar yang ia tempati tidak ada yang bisa menerobos masuk. Kaki Helen berhenti tepat disamping mobilnya yang memperlihatkan pantulan dirinya di kaca mobil.

Seorang gadis berambut pendek bermata coklat dibalik mata aslinya yang berwarna hitam. Helen mengunakan pakaian kantor warna biru dengan paduan abu-abu. Pakaiannya saat ini sangat menonjolkan sosok wanita anggun yang suka bekerja. Sangat bertolak belakang dengan Helen yang selalu tak peduli dengan pakaiannya.
“ Inilah sosok Song Ji Kyung!!” Bibir Helen bergerak tanpa suara.
Helen segera masuk mobil dan mengendarainya menuju gedung perusahaan YG.
“ Kau siap Ji Kyung??” Bisik Helen pada diri sendiri.
“ Exactly,,, This it show time!!!” Helen meraih tas tangan merah maroonnya lalu berjalan menuju ruangan seseorang yang sedari tadi telah menunggu dirinya.
“ Syukurlah anda telah datang. Anda siap??? Tetaplah terhubung dengan kami!!” Shin Wan Tae menyambut Helen di lorong kantor yang letaknya tak jauh dengan lift. Helen hanya menganggukkan kepalanya sekilas dan tetap berjalan menuju ruangan Jiyong.
“ Kau sudah datang!! Ikutlah denganku!!” Jiyong yang telah berdiri di depan ruangannya melemparkan sebuah kunci mobil kearah Ji Kyung. Dengan sigap Ji Kyung menangkap kunci yang diarahkan padanya.

Tanpa banyak berkata Jiyong berjalan mendahului Ji Kyung. Ji Kyung pun mengikuti langkah JIyong yang menuju tempat parkir.
“ Kendarai mobil ini dan antar aku menuju tempat ini!!” Jiyong menyerahkan sebuah kertas bertuliskan sebuah alamat yang kurang lebih Ji Kyung tahu tapi ia memperlihatkan kerutan diwajahnya seolah menandakan jika ia belum pernah tahu tentang gedung yang akan ditujunya.

Ji Kyung mengendarai mobil dengan perlahan keluar gedung. Saat mobil telah berada diluar gedung mereka disambut oleh turunnya salju yang berjatuhan di kaca mobil. Sesaat Ji Kyung menatap serius butir-butir salju yang berjatuhan.

Turun salju. Suasanan seperti ini sama seperti dua tahun yang lalu. Tepat saat itu kau pergi eonni. Apakah hari ini akan terjadi sesuatu? Akh perasaanku sangat tidak nyaman!! Look, laki-laki ini juga menatap benda yang sama!! Apa yang sedang dipikirkannya? Apa sama dengan yang aku pikirkan?

Tak jauh beda dengan Ji Kyung, Jiyong juga melakukan hal yang sama. Matanya menatap lekat benda-benda putih yang berjatuhan diluar.

Snowing!! Kau ingat, hari ini juga saat turun salju aku mengajakmu keluar dan dengan penuh emosi mencecarmu dengan segala pertanyaan aneh di otakku. Pertanyaan yang muncul begitu saja setelah melihat foto itu. Ingin memastikan kebenaran itu, namun justru kebenaran yang akhirnya kudapatkan malah mengantarmu menuju kematian.

Hhhhh, lalu apa yang akan terjadi hari ini? Aku seperti memiliki firasat buruk!!
Di sepanjang perjalan matanya tak lepas dari butiran-butiran putih itu, hingga tanpa ia sadari mobil telah berjalan pelan memasuki sebuah gedung tujuan mereka.
“ Tuan, ini tempatnya!!” Suara Ji Kyung membuyarkan lamunan Jiyong.
“ Ne..!!” Jiyong membuka pintunya dan berjalan masuk.
“ Kau tidak ikut?” Jiyong berbalik dan melihat Ji Kyung yang sedang menerima telepon. Ji Kyung hanya menganggukkan kepala dan segera keluar menyusul Jiyong.
Mereka berjalan beriringan tanpa saling berbicara. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya.

This it the show time Helen. Can you do it??
Mereka berhenti di salah satu meja penerima tamu.
“ Bisa saya bantu!!” Seorang laki-laki mengukan setelan jas merah menyapa Jiyong dan Ji Kyung dari balik meja.
“ Ne… Ini!!!!” Jiyong menyerahkan sebuah benda berbentuk pedang samurai yang terbuat dari tembaga dengan rantai kecil yang menjadi hiasannya.

Ji Kyung mengamati setiap gerakan Jiyong dan merekam segala aktivitas Jiyong dalam otaknya seraya menyusun sebuah rencana.

Beberapa menit kemudian laki-laki berjas itu keluar membawa sebuah kartu berhias tali merah berbenang emas.
“ Silahkan ikut saya!!” Perintah laki-laki itu. Jiyong dan Jikyung mengikuti pertugas yang membawa mereka masuk kedalam ruangan tepatnya sebuah lorong panjang dengan didominasi warna merah, coklat dan emas. Di sepanjang lorong terdapat sebuah pintu yang terkunci. Jika ingin membuka pintu tersebut harus menggunakan kode kunci sendiri yang hanya dimiliki petugas.

Sesekali Ji Kyung dan Jiyong saling berpandangan takjub sekaligus penuh tanda tanya sebenarnya fungsi gedung ini untuk apa?

Selang beberapa menit kemudian mereka berhenti disebuah pintu. Setelah petugas memasukkan kartu yang dibawaya serta menekan beberapa tombol kode kunci yang diminta pintu dihadapan mereka terbuka. Dibalik pintu tersebut terdapat sebuah kotak besi berwarna silver. Petugaspun membuka kotak tersebut dengan kunci kecil yang tergantung disamping kotak besi.

“ Ini tuan!!” Petugas menyerahkan sebuah kotak kecil warna hitam.
“ Ne.. Gamsahamnida!!” Jiyong menerima kotak itu kemudian membukanya.
“ Kunci mobil??” Seru Jiyong begitu ia membuka kotak yang diterimanya.
“ Silahkan anda mengikuti petugas itu untuk melihat barangnya.!!” Petugas itu menunjuk seorang petugas lainnya untuk menunjukkan tempat berikutnya.

Jiyong dan Jikyung mengikuti petugas berpakaian sama.
“ Sebenarnya apa yang appa akan tunjukkan padaku?” Tanya Jiyong namun bukan pertanyaan yang perlu dijawab.
“ Dari appa anda?” Ji Kyung akhirnya bertanya.
“ Ne..!!”
“ Silahkan tuan anda bisa melakukan sendiri!!” Petugas tadi mempersilahkan Jiyong masuk dalam pintu. Ji yong menganggukkan kepala dan masuk menuju pintu yang ditunjuk.
Setelah pintu terbuka. Mereka berada disebuah tempat parkir.

Jiyong menekan tombol kunci yang menjadi bagian di kunci mobilnya. Jikyung dan Jyong berjalan serya menekan tombol tersebut hingga akhirnya sebuah mobil berbunyi menandakan kunci otomatisnya terbuka. Sebuah mobil hitam berdesain khusus berada didepan mereka.

Sekilas Jiyong dan Jikyung berpadangan dan masuk.
“ Ji Kyung ssi ini!!” Jiyong melemparkan kunci mobil kepada Ji Kyung. Ji Kyung tahu pasti Ji Kyung diminta untuk mengendarainya.

Begitu mereka masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin. Secara otomatis computer mini yang ada di dalam mobil telah menampilkan nama sebuah tempat yang akan mereka tuju.
“Mobil ini sengaja didesain agar ketika menyalakan mesin ini kita langsung menuju tempat yang diminta sesuai dengan rekaman yang ada di RAM komputer yang telah ditanamkan dalam mesin mobil !!” Jelas Ji Kyung.
“ Sepertinya kau sangat mengenal jenis mobil ini!!”
“ Ah, Animida!! Saya hanya tahu dari oppa!!”
“ Oppa??”
“ Ne, dia bekerja di salah satu perusahaan mobil di Jepang!!” Bohong Ji Kyung.
Karena teknis penyampaian pesan menggunakan mobil pernah dilakukan dalam organisasi independen lainnya. Aku dan eonni sangat hafal dengan teknis ini dan selalu berhasil memperoleh pesan yang ingin disampaikan. Sekarangpun aku juga akan melakukan hal yang sama.
Mobil berhenti disebuah rumah kecil sederhana yang berada diantara kompleks pertokoan.
“ Tuan mobil ini berhenti disini!! Masuklah!!” Ji Kyung menyuruh Jiyong masuk kedalam rumah.
“ Kau tidak masuk?”
“ Animida, saya tunggu disini!!”
“ Hmm, baiklah!!” Jiyong melangkah masuk kedalam rumah. Setelah memastikan Jiyong masuk kedalam rumah Helen menyambungkan mini computer di mobil dengan ponselnya dan memanipulasi system computer agar merubah tempat tujuan mobil menjadi tempat tujuan yang diingikan Helen. Setelah merubah tempat tujuan Helen menghubungi seseorang dengan ponselnya.
“ Aku telah mengubahnya, 15 menit lagi kami akan menuju kesana!! Masih ingat syaratku??”
“ Adikmu? Ne!!! Kita akan bertemu disana.”
Tanpa Ji Kyung sadari Jiyong telah membuka pintu mobil dan duduk disampingnya.
“ Eotokhe??” Tanya Jikyung seraya reflek mematikan ponselnya.
“ Ini!!” Jiyong menunjukkan sebuah benda berbentuk kalung yang memiliki bentuk sama dengan benda yang dibawa Jiyong saat mengambil mobil ini.
“ Heh? Apa itu?”
“ Katanya formula II ada disini??”
“ Formula tahap II yang dulu pernah dicuri?”
“ Bukan pernah dicuri, yang benar yg dicuri adalah tahap I jadi ini tahap II!! Tanpa ini obat juga takkan berhasil dibentuk!!” Jelas Jiyong.

Ji Kyung mengangguk mengerti seraya menyalakan mesin mobil.
“ Kemana selanjutnya?” Tanya Jiyong.
“ Kesana!!” Ji Kyung menunjuk layar mini computer yang tertanam di di sebelah kemudi.

Jiyong mengangguk pelan dan kembali menimang benda ditangannya. Sebegitu pentingkah obat baru itu hingga obat itu saja diperebutkan oleh pihak lain. Sampai-sampai formula tahap II pun disimpan sangat rapi.

Ji Kyung mengendarai mobil sesuai dengan tujuan yang telah terekam dalam memori computer yang tertanam di mobil yang mereka kendarai. Hari ini akan menjadi hari yang panjang bagi mereka.

Sementara itu ditempat lain dokter Vi yang tak lain adalah Seungri sedang memeriksa kondisi Shin Ah. Layar pemantauan kesehatan menunjukkan detak jantung lemah namun tetap stabil. Seungri tersenyum tipis. Apa yang terlihat dilayar bukan merupakan kondisi yang sesungguhnya karena mesin tersebut sengaja dirusak sehingga yang terlihat adalah rekaman terakhir yang tersimpan dalam mesin.

“ Waktunya telah tiba dan aku harap kau siap!!” Ucap Seungri pelan.
“ Dokter.. Daesung ssi ingin bertemu dengan anda!!” Seorang perawat laki-laki masuk. Seungri berbalik dan keluar menuju ruangan Daesung.
“ Kau dipanggil juga??” Sapa seorang laki-laki yang telah menjajari langkahnya.
“ Ne….!! Apa rencana semula berubah??”
“ Kemungkinan besar iya!! Kita tunggu saja!!” Seunghyun berjalan beriringan dengan Seungri.
“ Kalian datang!!!” Sapa Daesung dari balik pintu ruangannya. Daesung sedang menggunakan jas hitamnya bersiap untuk pergi.
“ Ne..!!” Jawab Seungri dan Seunghyun serempak.
“ Baiklah, tak perlu banyak membuang waktu!! Nanti kalian akan pergi kesuatu tempat, bawa serta Shin Ah!! Biarkan ia dalam kondisi seperti sekarang!! Kita akan bertemu disana!!!” Begitu Daesung selesai berbicara dia keluar meninggalkan Seungri dan Seunghyun.
“ Berubah!!!” Seru Seungri.

Seunghyun meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
“ Kau tahu tujuannya?...... Baiklah Gamsahamnida!!”. Seunghyun tersenyum kemenangan kearah Seungri.
“ Wae!!”
“ Aku tahu tujuannya, segera hubungi orang-orangmu dan siapkan Shin Ah!! Kita menggunakan plan B” Seunghyun menempelkan kedua jarinya di kening lalu mengangkatnya ke udara. Seungri membalas dengan senyuman dan mereka pergi menuju arah berbeda.

Seulrin-ah, Helen-ah semua akan berakhir hari ini kau tenang saja!! Jangan tarik pelatikmu arra!!! Kami akan membantumu.
Seunghyun menuju mejanya dan mengambil sesuatu kemudian pergi menuju tempat Shin Ah dirawat.
“ Eotthoke??” Seunghyun bertanya kepada Seungri.
“ Siap!! Mereka akan menindahkan Shin Ah kedalam mobil!!” Seungri membereskan peralatannya dan menyusul petugas lainnya yang tengah memindah Shin Ah ke brankar *tempat tidur beroda* yang telah disiapkan.
“ Mobil telah siap sunbae!!” Seorang laki-laki berpakaian hitam dan membawa sebuah senjata laras panjang datang mendekati mereka.
“ Hmmm..!!” Seunghyun menganggukkan kepala.

Seunghyun dan Seungri berjalan dibelakanng brankar yang berisi Shin Ah yang menggunakan sungkup untuk membantu pernafasan Shin Ah dan selang infuse yang masih tersambung dengan vena Shin Ah yang ada di punggung tanganya.
“ Mereka telah siap?”
“ Tentu hyung!!!”

Mobil yang dinaiki Jiyong beserta JI Kyung berhenti disebuah tempat seperti gudang penyimpanan yang berada di pelabuhan. Jiyong sedikit terkejut kenapa mobil ini membawa mereka ketempat ini.
“ Tempat apa ini?? Apa yang ingin ditunjukkan appa??” JIyong bertanya pada dirinya sendiri.
“ Saya juga tidak tahu Jiyong ssi!!!” Bohong Ji Kyung seraya diam-diam mengambil sesuatu dari balik jasnya.
“ Sebenarnya apa yang akan dia tunjukkan??” Jiyong keluar dari mobil dan berjalan kesekeliling gedung ini.
“ Mungkin bukan appa anda yang ingin menunjukkan sesuatu tapi orang lain yang mengundang anda” Jawab Ji kyung dengan ketus yang telah berada di belakang Jiyong.
“ Apa maksudmu??” Jiyong berbalik menatap Ji Kyung. Ji Kyung menarik salah satu ujung bibirnya.
“ Ya… seseorang yang menginginkan sesuatu yang baru anda dapat” Ji Kyung melangkahkan kakinya mendekati Jiyong.
“ Apa yang kau katakan Ji Kyung ssi???”
Ji Kyung tertawa kecil seraya melihat sekeliling.
“ Anda pernah membayangkan orang kepercayaan anda berbalik mengkhianati anda?”
Jiyong membulatkan matanya heran melihat perubahan sikap dari wanita didepannya.
“ Hahah, tak perlu anda bayangkan dia ada dihadapan anda!!” Ji Kyung mengarahkan senjata apinya didepan wajah Jiyong. Seketika mimik wajah Jiyong berubah terkejut.
“ Neo!!!!!” Jiyong tak meyangka baru sekali ia percaya dengan seseorang dan langsung menerima pengkhianatan.

TBC.. ke part 7. bag b..