Minggu, 16 Oktober 2011

Snowing eps 7 bag a

Annyeong... author stress satu ini kembali lagi... ini dia eps terakhir..
mianhe... bru diterbitin skrg cz bnyak hal yg harus diselesaikan...

lets reading.....
eps sblumnya..
Helen tahu itu yang akan didengarnya. Sepanjang perjalanan Helen hanya terdiam sebaliknya dalam pikirannya muncul banyak pertanyaan..
' Kali ini kemana aku akan dibawa??'


‘ Aku hidup dengan gerakan dari tangan orang lain, bahkan untuk bernafaspun aku dikendalikan!! Tak ada kesempatankah untukku hidup dengan kemauanku sendiri?’

Lamunan Helen terhenti saat disadarinya ia telah tiba ditempat tujuan. Tempat yang tak diketahuinya sama sekali. Helen menatap tajam rumah yang ia datangi. Sebuah rumah bertema minimalis dan sedikit aksen kayu di beberapa bagian rumah. Beberapa waktu kemudian pintu mobil terbuka, seorang laki-laki paruh baya yang diperkirakan adalah supir yang membawanya ketempat ini membukakan pintu untuknya.

“ Silahkan aggassi!!” Supir yang dikenalnya dengan nama Jang tersebut mempersilahkan Helen untuk keluar dan masuk ke dalam rumah. Helen tersenyum tipis seraya membungkukkan badannya.
“ Kau sudah datang??” Seorang laki-laki kira-kira 10 tahun lebih tua darinya keluar dari balik pintu rumah. Helen yang semula hanya menatap datar orang tersebut lambat laun menarik kedua ujung bibirnya.
“ Anda?”
“ Ne, ini aku apakah kau lupa?” Laki-laki itu merentangkan tangannya untuk menyambut Helen.
“ Tentu saja Won Bin hyung.. hahaha!!” Helen membalas pelukan itu.
“ Ah, kau masih ingat dengan panggilan itu?” Won bin melingkarkan tangannya di bahu Helen dan mengajaknya masuk kedalam rumah.
“ Tentu saja, aku memanggilmu hyung karena aku sangat membencimu saat pelatihan dulu!!”
“ Hahaha, untuk apa panggilan itu yang terpenting aku bisa bertemu denganmu lagi!! Tak kusangka aku akan bertemu lagi dengan murid terbaik di angkatanmu!!”
“ Aish,, jangan memujiku seperti itu!! Sebenarnya untuk apa aku dikirim kemari?”
“ Duduklah dulu!!” Won Bin mempersilahkan duduk di sofa yang tersedia diruang tamu.

Seorang perempuan keluar dari dalam rumah membawa beberapa cangkir minuman dan meletakkannya di meja ruang tamu tersebut.
“ Baiklah kau ingin tahu untuk apa kau dikirim kemari?” Won Bin mengamil salah satu cangkir dan menyesap isinya.
“ Ne..!!”
“ Anak itu mengutusmu untuk berlatih kembali selama beberapa hari!!”
“ Untuk apa dia harus melatihku ulang?” Raut wajah Helen berubah menjadi raut wajah kebencian.
“Untuk hal itu aku tidak tahu Helen-ah!! Kau akan menginap selama beberapa hari disini dan langsung mendapat pelatihan dariku!! Tapi kurasa kau cukup menggunakan fasilitas dirumah ini karena kurasa kau sudah cukup lihai dalam hal ini dan bersenang-senanglah disini!!”

Helen menarik ujung bibirnya dan memperlihatkan senyuman diwajahnya.
“ Bersenang-senang???”
“ Ya bersenang-senang!! Masuklahke kamarmu dan ganti pakaianmu kemudian temui aku diruang latihan!!!!” Won Bin berdiri kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Helen yang masih termangu di sofa.
“ Bersenang-senang??” Diucapkanya lagi kalimat itu untuk sekian kalinya. Tangan Helen saling bertautan kebiasaaannya saat sedang berpikir.

Apa aku salah jika menyalahkan kematianmu padanya?? Bukankah memang dia yang mengantarkanmu pergi dari sisiku?? Namun kenapa sekarang justru aku merasa bersalah atas tindakanku kemarin?? Seulrin-ah katakan padaku apa yang terjadi denganku sekarang? Bahkan diantara bayanganmu sosoknya sering muncul diotakku dan sekarang dengan frekuensi lebih tinggi!!

Seorang laki-laki bertubuh kurus mungkin sekarang lebih kurus lagi daripada hari-hari kemarin tengah duduk dengan kedua tangan menopang dagunya. Wajahnya yang semakin tirus memperjelas tulang pipinya. Sangat jelas terlihat dia tengah memiliki masalah besar dihidupnya.

Matanya menatap lurus ke arah gelas yang telah kosong dihadapannya. Pikirannya menerawang jauh ketempat yang tak mungkin dijangkau lagi.

“ Dia mengatakan sulit jika ia ada disekitarku!! Apa dia akan pergi juga? Ini salahku, tapi ia yang membuat kau pergi Seulrin-ah!! Ia yang telah membunuhmu!! Apa semudah itu aku memaafkannya? Tapi kenapa ia terus berada diotakku?? Lalu kenapa aku tak berhenti memikirkan gadis itu?? Apa aku terlanjur mencintainya??? Ah tidak mungkin?? ANDWEEEE!!! ARGHHHHHHHHHHHH” Jiyong melempar gelas kosong didepannya kearah dinding yang tak jauh dari tempat ia duduk.

Tatapannya berubah, nampak ia sangat kesal dengan apa yang sedang ia rasakan sekarang.
Terdengar suara kunci pintu dirumah dibuka dari luar. Mata Jiyong beralih kerah pintu yang tak lama kemudian terbuka. Seorang laki-laki paruh baya yang sangat dikenalnya muncul dari balik pintu appartenya.

“ Tuan Muda apa yang terjadi??” Laki-laki itu terlihat panik dengan kondisi JIyong apalagi setelah matanya menangkap pecahan gelas disekitar dinding.
“ Tidak ada!! Untuk apa anda kemari ahjussi??” Jiyong beranjak dari tempat duduknya menuju dapur.
“ Owh, Seperti yang telah saya sampaikan kemarin!! Kami sangat membutuhkan anda di perusahaan!! Kondisi perusahaan cukup kacau apalagi setelah kepergian beliau dan ancaman perebutan formula obat baru yang hampir direbut oleh musuh perusahaan.!!” Jelas laki-laki yang bernama Shin Wan Tae tersebut.

Jiyong menghentikan tangannya diudara saat akan menuangkan air kedalam gelas.
“ Apa maksud anda hampir direbut? Bukankah formula itu telah diambil semuanya kurasa perusahaan itu lambat laun juga akan hancur!!” Jawab Jiyong ketus.
“ Ternyata yang mereka ambil kemarin hanya formula obat tahap 1 sedangkan tahap dua disimpan beliau ditempat berbeda dan kabarnya orang yang diamanati untuk menjaga benda tersebut menginginkan anda yang membuka formula tersebut!!”

Jiyong kembali melanjutkan kegiatannya untuk menyiapkan minuman yang ditujukan untuk Shin Wan Tae.
“ Minumlah ahjussi!!” Jiyong mengangsurkan sebuah cangkir dihadapan Shin Wan Tae.
“ Tuan Muda!! Kami mohon anda kembali ke perusahaan ini demi ayah anda!!” Sekali lagi Shin Wan Tae memohon kepada Jiyong yang telah duduk disampingnya.
“ Demi orang itu??”Jiyong menyilangkan kakinya dan melipat kedua tangannya. Bahasa tubuh yang berarti ia tidak ingin berbicara dengan orang lain.
“ Apakah anda masih membenci tuan??”
“ Kurasa cukup ahjussi!!” Jiyong berdiri, menatap tajam kearah Shin Wan Tae “ Silahkan anda kembali!! saya harus pergi !!” Kakinya melangkah menuju pintu yang sebelumnya ia meraih kunci motor dan baju hangat miliknya.
“ Tuan!! Tunggu…!!” Shin Wan Tae menghentikan ucapannya melihat Jiyong telah keluar apparte dan meninggalkannya sendiri.

Shin Wan Tae mendesah kesal. Diraihnya ponsel dari balik jas yang ia kenakan. Setelah menekan beberapa nomor ia terlibat pembicaraan serius dengan orang yang dihubunginya.
“ Ne..!! Akan saya laksanakan!!”

Sementara itu Jiyong mengendarai motornya menuju daerah Myeondong tepatnya menuju sebuah tempat yang beberapa hari terakhir ini menarik hatinya. Snow White Café.

Jiyong berdiri mematung didepan café. Matanya melekat pada papan nama café. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celanannya. Udara dingin yang tertiup perlahan meniup rambutnya tak menggoyahkan dia sedikitpun. Selama 30 menit ia tetap berdiri ditempat itu dan terus menatap papan nama café tersebut.

“ Yaaa, bukankah itu teman Helen eonni??” Seorang pelayan wanita yang tengah membersihkan salah satu meja café bertanya kepada seorang pelayan laki-laki yang sedang membantunya.
“ Ne,,, namja itu yang beberapa hari yang lalu noona mengantarnya pulang sewaktu ia mabuk!!” Mereka berdua menghentikan aktifitasnya.
“ Sedang apa dia disana? Bukankah ia telah berdiri selama 30 menit? Apa dia tidak kedinginan??” Pelayan wanita tersebut mencemaskan Jiyong.
“ Sudahlah kembalilah bekerja atau kau mau kupotong gajimu??”
“ Memangnya kau siapa?? kau kan juga sama-sama pelayan disini?”
“ Kau tidak tahu? Noona menyerahkan tanggung jawabnya padaku selama noona pergi arrasso!!!!” Pelayan laki-laki tersebut tersenyum dan pergi masuk kedalam pantry.
“ Huft, begitu saja sudah sombong!!”
“ Kau bilang apa??” Tiba-tiba pelayan laki-laki tesebut telah berdiri dibelakangnya.
“ Aish, sejak kapan ka….!!” Ucapannya terhenti saat Jiyong masuk kedalam café.
“ Kenapa kau diam saja??”
“ Namja tadi masuk!!” Pelayan wanita tersebut menunjuk Jiyong yang duduk ditempat yang sama saat Jiyong mabuk beberapa hari yang lalu.

Jiyong melihat kesekeliling café dan matanya berhenti di langit-langi café dimana bunga salju dari kertas tergantung dengan indah.
“ Ada yang bisa saya bantu!! Mau pesan apa tuan?” Pelayan laki-laki yang baru saja membicarakan Jiyong bersama pelayan wanita tadi mendekati Jiyong dan menyerahkan list menu.
“ Ah, hot capuchino!!” Jawab Jiyong singkat tanpa membuka list menu yang diangsurkan kepadanya.
“ Ne arrasso!! Tunggu sebentar tuan!!” Pelayan laki-laki yang bernama Joong tadi berbalik menuju pantry untuk menyiapkan pesanan Jiyong.

Jiyong mengambil ponselnya dan menekan sebuah nomor. Mencoba menghubungi pemilik nomor tersebut namun hanya dijawab oleh mesin penjawab telepon. Wajah Jiyong berubah murung.
‘ Apa benar yang dikatakan Helen kemarin?’ Batinnya.

Joong, sang pelayan tadi kembali kemeja Jiyong dan menyerahkan pesanannya.
“ Ini dia Hot Capuchino pesanan anda!!” Joong meletakkan sebuah cangkir yang berisi penuh Hot Capuchino.
“Ne, Gomawo!! Oh iya kau tahu dimana Helen?” Tanya Jiyong tanpa menoleh sedikitpun kearah Joong. Jiyong sibuk mengamati segalas hot capuchino yang telah ada ditangannya.
“ Ah, Helen noona?”
“ Ne.. Helen!”
“ Mianhe, kami semua disini tidak tahu dia ada dimana! Yang kami tahu dia sedang pergi dan dalam waktu yang cukup lama!! Noona hanya menyerahkan pengelolaan café ini sementara kepadaku!! Mungkin ada pesan untuknya??”
“ Ah,anieyo!! Gamsahamnida!!” Jiyong memutar gelas didepannya
“ Ne. Cheonmaneyo!!” Joong pergi meninggalkan Jiyong sambil mengerutkan keningnya. “ DIngin sekali orangnya? Apa dia Helen namjachingu??”
“ Yaaa, joong!! Kau bicara apa?” seorang pelayan wanita mendekatinya.
“ Ah, ani!! Apa dia Helen namjachingu??”
“ Molla!! Kurasa iya!! Ah ayo kita kembali bekerja!!” Pelayan Wanita itu mengambil nampan dan beberapa pesanan lalu mengantarkannya ke meja sesuai dengan pesanan yang tertulis.

Sedangkan Joong tetap mengamati Jiyong yang kini tengah memandangi bunga salju dari kertas yang tergantung di langit-langit café.
“Apa kalian punya kesukaan yang sama?” Jiyong bertanya pada dirinya sendiri.
“ Anieyo!! Mereka tidak memiliki kesukaan yang sama” Jawab seseorang yang baru datang dan duduk dihadapan Jiyong.
Jiyong melihat laki-laki itu tanpa merubah ekspresinya
“ Hyung?”
“ Ne aku!!! Terkejut?”
“ Apa maksud perkataanmu tadi?”
“ Seulrin dan Helen adalah dua orang yang berbeda!!! Seulrin menyukai salju sedang Helen sangat membencinya!!”
“ Lalu kenapa café ini..?”
“ Ini café untuk Seulrin!! Sejak Seulrin meninggal ditangannya, dia berusaha menyukai semua hal yang disukai oleh Seulrin. Seolah-olah ia ingin menghidupkan Seulrin didirinya!!”
“ Jinjja??”
“ Jangan kau pikir hanya kau yang merasakan kehilangan Seulrin!! Helen cukup menderita dengan kejadian itu!! Apalagi ditangannyalah Seulrin mengehembuskan nafas terakhirnya!! Dia sempat mengalami depresi selama satu tahun dan terpaksa dibawa ke Amerika!! Sampai sekarang ia masih berjuang untuk hidup lagi dengan baik!!” Penjelasan Seunghyun.

Jiyong hanya menatap Seunghyun dengan tatapan tak percaya apa yang ia dengar kali ini.
“ Pabboya!!” Jiyong mengutuki dirinya sendiri sambil menundukkan kepalanya dimeja.
“ Jangan salahkan dirimu sendiri!! Hiduplah dengan baik!!” Seunghyun berdiri dan melangkahkan kakinya.
“ Maksudnya?”

Seunghyun menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Jiyong.
“ Ya, hiduplah dengan baik! Itu pesannya!! Dan jangan salahkan dirimu lagi!!”
“ Apa dia tidak akan kembali lagi?”
“ Molla, dia tidak mengatakannya padaku!!” Seunghyun melanjutkan langkah kakinya menuju pintu café.

Jiyong menatap punggung Seunghyun yang tak lama kemudian menghilang dari pandangannya
“ Hidup dengan baik???” Diulanginya kembali pertanyaan itu. Tak ada jawaban, tentu saja Jiyong tak membutuhkan jawaban dari orang lain karena itu tak berlaku baginya. “Itukah yang kau inginkan Helen?” Jinyong menatap gelas yang isinya tinggal setengah karena telah berpindah masuk melalui tenggorokanny.

Itukah yang kau inginkan juga Seulrin-ah? Hidup dengan baik!! Tapi apa aku bisa?? Aku belum bisa bernafas lega tanpamu!! Bahkan sekarang gadis itu ikut menghilang dari sisiku!! Tapi ia ingin aku hidup dengan baik!! Dia bodoh Seulrin-ah, dia tahu aku masih membutuhkanmu begitu juga dengannya!! Ia pasti juga sangat membutuhkan eonninya sekarang!! Namun ia bisa hidup baik kenapa aku tidak??

“ Jebbal Seulrin-ah katakan padaku apa aku bisa hidup dengan baik-baik saja??” Jiyong menenggelamkan wajahnya dibalik tanggannya yang ia lipat diatas meja.

1 menit, lima menit, 10 menit. Waktu terus berjalan dan Jiyong telah menundukkan kepalanya hampir 30 menit. Wajahnya tiba-tiba mendongak dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Setelah melakukan pembayaran, Jiyong melangkahkan kakinya dengan setengah berlari menuju tempat motornya terparkir. Tanpa basa-basi lagi Jiyong mengendarai motornya menuju kesuatu tempat. Jika itu yang diingankan oleh Helen mungkin dengan menerima penawaran seseorang Jiyong akan hidup dengan baik.

Jiyong menghentikan kendaraannya disebuah rumah megah dengan beberapa penjaga disetiap sudutnya.
“ Anda datang tuan?” Seorang laki-laki berpakaian serba hitam mendekati Jiyong yang baru melepaskan helmnya.
“ Ne..!!” Jiyong menjawab singkat dan berlalu menuju pintu masuk.

Beberapa orang yang ditemuinya didalam rumah membungkukkan badannya hormat kearahnya. Jiyong hanya tersenyum tipis menanggapinya. Entah sejak kapan senyuman lebar ia munculkan di wajahnya yang semakin tirus. Setidaknya ia bisa memperlihatkan senyumannya meskipun samar.

Jiyong membuka pintu sebuah ruangan yang telah ditinggal oleh pemiliknya beberapa hari yang lalu. Ruangan ini milik ayah Jiyong, tuan Yang. Dia mengedarkan pandangannya diseluruh ruangan. Mengamati setiap sudut ruangan. Matanya berhenti disalah satu foto. Foto dirinya dan ayahnya, foto yang sama dengan foto yang dimilikinya di appartenya. Jiyong mendesah perlahan ada sedikit penyesalan dihatinya. Menyesal karena hampir selama 2 tahun ia tidak berbicara dengan ayahnya sama sekali.

“ Tuan muda!!” Seseorang menepuk bahu Jiyong. Sontak Jiyong membalikkan badannya dan mendapati Shin Wan Tae telah berdiri didepannya.
“ Ne..!!”
“ Ada apa anda kemari? Apakah anda??”
“ Ne, aku kemari untuk menerima penawaran yang tadi anda berikan!!” Jiyong menyentuh permukaan meja ayahnya.
“ Jeongmal??”
“ Hmmm,!! Aku akan melanjutkan tugasnya!!” Jiyong tersenyum samar namun masih dengan nada yang dingin .
“ Gamsahamnida tuan muda!!” Shin Wan Tae membungkukkan badannya hormat.

Seperti yang kau minta, aku coba untuk hidup dengan baik!!


From: Helen
Seperti yang kau tahu dari Seunghyun oppa rencana kita harus ditunda!! Kutitipkan Shin Ah padamu!!
Seungri membaca pesan dari Helen yang baru saja ia terima.

“ Ditunda? Seunghyun Hyung belum memberitahukan apapun padaku??” Seungri memboca menghubungi Helen namun percuma yang menjawab hanya operator.
“ Tidak aktif?? Sebenarnya ada apa dengannya??” Seungri menimang-nimang ponsel ditangannya. Pesan dari Helen membuatnya otaknya penuh tanda tanya.
“ Yaaa!! Ada apa denganmu kenapa melamun??” Seseorang menepuk bahunya.
“ Aish, kau hyung!!”
“ Jangan memanggilku hyung disini!!! Kau lupa???”
“ Mianhe..!! Sebenarnya apa yang terjadi dengan …”
“ Helen??” Seunghyun berjalan ketepi.
“ Siapa lagi!!!”
“Dia menjalani pelatihan ulang!! Sementara ini kau tetap dalam penyamaranmu sampai ia mulai menjalankan misi dari orang itu!!!”
“ Hmmm!!” Pembicaraan mereka terhenti saat ponsel Seungri berdering.
“ Kenapa?” Seunghyun bertanya sebelum Seungri berlalu.
“ Shin Ah Sadar!! Aku harus ke kamarnya sebelum mereka curiga!!”
“ Takut mereka curiga atau memang kau sebenarnya cemas dengannya??”
“ Yaaa!!” Seungri mencibir lalu berlalu meninggalkan Seunghyun.

Seungri berjalan menyusuri lorong menuju salah satu ruangan yang dijaga ketat oleh seorang laki-laki bersenjata. Begitu melihat Seungri yang menggunakan jas putih datang penjaga tersebut membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.
Seorang gadis tengah berbaring lemah ditempat tidur dengan beberapa peralatan yang terpasang di tubuhnya. Beberapa perawat mengitari gadis itu.

“ Dokter!!!” Seru salah satu perawat kepada Seungri atau Vi.
“ Ah, Ne!!” Dokter Vi mendekati Shin Ah.

Shin Ah tampak membuka matanya dan mengerjapkan matanya . Suara detak jantung dari mesin pendeteksi jantung (EKG) terlihat teratur. Angka tekanan darahpun menunjukkan angka normal. Begitu juga suhu tubuhnya.

“ Nadi dan respirasinya sudah kembali normal dok! Pasien juga dalam kondisi compos mentis *sadar penuh” Lapor seorang perawat yang telah selesai memeriksa tubuh Shin Ah.
“ Ne, Gomapsumnida!!”
“ Annyeong Shin Ah ssi!!” Sapa Vi.
“ Annyeong, dokter! Saya dimana? “ Shin Ah menatap orang didepannya dengan wajah penuh pertanyaan.
“ Tolong ambilkan injeksi di meja saya!!!” Perintah Vi.

Setelah semua petugas kesehatan lainnya keluar. Vi meraih benda kecil dari kantong jasnya, laser infra merah kemudian dengan gerakan cepat diarahkannya benda itu kearah CCTV. Cukup membuat kacau CCTV selama beberapa detik.
Seungri membisikkan sesuatu dengan cepat kepada Shin Ah.

“ Ini aku Seungri, bekerjasamalah kami akan membantumu keluar dari sini” Shin Ah tersenyum dan mengangguk.
“ Ini dok!!” Perawat datang membawa spuit yang telah berisi cairan injeksi.Sebelumnya Vi telah mengisi spuit itu dengan cairan untuk memulihkan energy Shin Ah tanpa diketahui oleh petugas lain. Petugas lain hanya tahu obat itu untuk melemahkan Shin Ah.
Tanpa berbicara lagi Vi menyuntikkan obat itu kemudian pergi meninggalkan Shin Ah.

Apa kabarnya kau disana? Apakah kau menjalankan pesanku? Semoga hidupmu baik-baik disana!!!

Aku baik-baik saja, seperti pesanmu aku bisa hidup dengan baik!! Tapi aku sendiri tidak yakin aku baik-baik saja!!

Ah apa mungkin kau baik-baik saja? Sedang bayangan eonni lekat dipikiranmu seakan tak tergantikan disana!!Benarkan eonni???

Ne… aku masih mencintainya, bayangannya seolah tak mau pergi dariku tapi kini bayangan itu tak mendominasi otakku. Kini bayanganmu lah yang mendominasi bergantian dengan bayangan Seulrin.

“ Hhhh, kemana dia pergi??” Jiyong menghela nafasnya. “ Kemana dia, sebenarnya dimana dia sekarang? Hampir satu minggu dia pergi apa dia sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya? Seulrin-ah kemana dongsaengmu pergi??”
Jiyong melipat kedua tangannya didepan jendela besar di ruangannya. Kini ia resmi menggantikan ayahnya di perusahaan YG meninggalkan kuliahnya yang belum selesai. Menyelesaikan semua hal yang belum terselesaikan saat ayahnya masih hidup.

“Tuan, sudah waktunya!!” Shin Wan Tae yang telah berada dalam ruangan Jiyong, menyadarkan lamunan Jiyong. Jiyong berbalik menghadap Shin Wan Tae. Matanya menatap lurus tanpa ekspresi. Lebih tepatnya sebuah ekpresi yang tidak dapat diartikan oleh siapapun. Shin Wan Tae terbiasa melihat ekpresi itu. Ekpresi yang selalu dilihatnya sejak kecelakaan dua tahun yang lalu. Sikapnya yang dingin, sorotan mata yang tajam dan beberapa kali senyuman getir yang diperlihatkannya. Sampai kapan ekpresi itu selalu diperlihatkanya? Hanya waktu dan dirinya sendiri yang tahu.

“ Ini berkas-berkas yang sekiranya anda butuhkan!!” Shin Wan Tae menyerahkan beberapa map ke tangan Jiyong yang masih tersembunyi dibalik saku celananya. Setelah menerima map tersebut, Jiyong melenggang pergi keluar dari ruangannya dan menaiki mobil yang telah menunggu di halaman depan gedung perusahaannya.

Mobil Jiyong berhenti disebuah restaurant yang cukup megah. Jiyong keluar dari mobil dan masuk menuju meja yang telah dipesan untuknya dan seseorang yang berjanji untuk bertemu dengannya. Restaurant tersebut tidak begitu ramai karena jam istirahat belum tiba. Hanya ada 4 orang di restaurant tersebut.

Seorang laki-laki dan wanita yang mungkin adalah pasangan kekasih duduk di meja paling ujung yang berada di tepi jendela besar. Mereka terlibat pembicaraan yang cukup serius dengan sesekali diselingi tawa kecil dari sang wanita. Seorang laki-laki bertubuh tinggi duduk di meja yang lain yang tak jauh dari meja tempat Jiyong duduk. Jari laki-laki-laki tersebut mengetuk meja sehingga menimbulkan suara nyaring. Bisa terlihat jelas jika ia sedang menunggu seseorang dengan kesal. Sementar satu orang lagi, seorang wanita berambut pendek dengan balutan pakaian hitam dan mantel serta syal hitam yang menempel ditubuhnya duduk tepat dibelakang Jiyong . Wanita tersebut menatap serius ipad ditanganya sesekali menganggukkan kepalanya.

Jiyong melihat pintu masuk restaurant dan jam tangannya bergantian. Menunggu seseorang adalah hal yang sangat dibencinya apalagi orang yang ingin bertemunya tidak tepat waktu. Tepat saat Jiyong akan berdiri karena kesabarannya habis seorang laki-laki yang umurnya 10 tahun lebih tua dari usia Jiyong muncul dari balik pintu dan tersenyum kearah Jiyong membuat Jiyong mengurungkan niatnya dan duduk kembali.

“ Jeosonghamnida!! Saya terlambat!!” Laki-laki tersebut telah berada di hadapan Jiyong seraya membungkkukkan badannya.
“ Silahkan duduk!!” Ucap Jiyong singkat.
“ Ne..!!” Setelah laki-laki tersebut duduk di hadapan Jiyong seorang pelayan datang membawa pesanan Jiyong seolah hafal dengan apa yang akan dipesan Jiyong dan tamunya.
“ Sebelum kemari saya harus bertemu dengan klien saya yang baru tiba dari Swiss. Maafkan saya jika hampir membuat anda mengurungkan niat untuk bertemu dengan saya!!” Won Bin membenarkan letak duduknya dan sesekali melihat meja tepat dibelakang Jiyong.

Dibalik meja itu seorang wanita berambut pendek sedang duduk disana. Senyuman samar terlihat sekilas dari wajah wanita tersebut kepada Won Bin. Won Bin mengangguk perlahan, sepelan mungkin agar Jiyong tidak tahu.
“ Langsung saja Won Bin ssi!! Waktu saya tidak banyak!!” Jiyong memotong ucapan Won Bin yang tengah menjelaskan alasannya terlambat.
“ Ne.. Saya diamanatkan oleh ayah anda untuk menyerahkan ini!!” Won Bin mendorong sebuah amplop besar kearah Jiyong.
“Appa??” Jiyong memandang Won Bin dengan keheranan, ekpresi lain yang akhirnya muncul diwajahnya.
“Ne, Jiyong ssi!! Isinya bersangkutan dengan formula tahap II!!” Won Bin menambahkan dengan gerakan bibir yang diperjelasnya. Seolah agar orang lain tahu apa yang dibicarakannya. Mata Won Bin melirik wanita yang duduk dibelakang Jiyong. Terlihat wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Jiyong menganggukkan kepalanya berkali-berkali. Mengerti apa maksud kedatangan laki-laki di depannya. Tanganya menimang-nimang amplop ditangannya bermaksud ingin menebak apa isi dari amplop yang diterimanya.

Wanita berambut pendek yang duduk dibelakang Jiyong kemudian berdiri dan berjalan mendekati meja Jiyong. Melihat sebentar kerarah Jiyong dengan tatapan lembut kemudian beralih menatap Won Bin dengan mata yang terlihat seperti sedang menggoda. Bersamaan dengan itu dari balik mantelnya ia menyerahkan sebuah kertas yang terlipat kepada Won Bin. Won Bin tersenyum menerima kertas tersebut.

“ Anda kenal dengan wanita tersebut Won Bin ssi??” Jiyong terlihat risih dengan tindakan wanita tadi.
“ Ani, sepertinya wanita tersebut tertarik padaku!! Lihat dia memberikan nomornya padaku dan memintaku menghubunginya!!” Won Bin menunjukkan isi kertas tadi. Jiyong hanya tersenyum tipis dan beranjak berdiri.
“ Saya harus pergi Won Bin ssi!! Sampai jumpa!!” Jiyong melangkah meninggalkan Won Bin sebelum Won Bin menjawab sapaan Jiyong.
Sepeninggal Jiyong, Won Bin membuka kertas yang diterimanya dari wanita berambut pendek tadi. DIbalik nomor ponsel yang ia terima ada sebuah pesan.

Anda membuat kejutan untuk saya Won Bin ssi!! Gomapsumnida Won Bin ssi atas pesanmu dan pelatihanmu, kali ini aku akan menjalankan misiku meski sedikit paksaan!!
-Helen-

Won Bin tersenyum lebar setelah membaca pesan tersebut.
“ Penyamaranmu sangat sempurna, jika kau tak memberikan tanda padaku aku hampir tak mengenalimu Helen!!” Ujar Won Bin lirih sambil berdiri meninggalkan restaurant tersebut.

Jiyong tiba di kantornya dan langsung menuju ruangannya tanpa mendengar panggilan dari Shin Wan Tae yang sedang berdiri bersama seorang wanita.
“ Anda tunggu disini!!” Pamit Shin Wan Tae dan berjalan menuju ruangan Jiyong.
“ Tuan muda, sekretaris baru anda telah datang!!” Ucap Shin Wan Tae setibanya di ruangan Jiyong. Jiyong hanya menganggukkan kepala.

Beberapa menit kemudian Shin Wan Tae kembali masuk beserta seorang gadis berambut pendek yang menggunakan setelan blues warna pastel.
“ Annyeonghasimika tuan!!” Gadis itu membungkukkan badannya member hormat.
“ Ne..!!”Jawab Jiyong pendek masih ditempak duduknya. Jiyong memandangi gadis itu tepatnya mengamati .
“ Kau Song Ji Kyung ssi??” Tanya Jiyong menyelidik.
“ Ne…Jeoyo!!”
“ Ahjussi, tolong antar Ji Kyung ssi ke ruangannya dan jelaskan apa yang perlu anda jelaskan!!” Jelas Jiyong panjang lebar seraya menatap beberapa kertas di sampingnya tanpa melihat kembali Ji Kyung.
“ Ne..Tuan!!” Shin Wan Tae membungkukkan badan dan berbalik menuju pintu keluar. Ji Kyung yang semula terpaku menatap Jiyong dengan tatapan prihatin akhirnya mengikuti Shin Wan Tae.

Dua kali aku telah melihatmu. Aku bersyukur kau bisa menjalankan kehidupanmu, tapi aku tahu dari semua ekspresimu aku bisa melihat kau belum hidup baik-baik saja. Kau harus tahu aku baru saja didepanmu Jiyong-ah. Ini aku Helen, Helen yang sekarang kau kenal dengan nama Song Ji Kyung.
“ Ji Kyung ssi!!” Seru Shin Wan Tae menghentikan lamunan Ji Kyung yang tak lain adalah Helen.
“ Ah, mianhe!! Ada apa ahjussi??”
“ Ini mejamu Ji Kyung ssi, dan ini beberapa tugas yang akan kau lakukan!!” Shin Wan Tae menjelaskan beberapa tugas yang harus dilaksanakan selama menjadi sekretaris.
“ Berhati-hatilah Helen ssi, panggil aku jika ada yang kau butuhkan!!” Bisik Shin Wan Tae kepada Ji Kyung. Ji Kyung menegakkan tubuhnya terkejut dengan ucapan Shin Wan Tae.
“ Anda???”
Shin Wan Tae hanya tersenyum kemudian beranjak meninggalkan Ji Kyung sendirian. Ji Kyung menatap punggung Shin Wan Tae dengan penuh tanda tanya.
“ Huh… Seberapa besar pengaruh Daesung hingga orang kepercayaan Jiyongpun tunduk ditangannya ???” Ji Kyung mengepalkan tangannya kesal.

Meja kerja Ji kyung berada tepat disamping pintu ruangan Jiyong. Sehingga siapapun yang masuk ruangan Jiyong, harus melewati Ji Kyung. Ji Kyung menatap pintu ruangan Jiyong dengan tatapan prihatin. Seandainya bukan karena tugas ini, seandainya dia masih bisa hidup tanpa perintah orang lain dia ingin masuk ke ruangan itu dan memeluk laki-laki yang sedang duduk didalamnya.
“ HHhhhh” Ji Kyung menghela nafasnya dan menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

Ddrrtt.. Ponsel Ji Kyung bergetar. Sebuah pesan masuk.
From: Seunghyun
Kau sudah menjalankan tugasnya??
For: Seunghyun
Ne… sunbae!!

Drrt
From: Seunghyun
Aku baru dapat informasi jika besok adalah waktunya, benarkah? Sampai bertemu besok!! Jaga dirimu baik-baik!! Shin Ah juga baik-baik saja!!!

“ Besok??” Ji Kyung menegakkan tubuhnya dengan mata masih menatap layar ponselnya.
“ Semoga hingga waktunya tiba ia tak mengenaliku!!” Ucap Ji Kyung lirih.

Bagaimana kisah ini bisa terstruktur rapi? Seolah ini hanya kebetulan namun aku yakin apa yang akan terjadi hari ini telah terskenario dengan rapi. Metode apa yang digunakannya hingga kisah ini dapat terjalin dengan rapi tanpa kesalahan sedikitpun? Lihat saja akan kupatahkan kepercayaanmu akan keberhasilan skenario yang kau susun. Jangan terlalu yakin dengan skenariomu itu, biasakan selalu siapkan rencana cadangan, karna jika tidak. Kau akan terkalahkan!!

Helen mengemasi semua barang-barang yang telah direncanakannya untuk tugasnya hari ini. Sesekali gerakan tangan Helen terhenti diudara seolah ada keraguan dengan apa yang akan ia lakukan hari ini. Keraguan akan dua buah rencana yang tersusun rapi diotaknya. Dua rencana yang bertolak belakang. Rencana yang harus ia lakukan dalam hari yang sama dan waktu hampir bersamaan.

Dering panjang dari ponsel Helen memecah lamunan Helen. Ponsel tersebut tak segera diangkat. Helen hanya memandangi layar ponselnya yang tertera sebuah nomor baru.
“ Yoboseyo!!”
“ Aggassi, segera ke kantor!!”

Belum sempat Helen menjawab pernyataan tersebut. Panggilan telah diputus. Helen menjelajahi ingatannya untuk mengingat suara yang baru saja ia dengar dan akhirnya ia menemukan satu nama. Shin Wan Tae!! Helen menarik salah satu ujung bibirnya.

Setelah memeriksa ulang barang bawaannya, Helen berjalan keluar dari kamar dan memastikan kamar yang ia tempati tidak ada yang bisa menerobos masuk. Kaki Helen berhenti tepat disamping mobilnya yang memperlihatkan pantulan dirinya di kaca mobil.

Seorang gadis berambut pendek bermata coklat dibalik mata aslinya yang berwarna hitam. Helen mengunakan pakaian kantor warna biru dengan paduan abu-abu. Pakaiannya saat ini sangat menonjolkan sosok wanita anggun yang suka bekerja. Sangat bertolak belakang dengan Helen yang selalu tak peduli dengan pakaiannya.
“ Inilah sosok Song Ji Kyung!!” Bibir Helen bergerak tanpa suara.
Helen segera masuk mobil dan mengendarainya menuju gedung perusahaan YG.
“ Kau siap Ji Kyung??” Bisik Helen pada diri sendiri.
“ Exactly,,, This it show time!!!” Helen meraih tas tangan merah maroonnya lalu berjalan menuju ruangan seseorang yang sedari tadi telah menunggu dirinya.
“ Syukurlah anda telah datang. Anda siap??? Tetaplah terhubung dengan kami!!” Shin Wan Tae menyambut Helen di lorong kantor yang letaknya tak jauh dengan lift. Helen hanya menganggukkan kepalanya sekilas dan tetap berjalan menuju ruangan Jiyong.
“ Kau sudah datang!! Ikutlah denganku!!” Jiyong yang telah berdiri di depan ruangannya melemparkan sebuah kunci mobil kearah Ji Kyung. Dengan sigap Ji Kyung menangkap kunci yang diarahkan padanya.

Tanpa banyak berkata Jiyong berjalan mendahului Ji Kyung. Ji Kyung pun mengikuti langkah JIyong yang menuju tempat parkir.
“ Kendarai mobil ini dan antar aku menuju tempat ini!!” Jiyong menyerahkan sebuah kertas bertuliskan sebuah alamat yang kurang lebih Ji Kyung tahu tapi ia memperlihatkan kerutan diwajahnya seolah menandakan jika ia belum pernah tahu tentang gedung yang akan ditujunya.

Ji Kyung mengendarai mobil dengan perlahan keluar gedung. Saat mobil telah berada diluar gedung mereka disambut oleh turunnya salju yang berjatuhan di kaca mobil. Sesaat Ji Kyung menatap serius butir-butir salju yang berjatuhan.

Turun salju. Suasanan seperti ini sama seperti dua tahun yang lalu. Tepat saat itu kau pergi eonni. Apakah hari ini akan terjadi sesuatu? Akh perasaanku sangat tidak nyaman!! Look, laki-laki ini juga menatap benda yang sama!! Apa yang sedang dipikirkannya? Apa sama dengan yang aku pikirkan?

Tak jauh beda dengan Ji Kyung, Jiyong juga melakukan hal yang sama. Matanya menatap lekat benda-benda putih yang berjatuhan diluar.

Snowing!! Kau ingat, hari ini juga saat turun salju aku mengajakmu keluar dan dengan penuh emosi mencecarmu dengan segala pertanyaan aneh di otakku. Pertanyaan yang muncul begitu saja setelah melihat foto itu. Ingin memastikan kebenaran itu, namun justru kebenaran yang akhirnya kudapatkan malah mengantarmu menuju kematian.

Hhhhh, lalu apa yang akan terjadi hari ini? Aku seperti memiliki firasat buruk!!
Di sepanjang perjalan matanya tak lepas dari butiran-butiran putih itu, hingga tanpa ia sadari mobil telah berjalan pelan memasuki sebuah gedung tujuan mereka.
“ Tuan, ini tempatnya!!” Suara Ji Kyung membuyarkan lamunan Jiyong.
“ Ne..!!” Jiyong membuka pintunya dan berjalan masuk.
“ Kau tidak ikut?” Jiyong berbalik dan melihat Ji Kyung yang sedang menerima telepon. Ji Kyung hanya menganggukkan kepala dan segera keluar menyusul Jiyong.
Mereka berjalan beriringan tanpa saling berbicara. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya.

This it the show time Helen. Can you do it??
Mereka berhenti di salah satu meja penerima tamu.
“ Bisa saya bantu!!” Seorang laki-laki mengukan setelan jas merah menyapa Jiyong dan Ji Kyung dari balik meja.
“ Ne… Ini!!!!” Jiyong menyerahkan sebuah benda berbentuk pedang samurai yang terbuat dari tembaga dengan rantai kecil yang menjadi hiasannya.

Ji Kyung mengamati setiap gerakan Jiyong dan merekam segala aktivitas Jiyong dalam otaknya seraya menyusun sebuah rencana.

Beberapa menit kemudian laki-laki berjas itu keluar membawa sebuah kartu berhias tali merah berbenang emas.
“ Silahkan ikut saya!!” Perintah laki-laki itu. Jiyong dan Jikyung mengikuti pertugas yang membawa mereka masuk kedalam ruangan tepatnya sebuah lorong panjang dengan didominasi warna merah, coklat dan emas. Di sepanjang lorong terdapat sebuah pintu yang terkunci. Jika ingin membuka pintu tersebut harus menggunakan kode kunci sendiri yang hanya dimiliki petugas.

Sesekali Ji Kyung dan Jiyong saling berpandangan takjub sekaligus penuh tanda tanya sebenarnya fungsi gedung ini untuk apa?

Selang beberapa menit kemudian mereka berhenti disebuah pintu. Setelah petugas memasukkan kartu yang dibawaya serta menekan beberapa tombol kode kunci yang diminta pintu dihadapan mereka terbuka. Dibalik pintu tersebut terdapat sebuah kotak besi berwarna silver. Petugaspun membuka kotak tersebut dengan kunci kecil yang tergantung disamping kotak besi.

“ Ini tuan!!” Petugas menyerahkan sebuah kotak kecil warna hitam.
“ Ne.. Gamsahamnida!!” Jiyong menerima kotak itu kemudian membukanya.
“ Kunci mobil??” Seru Jiyong begitu ia membuka kotak yang diterimanya.
“ Silahkan anda mengikuti petugas itu untuk melihat barangnya.!!” Petugas itu menunjuk seorang petugas lainnya untuk menunjukkan tempat berikutnya.

Jiyong dan Jikyung mengikuti petugas berpakaian sama.
“ Sebenarnya apa yang appa akan tunjukkan padaku?” Tanya Jiyong namun bukan pertanyaan yang perlu dijawab.
“ Dari appa anda?” Ji Kyung akhirnya bertanya.
“ Ne..!!”
“ Silahkan tuan anda bisa melakukan sendiri!!” Petugas tadi mempersilahkan Jiyong masuk dalam pintu. Ji yong menganggukkan kepala dan masuk menuju pintu yang ditunjuk.
Setelah pintu terbuka. Mereka berada disebuah tempat parkir.

Jiyong menekan tombol kunci yang menjadi bagian di kunci mobilnya. Jikyung dan Jyong berjalan serya menekan tombol tersebut hingga akhirnya sebuah mobil berbunyi menandakan kunci otomatisnya terbuka. Sebuah mobil hitam berdesain khusus berada didepan mereka.

Sekilas Jiyong dan Jikyung berpadangan dan masuk.
“ Ji Kyung ssi ini!!” Jiyong melemparkan kunci mobil kepada Ji Kyung. Ji Kyung tahu pasti Ji Kyung diminta untuk mengendarainya.

Begitu mereka masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin. Secara otomatis computer mini yang ada di dalam mobil telah menampilkan nama sebuah tempat yang akan mereka tuju.
“Mobil ini sengaja didesain agar ketika menyalakan mesin ini kita langsung menuju tempat yang diminta sesuai dengan rekaman yang ada di RAM komputer yang telah ditanamkan dalam mesin mobil !!” Jelas Ji Kyung.
“ Sepertinya kau sangat mengenal jenis mobil ini!!”
“ Ah, Animida!! Saya hanya tahu dari oppa!!”
“ Oppa??”
“ Ne, dia bekerja di salah satu perusahaan mobil di Jepang!!” Bohong Ji Kyung.
Karena teknis penyampaian pesan menggunakan mobil pernah dilakukan dalam organisasi independen lainnya. Aku dan eonni sangat hafal dengan teknis ini dan selalu berhasil memperoleh pesan yang ingin disampaikan. Sekarangpun aku juga akan melakukan hal yang sama.
Mobil berhenti disebuah rumah kecil sederhana yang berada diantara kompleks pertokoan.
“ Tuan mobil ini berhenti disini!! Masuklah!!” Ji Kyung menyuruh Jiyong masuk kedalam rumah.
“ Kau tidak masuk?”
“ Animida, saya tunggu disini!!”
“ Hmm, baiklah!!” Jiyong melangkah masuk kedalam rumah. Setelah memastikan Jiyong masuk kedalam rumah Helen menyambungkan mini computer di mobil dengan ponselnya dan memanipulasi system computer agar merubah tempat tujuan mobil menjadi tempat tujuan yang diingikan Helen. Setelah merubah tempat tujuan Helen menghubungi seseorang dengan ponselnya.
“ Aku telah mengubahnya, 15 menit lagi kami akan menuju kesana!! Masih ingat syaratku??”
“ Adikmu? Ne!!! Kita akan bertemu disana.”
Tanpa Ji Kyung sadari Jiyong telah membuka pintu mobil dan duduk disampingnya.
“ Eotokhe??” Tanya Jikyung seraya reflek mematikan ponselnya.
“ Ini!!” Jiyong menunjukkan sebuah benda berbentuk kalung yang memiliki bentuk sama dengan benda yang dibawa Jiyong saat mengambil mobil ini.
“ Heh? Apa itu?”
“ Katanya formula II ada disini??”
“ Formula tahap II yang dulu pernah dicuri?”
“ Bukan pernah dicuri, yang benar yg dicuri adalah tahap I jadi ini tahap II!! Tanpa ini obat juga takkan berhasil dibentuk!!” Jelas Jiyong.

Ji Kyung mengangguk mengerti seraya menyalakan mesin mobil.
“ Kemana selanjutnya?” Tanya Jiyong.
“ Kesana!!” Ji Kyung menunjuk layar mini computer yang tertanam di di sebelah kemudi.

Jiyong mengangguk pelan dan kembali menimang benda ditangannya. Sebegitu pentingkah obat baru itu hingga obat itu saja diperebutkan oleh pihak lain. Sampai-sampai formula tahap II pun disimpan sangat rapi.

Ji Kyung mengendarai mobil sesuai dengan tujuan yang telah terekam dalam memori computer yang tertanam di mobil yang mereka kendarai. Hari ini akan menjadi hari yang panjang bagi mereka.

Sementara itu ditempat lain dokter Vi yang tak lain adalah Seungri sedang memeriksa kondisi Shin Ah. Layar pemantauan kesehatan menunjukkan detak jantung lemah namun tetap stabil. Seungri tersenyum tipis. Apa yang terlihat dilayar bukan merupakan kondisi yang sesungguhnya karena mesin tersebut sengaja dirusak sehingga yang terlihat adalah rekaman terakhir yang tersimpan dalam mesin.

“ Waktunya telah tiba dan aku harap kau siap!!” Ucap Seungri pelan.
“ Dokter.. Daesung ssi ingin bertemu dengan anda!!” Seorang perawat laki-laki masuk. Seungri berbalik dan keluar menuju ruangan Daesung.
“ Kau dipanggil juga??” Sapa seorang laki-laki yang telah menjajari langkahnya.
“ Ne….!! Apa rencana semula berubah??”
“ Kemungkinan besar iya!! Kita tunggu saja!!” Seunghyun berjalan beriringan dengan Seungri.
“ Kalian datang!!!” Sapa Daesung dari balik pintu ruangannya. Daesung sedang menggunakan jas hitamnya bersiap untuk pergi.
“ Ne..!!” Jawab Seungri dan Seunghyun serempak.
“ Baiklah, tak perlu banyak membuang waktu!! Nanti kalian akan pergi kesuatu tempat, bawa serta Shin Ah!! Biarkan ia dalam kondisi seperti sekarang!! Kita akan bertemu disana!!!” Begitu Daesung selesai berbicara dia keluar meninggalkan Seungri dan Seunghyun.
“ Berubah!!!” Seru Seungri.

Seunghyun meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
“ Kau tahu tujuannya?...... Baiklah Gamsahamnida!!”. Seunghyun tersenyum kemenangan kearah Seungri.
“ Wae!!”
“ Aku tahu tujuannya, segera hubungi orang-orangmu dan siapkan Shin Ah!! Kita menggunakan plan B” Seunghyun menempelkan kedua jarinya di kening lalu mengangkatnya ke udara. Seungri membalas dengan senyuman dan mereka pergi menuju arah berbeda.

Seulrin-ah, Helen-ah semua akan berakhir hari ini kau tenang saja!! Jangan tarik pelatikmu arra!!! Kami akan membantumu.
Seunghyun menuju mejanya dan mengambil sesuatu kemudian pergi menuju tempat Shin Ah dirawat.
“ Eotthoke??” Seunghyun bertanya kepada Seungri.
“ Siap!! Mereka akan menindahkan Shin Ah kedalam mobil!!” Seungri membereskan peralatannya dan menyusul petugas lainnya yang tengah memindah Shin Ah ke brankar *tempat tidur beroda* yang telah disiapkan.
“ Mobil telah siap sunbae!!” Seorang laki-laki berpakaian hitam dan membawa sebuah senjata laras panjang datang mendekati mereka.
“ Hmmm..!!” Seunghyun menganggukkan kepala.

Seunghyun dan Seungri berjalan dibelakanng brankar yang berisi Shin Ah yang menggunakan sungkup untuk membantu pernafasan Shin Ah dan selang infuse yang masih tersambung dengan vena Shin Ah yang ada di punggung tanganya.
“ Mereka telah siap?”
“ Tentu hyung!!!”

Mobil yang dinaiki Jiyong beserta JI Kyung berhenti disebuah tempat seperti gudang penyimpanan yang berada di pelabuhan. Jiyong sedikit terkejut kenapa mobil ini membawa mereka ketempat ini.
“ Tempat apa ini?? Apa yang ingin ditunjukkan appa??” JIyong bertanya pada dirinya sendiri.
“ Saya juga tidak tahu Jiyong ssi!!!” Bohong Ji Kyung seraya diam-diam mengambil sesuatu dari balik jasnya.
“ Sebenarnya apa yang akan dia tunjukkan??” Jiyong keluar dari mobil dan berjalan kesekeliling gedung ini.
“ Mungkin bukan appa anda yang ingin menunjukkan sesuatu tapi orang lain yang mengundang anda” Jawab Ji kyung dengan ketus yang telah berada di belakang Jiyong.
“ Apa maksudmu??” Jiyong berbalik menatap Ji Kyung. Ji Kyung menarik salah satu ujung bibirnya.
“ Ya… seseorang yang menginginkan sesuatu yang baru anda dapat” Ji Kyung melangkahkan kakinya mendekati Jiyong.
“ Apa yang kau katakan Ji Kyung ssi???”
Ji Kyung tertawa kecil seraya melihat sekeliling.
“ Anda pernah membayangkan orang kepercayaan anda berbalik mengkhianati anda?”
Jiyong membulatkan matanya heran melihat perubahan sikap dari wanita didepannya.
“ Hahah, tak perlu anda bayangkan dia ada dihadapan anda!!” Ji Kyung mengarahkan senjata apinya didepan wajah Jiyong. Seketika mimik wajah Jiyong berubah terkejut.
“ Neo!!!!!” Jiyong tak meyangka baru sekali ia percaya dengan seseorang dan langsung menerima pengkhianatan.

TBC.. ke part 7. bag b..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar