Jumat, 29 Juli 2011

snowing eps 3

Snowing Part 3 akhirnya aku terbitin juga...^^
Mian...lama ya...aku ngpostnya...
Lagi banyak tugas dan Ujian praktek jadi lgi sempet deh..^^

Cast tambahan:
Rida
Taeyang
Seungri
Daesung
Shin Wan Tae

Sementara itu Helen terus berjalan tanpa arah dengan kekesalan dan penyesalan yang berkecamuk dalam dirinya.
‘BruKk!!’ Helen menabrak sesuatu.
“ Ah, Joesongheyo!”  Ucap Helen sambil menunduk.
“ Ne, Gwencahana?”
“ Ne, gwenchana!”
Helen menegakkan kepalanya.
“ Eh?” Helen mundur satu langkah saat tahu siapa orang yang didepannya.
‘Dia?’….

“ Kau??” Ucap Helen reflek.
“ Kau?” begitu juga dengan lawan bicaranya.
“ Mianheyo, tadi aku ceroboh!”
“ Ah,Ne.. tidak apa-apa! Aku yang harusnya minta maaf karena hampir menabrakmu. Mian tadi juga sempat membentakmu!!”
“ Ah, arra”
“ Owh, siapa namamu?”
“ Helen Imnida, kau?” Jawab Helen sambil mengulurkan tangannya
“Seung Hyun Imnida” Seung Hyunpun menyambut uluran tangan Helen.

Mereka terdiam sejenak.
Seung Hyun diam-diam memperhatikan penampilan Helen yang cukup kacau.

“ Helen-ah, kau kenapa? Habis menangis ya?”
Helen segera menghapus air matanya yang masih saja mengalir.
“ Ah, Anieyo. Aku tidak apa-apa”
“ Aku tidak yakin aku baik-baik saja. Kau tadi dari ruang latihan khan? Bukankah disana ada Jiyong? Kau diapakan oleh Jiyong? Aissh.. anak itu cari masalah saja” Seung Hyun Nampak cemas.
“ Kau kenal dengan laki-laki freaky yang disana?”
“ Kau menyebutnya freaky?”
“ Ya, dia sangat aneh…Dia….” Ucapanya ia gantung diudara karena rasanya tak pantas jika menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya tadi.
“ Dia sahabatku, dia seperti itu sejak kekasihnya meninggal” Seung Hyun berceria seraya duduk di kursi yang dekat dengan tempat mereka berdiri.

‘Aku tahu itu’
“Ah, kasihan sekali dia, boleh aku tahu siapa nama gadis itu dan kapan?”
‘Aku berpura-pura lagi’

“ Tepatnya dua tahun yang lalu. Mereka mengalami kecelakaan besar, mobil yang mereka tumpangi ditabrak sebuah container. Jiyong merasa bersalah akan hal itu karena sebelumnya mereka sempat bertengkar”

Helen berpura-pura seolah tidak tahu.
‘Bukan, bukan karena kecelakaan..Kau salah!’

“Nama gadis itu Jung Seul Rin, apa kau kenal?” Seung Hyun menoleh kearah Helen.
“Ani..” Jawab Helen sambil menggelengkan kepalanya.
‘Ya, aku sangat mengenalnya’
Seung Hyun terdiam sejenak begitu juga dengan Helen.
‘Aku tahu aku hanya melanjutkan kebohongan! Bukan karena itu dia mati!’  Batin Seung Hyun.

 Suasana diantara mereka sangat tidak nyaman.

“ Ah, bagaimana kalau kau kutraktir? Sebagai permintaan maaf karena tadi hampir menabrakmu” Ucap Seung Hyun mengubah suasana.
Helen masih diam.
“ Helen-ah?”
Yang dipanggil akhirnya menoleh juga.
“ Mwo?”
“ Kau kutraktir mau ya? Sebagai permintaan maaf karena….” Ucapan Seung Hyun menggantung diudara karena dari arah sebaliknya muncul Jiyong degan wajah yang sangat kusut.

Reflek Seung Hyun berdiri.
“ Jiyong, Gwenchana? Apa yang kau lakukan dengan gadis ini?” Tanya Seung Hyun dengan ketus.
“ Ne, Hyung. Nugu? Dia?” Jiyong menunjuk Helen.

Helen hanya mengalihkan pandangannya.
“ Ne!”
“ Anieyo, aku tidak melakukan apapun terhadap gadis weird ini” Ucap Jiyong ketus.

Helen yang merasa disebut weird oleh Jiyong merasa tersinggung lantas berdiri menghadap Jiyong dengan wajah yang
tak kalah dinginnya.

“ KAU..!!!” Bentak Helen.
“ MWO???”
“ FREAKY BOY!!!”
“ WEIRD GIRL!!”

Seung Hyun terkejut dengan suasana yang tercipta akibat kemunculan Jiyong ini.
“ Sudah, sudah kalian ini kenapa? seperti anak kecil saja?? Jiyong mari kita pulang!!”
“ Ani Hyung, aku harus pergi ke suatu tempat dulu” Ucap Jiyong masih menatap tajam Helen.
“Ah, Ne” Ucap Seung Hyun seolah tahu akan kemana Jiyong pergi.

Jiyongpun pergi meninggalkan Helen yang masih kesal dengan sikap Jiyong.
“ DAMN!!” Seru Helen sambil menendang kursi disampingnya.
Seung Hyun menggeleng pelan.
‘Gadis ini emosinya tidak stabil kenapa pernah menjadi agen terbaik?’

“ Helen-ah, ayo aku traktir!”
Helen yang sadar bahwa sikapnya tadi diperhatikan oleh Seung Hyun menoleh.
“ Ah, Odieya?”
“Kita ke..”
“Ani, sebaiknya aku yang traktir!” Potong Helen.
“ Andwe, aku tidak enak jika seorang gadis yang mentraktirku!”
“ Jika kau mau makan denganku, sebaiknya biarkan aku yang mentraktir!” Ucap Helen tegas.
“ Ne. Geure!” Jawab Seung Hyun mengalah.

Helen telah melangkah mendahului Seung Hyun sedangkan Seung Hyun masih berdiri dibelakang. Seung Hyun terdiam
seolah diingatkan sesuatu.

‘Gadis itu mirip sekali dengan seseorang’
Seung Hyun menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikirannya yang muncul begitu saja.

##
“Snow White café” Ucap Seung Hyun membaca nama yang dia dan Helen kunjungi. Cafe itu didesain dengan warna putih yang mendominasi café ini.

Beberapa gantungan kertas berbentuk bunga salju memenuhi langit-lagit café yang Seung Hyun dan Helen masuki.

“ Annyeyonghaseyo!!” Sapa seorang pelayan yang menggunakan seragam serba putih juga.
“Annyeyong.” Jawab Seung Hyun pendek sambil tetap memerhatikan desain café yang baru didatanginya.
“ Selamat datang di cafeku!” Ucap Helen ramah yang baru datang dari arah pantry. Kini penampilan lebih rapi daripada saat di kampus tadi.

Seung Hyun menatap takjub.

“ Jadi, ini cafemu? Kalau ini kamu sekalian promosi ya?” Canda Seung Hyun.
 Helen tersenyum.

Sontak Seung Hyun tertegun.
‘Ah, kenapa mereka mirip sekali’

“ Ah, aku memanggilmu Sunbae ya, kau khan kakak tingkatku!” Ucap Helen namun tidak didengarkan oleh Seung Hyun.
Helen sadar Seung Hyun sedang melamun.

“ Sunbae?” Helen melambaikan tangannya didepan Seung Hyun.
“ Ah, Ne?”
“ Kau kenapa?”
“ Ah, Ani, aku hanya teringat dengan temanku yang juga menyukai salju. Kau menyukai salju ya?”
“ Ah, Ani, bukan aku yang menyukainya. Eonniku!!” Ucap Helen datar.
“ Owh, dia pasti gadis yang baik.!”
“ Ne, dia memang gadis yang baik”

Helen menjawabnya dengan sedikit berat.
“ Siapa namanya?”

Helen tak menjawab. Dia asyik dengan pikirannya sendiri.
‘Namanya Jung Seul Rin. Apakah aku harus mengatakannya? Bukankah dia juga tahu bahwa nama itu juga yang membuat sahabatnya, jiyong menjadi deperesi seperti itu?’

Helen menggelengkan kepalanya. Seung Hyun yang melihat sikap Helen menjadi sedikit canggung.
“ Helen-ah, Gwenchana?”
Helen baru tersadar jika sedari tadi diamati.
“Ah, Ne, Gwenchana! Mian, aku harus ke dalam ada yang harus aku tangani” Helen mengundurkan diri.
“ Ne, kau pasti sibuk? Lalu bagaimana nasibku aku makan sendiri?”
“ Ah, Ani. Aku hanya sebentar” Helen berlalu meningalkan Seung Hyun.

Seung Hyun menatap punggung Helen yang menghilang dibalik pintu pantry.
‘Ah, sungguh mirip sekali mereka’ Seung Hyun mengacak-acak rambutnya sendiri.

Ponselnya bergetar. 1 Pesan singkat masuk. Seung Hyun tak perlu membaca nama pengirimnya karena pesan yan diterimanya dalam pesan khusus.

‘ Waktumu hanya 1 minggu. Bawa dia kembali!’

Seung Hyun membaca pesan singkat itu dan seketika mimiknya berubah menjadi serius.

“ Ah, rasanya sulit dipercaya, akusudah  kembali masuk!” Desahnya sambil menyandarkan punggungnya di kursi.
Matanya menangkap sebuah hiasan kertas yang digantung dilangit-langit. Bunga salju. Salju. Membuat Seung Hyun teringat dengan seseorang.


“ Annyeyong!” Sapa seorang gadis berambut panjang yang menggunakan kemeja hitam
“ Annyeyong!”
‘Gadis yang anggun’
“ Selamat datang di organisasi ini, Aku Jung Seul Rin imnida!” gadis itu mengulurkan tangannya.
“ Ne, aku Choi Seung Hyun. Boleh kupanggil Seul Rin sunbae, kau khan lebih dulu masuk.!”
“ Ah, anieyo. Sepertiya kau lebih tua dari aku cukup panggilku Seul Rin. Kau sendiri sebaiknya kupanggil apa ya?’ Gadis itu memiringkan kepalanya.
‘Manis sekali gadis ini’
“ Panggil aku TOP, orang-orang di Trainee Center memanggilku seperti itu!”
“ Ah, TOP! Mari kutunjukkan ruanganmu!” Gadis itu berjalan mendahuluiku. Senyumnya tak hilang di wajahnya sedikitpun.

“ Maaf menungguku lama” Sapaan Helen membuyarkan pikirannya.
“ Ah, anieyo. Aku tahu kau khan bos disini” Seung Hyun tersenyum saat Helen duduk. Tak lama kemudian makanan pesanan mereka datang. Mereka menyantap hidangan itu dengan diselingi peracakapan yang cukup mengasyikkan diantara mereka.

Ponsel Helen bergetar, sebuah pesan masuk. Nomor baru. Helen mengrenyitkan dahinya.
‘ Keluarlah!’ .
DEG.

Detak jantungnya seakan berhenti. Helen tahu ada yang akan bertemu dengannya dan Helen tahu siapa orang itu.
Helen mendongakkan kepalanya dan mencari orang yang mengiriminya pesan dari jendela café.

“ Mian, aku harus pergi sebentar.! Kau makan dulu saja!” Ucap Helen cepat lalu berlalu dari pandangan Seung Hyun sebelum Seung Hyun menjawab perkataan Helen.

Seung Hyun memandangi punggung Helen.
‘Mirip sekali sikapnya’ Batin Seung Hyun sambil mendesahkan nafas dan menyandarkan tubuhnya d punggung kursi.
 ##

Sementara itu disebuah pemakaman. Nampak seorang laki-laki berdiri di salah satu makam. Laki-laki itu membawa satu rangkaian bunga iris.

‘Jung Seul Rin’
Nama yang tertera di batu nisan yang berada di hadapannya. Sedang laki-laki itu tak lain adalah Jiyong.

“ Hai, chagy. Apa kabarmu?” Ucap Jiyong sambil meletakkan bunga Iris di atas batu nisan itu.
“ Aku bawakan bunga iris kesukaanmu. Aku sendiri masih heran kenapa kau suka dengan bunga ini. Aku masih ingat kau mengatakan bahwa bunga ini cantik. Van Goth saja mau melukisnya. Tapi bagiku bunga ini kalah cantik darimu. Tapi kenapa umurmu tak seperti makna dari bunga ini?” * bunga IRIS melambangkan keabadian.

Jiyong terdiam sejenak.

“ Chagy, aku bertemu gadis yang membuatku tak bisa mengontrol perasaanku. Dia membawa bayanganmu. Aku sungguh merindukanmu!”

Jiyong menundukkan kepalanya. Beberapa menit kemudian Jiyong menoleh kearah kanannya. Jiyong merasa hawa dingin mengelilinginya. Bukan hawa dingin karena musim gugur hampir berakhir namun hawa yang sangat familiar bagi Jiyong.
Di sampingnya seorang gadis bergaun putih duduk disamping Jiyong sedang menyandarkan kepala di bahu Jiyong.

“Bogoshipo!” Jiyong tersenyum.

“ Tuan sudah saya tebak anda ada disini!” Ucap seorang laki-laki memecah suasana.

Jiyong sontak menoleh kearah suara. Tampak seorang laki-laki setengah baya sedang berdiri dibelakang. Shin Wan Tae, laki-laki separuh baya yang merupakan orang kepercayaan keluarga Jiyong.

“ Ahjussi,!!”
“ Tuan, anda diharapkan pulang!”
“ Untuk?” Jawab Jiyong dengan dinginnya.
“ Tuan ini bertemu dengan anda. Ada hal penting yang ingin dibicarakan!”
“ Bilang padanya aku tak akan pernah pulang!!” Ucap Jiyong sekali lagi sambil berjalan meninggalkan Shin Wan Tae.
“ Tapi,!!” Suara Shin Wan tae menggantung di udara karena Jiyong telah berjalan menjauh. Shin Wan Tae hanya menggelengkan kepalanya.

Beberapa menit kemudian diraih ponselnya dan menekan satu nomor.
“ Dia tidak mau pulang tuan!” Ucapnya pada lawan bicaranya.
“ Baiklah serahkan padaku! Atau biarkan dia tahu akibatnya!” Suara dari seberang.
Telepon terputus…

Udara dingin musim gugur menerpa wajahnya, namun Jiyong tidak peduli. Jiyong tetap berjalan menerjang udara dingin hari ini.

“ Ada apa lelaki tua itu mencariku?” ucapnya pada dirinya sendiri.
Jiyong berhenti di sebuah halte subway lalu dia menyadarkan tubuhnya di tiang halte. Matanya menatap lurus kedepan. Kosong. Pikirannya berputar saat 1 tahun yang lalu.

“ Kau harus melupakan gadis itu! Bukankah gadis itu adalah orang yang akan membunuhmu? Kau beruntung, gadis itu mati jadi rencana gadis itu tidak berhasil!”
“JANGAN PERNAH MEMINTAKU UNTUK MELUPAKANNYA!!”
“ BODOH!! Seharusnya pewaris keluarga ini tidak secengeng itu! Sudah saatnya kau menjalankan tugasmu sebagai pewaris keluarga ini!”
“ SHITT, ternyata kau memanggilku hanya untuk ini? Jawabanku TIDAKKK!!!”

Lamunannya dibuyarkan dengan kedatangan subway yang akan ditumpanginya. Dengan lunglai dia melangkah masuk kedalam subway yang akan membawanya pulang. Matanya tak lepas dari jalanan. Sepanjang perjalanan Jiyong menatap setiap orang dan objek yang ia lewati. Pikiran Jiyong masih terpaku dengan keluarganya. Keluarga YG begitu ia sebut.

Keluarga itu memilki beberapa perusahaan yang sangat berpengaruh di Korea Selatan. Salah satu perusahaan YG yang bergerak di bidang farmakologi sedang maju pesat dikarenakan penemuan obat baru oleh salah satu professor milik perusahaan YG. Akan tetapi penemuan itu justru membawa dampak besar bagi keluarga YG. Beberapa pihak menginginkan draft ramuan obat baru itu. Didunia dua hal yang sangat menjanjikan untuk kehidupan masa depan adalah IT dan Medis.Akibatnya keselamatan Jiyongpun terancam namun Jiyong tak peduli dengan itu. Jika dia akan mati maka matilah. Justru itu yang ia harapkan.

Sejak kejadian 2 tahun lalu Jiyong tak mau lagi berhubungan dengan keluarganya. Memilih tinggal sendiri. Berusaha tidak peduli dengan orang-orang yang khawatir dengannya. Baginya mereka hanya bohong belaka, tak lebih. Dan Jiyong sangat membenci hal itu. Kpeercayaannya terhadap orang lain hilang bersamaan dengan kepergian orang yang dipercayainya.

Subway berhenti di daerah Myeongdong. Entah ada dorongan apa sehingga membuat Jiyong melangkah turun.
Tanpa arah dia terus berjalan menyusuri jalan di pusat perbelanjaan ini. Matanya menatap tajam kearah depan. Pikirannya tak menentu. Mungkin itu yang membuatnya memutuskan untuk turun di Myeongdong. Dia melangkah menuruti langkah kakinya yang akan membawanya ke suatu tempat.

‘Apa yang kulakukan disini?’
‘Berjalan seperti orang gila tanpa tujuan?'
'Kau mau kemana Seul Rin-ah’

Jiyong menoleh kesampingnya. Matanya menangkap sosok gadis berpakain putih yang sedang menggandeng lenganya seraya tersenyum ke arahnya.
Jiyong menatap gadis itu tanpa ekpresi. Namun matanya menyiratkan bahwa Jiyong sangat mencintai gadis itu.

Langkah Jiyong tiba-tiba berhenti. Jiyong melihat gadis yang tadi menggandeng lengannya kini memasuki sebuah gedung serba putih, seputih salju.

“Snow White café” Ucap jiyong saat membaca tulisan yang tertera di depan gedung itu.
Jiyong hanya terdiam. Menatap gedung itu denga penuh tanda Tanya.

Salju? Rin-ah?’
‘Apa hubunganya dengan Rin-ah?’
‘Ah, semua hal kecil yang akan mengingatkanku tentangmu selalu membuatku lebih tertarik’

Saat akan melangkahkan kakinya masuk, Jiyong melihat seorang gadis sedang masuk ke dalami gang kecil disamping café ini. Langkahnya terhenti. Jiyong mengamati sengan seksama gadis itu. Seakan Jiyong mengenal gadis itu.

“ Dia? Sepertinya aku mengenal gadis itu?”

Ada sedikit keinginan utuk mengikuti gadis itu namun keinginan itu terkalahkan oleh rasa  keingintahuannya dengan café ini.

“Annyeyonghaseyo!” Sapa seorang pelayan café yang juga menggunakan seragam serba putih.
Jiyong hanya membungkukkan badannya.

“ Jiyong? Kenapa disini?” Sebuah panggilan yang ditujukan padanya membuatnya menoleh kearah asal suara.
“ Hyung?” Jiyong terkejut dengan apa yang diihatnya. Seung Hyun sedag duduk sendiri dengan meja penuh makanan. Tanpa bertanyapun Jiyong tahu bahwa Seung Hyun sedang makan dengan seseorang. Tampak dari alat makan yang telah ditata rapi didepan Seung Hyun.

“ Kau dari tempat itu?”
“ Ne, Hyung! Hyung sendiri?” Jiyongpun duduk di kursi depan Seung Hyun.
“ Aku sedang ditraktir pemilik café ini. Tapi baru saja dia pergi!”
“ Kencan yang gagal hyung?” Canda Jiyong namun mimik wajahnya tak seperti sedang bercanda lebih tepatnya dingin.
“ Begitulah! Lebih baik kau makan denganku! Lalu apa yang membuatmu sampai disini? Bukankah kau tak suka pergi ke café seperti ini? Setahuku kau lebih memilih dirumah yang berantakan itu!”

Jiyong terdiam. Dia menatap langit-langit café. Hiasan bungan salju membuatnya lebih tertarik daripada menjawab pertanyaan Seung Hyun.

“ Ah, Araseo! Salju!” Ucap Seung Hyun seakan tahu apa yang ada dibenak Jiyong.
Percakapan itu terhenti. Mereka saling diam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
##

Helen berulang kali melihat pesan yang masuk di poselnya memastikan apakah ini nyata atau tidak.Helen sudah berada diluar café. Berkali-kali dia mencari-cari orang yang telah mengiriminya pesan  namun ia tak melihat seorangpun yang mencurigakan.

Ponselnya bergetar, satu pesan masuk.
‘ Gang cafemu!’ Sontak Helen lalu berjalan k earah gang yang dimaksudkan.

Ketika memasuki gang, langkah Helen berhenti mendadak. Tak percaya apa yang ia temui.

“ Annyeong Helen!” Seorang laki-laki seumuran dengannya sedang tersenyum ke arahnya.
“ Kau?” Helen masih terkejut dengan pertemuan ini.

 Helen hanya berdiri menatap tajan laki-laki didepannya.

“ Kenapa kau hanya diam saja? Tidak menyambut teman lamamu?” Ucap laki-laki itu berjalan mendekati Helen.
“ Tunggu, bukankah kau bilang jika tidak ada hal yang mendesak kau tidak akan muncul didepanku lagi?”
“ Ah, kau ingat itu! Tidak salah jika mereka masih menginginkanmu!” Ucap laki-laki itu seraya menyandarkan tubuhnya didinding.
“ Maksudmu?”
“ Ne, kau benar. Aku memang tidak akan menampakkan diriku didepanmu jika tidak ada hal yang mendesak. Mereka menginginkanmu untuk kembali. Kau harus waspada!” Ucap Laki-laki itu mulai serius.
“ Hsshh… kedatanganmu memang selalu membuatku harus lebih berwaspada!” Helen menyandarkan tubuhnya didinding samping laki-laki itu.
“ Helen-ah, bagaimana kabar adikmu?”
“Shin Ah? Dia baik-baik saja! Kemana saja kau selama 2 tahun ini Seungri?”
“ Aku ingin bertemu dengannya” Seungri tersenyum kearah Helen seperti memohon sesuatu.
“ Mwo? Ani! Jawab dulu pertanyaanku!”
“ Aku ke Amerika mengambil Phd disana!”
“ Ah, aku sepertinya kalah darimu! Kuliahku saja belum selesai. Tunggu! Itu kamuflase khan?”

Seungi tidak menjawab hanya tersenyum kearah Helen.

“ Ayo, aku ingin mencoba makanan di café barumu!” Seloroh Seungri sambil merangkul Helen.
“ Kajja!!” Senyum tersungging di wajah Helen.

Mereka berjalan keluar gang menuju café milik Helen.
“ Snow White Café?” Seungri menoleh kearah Helen dengan nada bertanya.
“Ne, ingat?”
“ Ne, masa sulit untukmu!”

Helen tak mendengarkan ucapan Seungri yang terakhir karena Helen telah berjalan mendahului Seungri.
Sesampainya di dalam Café Seungri menatap tajam kearah meja dimana ada Seung Hyun dan Jiyong yang duduk tanpa menyentuh makanan di depannya.
Helen yang menyadari perubahan Seungri segera menghampirinya.

“ Waeyo?”
“ Nugu?”
“ Mereka teman kuliahku!”
“ Geure,” Nada suara Seungri berubah menjadi lebih serius dan dingin.

Helen heran dengan perubahan sikap Seungri. Helen yang telah mengenal Seungri cukup lama masih belum bisa menebak apa yang ada dipikiran Seungri. Tiba-tiba Seungri melangkah maju mendekati Seung Hyun dan Jiyong.

Helen juga tak habis pikir bagaimana Jiyong bisa sampai ke tempat ini.

“ Annyeyong!” Sapa Seungri dengan nada lebih ceria daripada saat pertama kali melihat Seung Hyun dan Jiyong.

Seung Hyun dan Jiyong serempak menoleh kearah Seungri. Wajah keduanya terlihat dingin namun aura yang dipancarkan Jiyong terasa lebih gelap. Sontak Seungri melangkahkan kaki ke belakang saat melhat Jiyong.
‘Orang itu?’
‘Dia masih hidup tapi hidupnya lenih mirip dengan mayat hidup! Separah itu kah?’

Seungri segera mengendalikan perasaaanya.
“ Aku, Seungri imnida. Adik iparnya Noona Helen! Hehe”

Helen membelalakkan matanya tak percaya apa yang dikatakan Seungri.
‘Sialan tuh Seungri, Mau mati dia?’ Batin Helen kesal.

“Owh, Seung hyun imnida” Sahut Seung Hyun.
“ Jiyong imnida” Timpal Jiyong masih dengan nada dingin.

“ Yaaaa, aku ingin bicara denganmu!” Bentak Helen sambil menarik kerah baju Seungri.
“ Ah, Mian. Kami pergi dulu!”

Seung Hyun dan Jiyong hanya menatap heran tingkah Helen dan Seungri. Helen menarik Seungri kearah pantry.

“ Kau mau mati!!” Kesal Helen.
“ Aku tahu kau akan marah.! Sudah kukatakan mereka masih menginginkan kau kembali. Aku curiga dengan laki-laki beralis tebal tadi!” Seungri berubah menjadi serius.
“Seung Hyun maksudmu?”
Seungri hanya mengangguk. Mereka saling diam.
“ Jika mereka menginnginkanku saja aku tak masalah namun yang kutakutkan adalah keselamatan Shin Ah adikku. Aku tidak ingin dia menjadi sepertiku!!” Suara Helen bergetar.

Pikirannya berputar kembali.
Aku menemukan semua. Semua tentang pekerjaan eonniku. Dibalik profesinya sebagai penulis, ternyata dia menyembunyikan semuanya. Ketidakpercayaanku dikuatkan dengan file-file yang kudapatkan dari emailku, entah siapa yang mengirimkannya.

Eonniku seorang agen mafia yang bernama Eternity. Tepat saat itu. Beberapa orang datang kerumah membawaku pergi.

Membawaku dalam penyiksaan yang berat. Aku masuk dalam sebuah ruangan yang serba putih. Didalam ruangan itu aku berada dalam dua pilihan hidup atau mati. Hidup dengan segala resiko atau mati dalam kesiasaan.

“ Cairan ini akan kumasukkan dalam tubuhmu. Ketika pertama kali masuk dalam pembuluh darahmu. Cairan ini akan membuat pembuluh darahmu mengecil. Membuamu pasokan darah kejantungmu akan berkurang. Seketika aliran oksigen ke tubuhmu akan berkurang. Kau akan merasakan sesak dan kesakitan yang hebat.”

“ Aku akan menambah dosis ini sampai batas limit tubuhmu bertahan.Tak akan ada penawarnya kecuali dirimu sendiri! Efek ini akan berhenti dalam waktu 20 menit. Kau hanya perlu bertahan jika kau ingin hidup!”

Aku ingat dengan jelas laki-laki itu, tinggi dan kekar namun aku tidak bisa melihat wajahnya karena wajahnya ditutup kain hitam.

“ Kau lihat ini?” Tunjuk laki-laki itu pada sebuah jarum suntik yang permukaannya ditutup dengan plester hitam.
“ Jarum suntik ini berisi cairan yang dapat membekar tubuhmu. Kau tahu melihatnya dengan mata telanjang dapat membuat matamu buta apalagi cairan ini masuk dalam tubuhmu.”
“ Kau akan merasakan terbakar hebat dan dalam waktu tidak kurang dari 3 menit jantungmu akan berhenti seketika!”
“ Jika kau tidak tahan dengan efek cairan yang akan kuberikan nanti silahkan gunakan jarum suntik berpermukaan hitam ini! Yang akan membawamu ke dalam kematian!”

1 jam aku bertahan dengan penyiksaan tak masuk akal ini. Namun tubuhku tidak dapat berkompromi. Semua sendiku sakit. Aku tak mampu lagi bernafas. Mataku kabur. Kuraih jarum suntik berpermukaan hitam.

“ AAAAAAAAAAAAA…!!!!!!!!”

Aku berteriak kesakitan bersamaan dengan itu jarum suntik berpermukaan hitam itu telah berada di
tangan seorang perempuan.

“ STOP!! Tahanlah lima menit lagi! Efek itu akan berhenti! Ku mohon saeng kau tetaplah hidup!”

Suara itu. Suara eonniku. Seul Rin. Dia ada diruangan ini. Memelukku yang sedang kesakitan.
“ Jadi? Ini yang eonni rasakan dulu?” Ucapku dengan suara lemah. Dia hanya mengangguk lemah. Wajahnya terlihat sangat ketakutan.
‘Aku akan hidup eon, demi Eonni’

Sejak itu akupun turut masuk dalam organisasi ini organisasi Eternity.

“ Helen-ah! Gwenchana?” Sebuah sentuhan di bahuku membuyarkan lamunanku.
“ Seungri!! Ne, gwenchana! Kumohon jaga Shin Ah untukku apapun yang akan terjadi nanti!”.
##

Disebuah kamar mewah seorang laki-laki sedang menekuni beberap layar computer didepannya.
Sebuah folder bernama Blood Mission dibukanya. Kemudian beberapa file muncul setelah folder itu dibuka. Beberapa nama file muncul, laki-laki itu menaerahkan pointer kearah file bernama profil Blood. Setelah di bukanya file itu muncullah beberapa aplikasi khusus yang hanya bisa digunakan dengan computer berkemampuan tinggi.
Laki-laki memilih salah satu aplikasi. Muncul beberapa profil.       

‘Profil Agent’
Name: Helen Yang
Age: 22th
Position: Lead Executor
Status: OFF
Note:  The best agent.

‘ Sebentar lagi kau akan bergabung dengan kami kembali’

‘Porfil Agent’
Name: Choi Seung Hyun
Age: 25th
Position: Staff of Spy
Status: ON
Note: The Best Sniper, Eternity of American division 2 years.

‘Target’
Name: Kwon Jiyong
Age: 24th
Status: Black target (2 years)
Yan Hyun Suk’s Son.

‘Target’
Name: Yan Hyun Suk
Age: 40st
Status: Black Target (3 years)
CEO of  YG corporation. CEO of YG medicine.

Laki-laki itu tersenyum dingin.
‘ Selama kalian hidup. Hidup kalian ada ditanganku!”

“Yan Hyun Suk, kau akan merasakan akibatnya. Karena kau telah menolak permintaanku! Tak ada yang dapat menolak permintaanku! Obat itu akan jadi milikku!” Ucap laki-laki itu.

Sebuah ketukan pintu terdengar. Seorang laki-laki masuk.
“ Daesung ssi. Ada kabar buruk!”

Sontak laki-laki itu menoleh.
“ Apa!!”
“ Obat baru milik YG akan dilaunching ke public besok lusa! Ini akan membuat kesulitan bagi kita dalam menjalankan rencana kita!”
Daesung hanya terdiam.
“ Serahkan padaku! Aku akan menggunakan plan B” Jawab Daesung dengan nada menyakinkan.

Daesung mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
“ Rencana dirubah! Waktunya hanya sampai besok malam! Bawa dia secepatnya!!”
“ Ne!!”
Diputusnya panggilan itu.
Daesung berjalan kearah jendela. Senyuman terlihat diwajahnya.

‘Tok Tok’ ketukan pintu kamarnya.
“ Masuk!”
Masuklah dua orang laki-laki dan perempuan.
“ Owh, Taeyang dan Rida duduklah!”

Mereka berduapun duduk.

“ Sebenarnya rencana ini hanya menjadi rencana akan tetapi ada sesuatu yang mendesak sehingga rencana ini mau tak mau harus lakukan!”
“ Baca Profil ini! Jika ada perintah dariku langsung lakukan missi itu!”
“ Ne” Jawab mereka serempak.
“ Oiya, berusahalah professional! Jangan bermesraan saat bertugas! Jika aku mendengarnya lagi. Executor yang akan turun tangan.!!!”

Taeyang dan Rida mengangguk cepat, takut dengan ancaman boss mereka.Taeyang dan Rida berjalan menuju pintu keluar.

“ Chagy, kau dengar itu!”
“ Ne, aku dengar memangnya aku tuli!”
“So?”
“ Itu kan saat bertugas. Berarti saat di markas boleh donk?” Goda Taeyang sambil mendekatkan wajahnya.

Rida memejamkan matanya dan selang beberapa detik kemudian bibir Taeyang mendarat di bibir Rida.  Bibir mereka saling bertautan dan tenggelam dalam dunianya sendiri.

“HmHm..” Suara orang berdeham membuat Taeyang dan Rida berhenti dan membuka matanya. Serentak mereka menoleh ke arah suara.

Daesung dengan kedua tangan dilipat sedang berdiri tepat didepan mereka.
“ Peringatan tadi kurang? Apa kalian mau mati?” Ucap Daesung dingin.
“ Ah, anieyo!” Jawab Rida dan Taeyang bersamaan.
“ Cepat kalian pergi dari hadapanku jika masih ingin hidup sebelum aku berubah pikiran”
Dengan sigap mereka pergi dari hadapan Daesung sambil bersungut-sungut.

##
Malam ini udara menjadi sangat dingin. Menandakan musim gugur akan berakhir dan segera digantikan dengan musim dingin. Helen merapatkan jaketnya untuk menahan dingin.
Pikirannya teringat kembali dengan ucapan Seungri.
‘Apa benar mereka masih mencariku?’
‘Aku harus melindungi Shin Ah’

Tiba-tiba ada seseorang yang merangkulnya dari belakang.

“Hai Cantikk!!” Seorang laki-laki mabuk.
“ Damn!! Pergi Kau!!” Dorong Helen. Namun kekuatan laki-laki itu lebih kuat darinya.

Dengan mengumpulkan kekuatannya, Helen berusaha menyingkirkn orang itu dengan tehik Aikidonya. Sekali sentakan laki-laki itu jatuh. Namun beberapa detik kemudian laki-laki itu berusaha bangun dan akan menyerangnya kembali.

“ Kau mau kemana laki-laki sialan?” Ucap seorang laki-laki sambil mengarahkan pukulannya ke wajah laki-laki pemabuk itu.
“ Seung Hyun?”
“ Annyeyong! Kita bertemu lagi, terima kasih kau tadi telah mentraktirku! Gwenchana?”
 “Ne, Gomawo!”
“ Baru pulang dari café?”

Helen mengangguk cepat.

“Kau sendiri?”
“Owh, aku dari rumah teman! Mau kuantar? Bahaya seorang gadis pulang sendirian malam-malam begini!”
“Ani, gak usah! Sudah biasa kok!”
“Ayo, aku bawa motor!” Tarik Seung Hyun.
‘Aku harus membujuk dia untuk kembali lagi malam ini juga!’ batin Seung Hyun.
##

‘Aku melihat gadis itu lagi’
‘Ternyata dia pemilik café itu. Kenapa semua tentangmu sangat berhubungan dengan Seul Rin.’
‘Lalu kenapa aku sekarang mengikuti gadis itu?’

Jiyong menatap dari jauh Helen yang sedang berjalan sambil merapatkan jaketnya. Tiba-tiba seorang laki-laki merangkul Helen.
‘Laki-laki pemabuk’

 Jiyong berdiri bersiap untuk menolong Helen namun tanpa bantuannyapun Helen bisa mengatasinya.
“Dia bukan gadis biasa!”

Jiyong mebelalakkan matanya kala Seung Hyun datang menolong Helen.
“Hyung?”

Jiyong melihat semuanya, Helen pergi bersama Seung Hyun.

Tiba-tiba ada rasa kesal muncul di hatinya saat Helen pergi bersama dengan Seung Hyun.
“DAMN!!’
Jiyong memukul pohon disampingnya dan pergi setelah Helen pergi bersama dengan Seung Hyun.

##
“Rumahmu mana?” Tanya Seung Hyun.
“ Rumahku? Belok sebelah kanan akan segera sampai.”
‘Kanan? Bukankah ini jalan menuju rumah Seul Rin?’

“ STOP!!” Teriak Helen.
“ Apa?”
“Disini?”

Seung Hyun mengehentikan kendaraannya.
‘Ini? Benar ini rumah milik Seul Rin? Apa ini? Apa rumahnya djual?’

“ Mau mampir? Akan kubuatkan teh, sebagai ucapan terima kasihku”

Seung Hyun hanya terdiam.
“Yaa,sunbae!!”
“Ah, Ne!” Jawab Seung Hyun sekenanya. Seung Hyun masih tidak habis pikir. Apa rumah Seul Rin memang telah dijual dan ditempati oleh Helen.
“Helen-ah, kau baru menempati rumah ini?” Tanya Seung Hyun pada intinya.
“Ani, aku tinggal disini dari lahir”

Seung Hyun terkejut. Dia hanya terdiam di samping motornya.
“ Sunbae ayo masuk!”

Seung Hyun melangkah ragu.
“Selamat datang dirumahku! Duduklah akan kubuatkan teh?”

Seung Hyun memperhatikan ruangan yang dimasukinya.
‘Sama, benar! Tidak ada yang berubah! Siapa dia?’

Seung Hyun dengan reflek menarik tangan Helen.
“Tunggu, kau siapanya Seul Rin?”

Helen terkejut dengan pertanyaan Seung Hyun.
‘Kenapa dia menyebut nama Eonni? Apa dia tahu kalau aku adiknya?’

“Helen? Apa hubungan kau dengan Seul Rin?” Suara Seung Hyun makin meninggi.
“ Aku…aku tidak tahu.!!” Jawab Helen dengan suara bergetar.
“ BOHONG!! Aku pernah masuk rumah ini sebelumnya aku tahu ini rumah Seul Rin. Di ruang tengah ada foto keluarga kalian khan?” Seung dengan emosi berjalan masuk menuju ruang tengah.
“ YAA!! Apa yang kau lakukan?” Helen mengejar Seung Hyun ke ruang tengah.

Perasaannya kacau, rasa sesak memenuhi dadaya. Bulir airmata mengalir  membasahi wajahnya.

“ Benar kan?” Seung Hyun lalu melangkah menuju salah satu pigura.
“ Guere, Seul Rin adalah eonniku! Lalu apa hubungannya denganmu?”

Seung Hyun berbalik menatap Helen yang sedang menangis.
“Mwo? Jadi kau sang executor itu?”

Hati Helen semakin sesak kala nama itu disebutnya kembali. Tangis Helen semakin keras.

“ Miannata Helen!!” Ucap Seung Hyun. Seung Hyun terkejut ucapannya telah membuat Helen menangis.
‘Tak kusangka semuanya saling berhubungan.’

“ Miannata..!!” Seung Hyun lalu menarik tubuh Helen dalam pelukannya.
Helen menelengkupkan wajahnya di dada Seung Hyun. Tangis Helen pecah kala semua nama itu disebutkan. Rasa penyesalan dan bersalah memenuhi hatinya.
‘Apa hubungan laki-laki ini denganmu Eon? Kurasa dia bukan hanya sekedar teman dari Jiyong. Sepertinya hubungan kalian sangat dekat! Siapa dia eon?

To Be Continued...

Siapa Seung Hyun sebenarnya?Apa Hubungan Seung Hyun dengan Seul Rin?
Apa yang akan menimpa Helen nantinya?
dan Apa yang terjadi dengan Jiyong?
Apa yang akan dilakukan Daesung?

RCnya jangan lupa..!!
yang baca Wajib coment!!!!*maksa...
Untuk part 4nya... bakalan lama lagi.. ijin ujian dulu,,^^

Happy reading...

Snowing eps 2..^^


Mianheyo, baru terbitin sekarang eps duanya.. Gomwo Onni helen uda ingetin aku terus *nggak ingetin tepatnya nagih hahaha ^^V

Potongan eps kemarin....

Helen, kita akan segera berjumpa” Ucapnya dengan nada misterius. Seung Hyun keluar dari mobil berjalan menuju kelasnya.

###
Kuliah telah berlangsung selama 30 menit namun Helen tak juga dapat berkonsentrasi untuk mengikuti jam pertama kuliah hari ini. Pikiran Helen terbagi antara materi kuliah yang tengah diberikan oleh dosen didepan dengan kejadian pagi tadi.
Mata Helen menatap dosen didepan kelas yang sedang menjelaskan materi kuliah di depan kelas namun pikirannya tetap bermain tanpa kendali.

‘ Laki-laki itu sepertinya tidak dalam kondisi baik-baik saja, apa dua tahun tak cukup untuk memperbaiki semua?’
‘ Apa dia juga mengalami hal serupa denganku?’

DEG…

Satu sentakan keras dijantungnya seolah ada hal yang menyakitkan yang mengingatkan Helen kembali.

“ Eon, kau yakin akan tetap menjalankan tugas itu?”
“ Ne..”
“ Jinja?”
“ Ne, Kureyo!!”
“ Tapi eon?”
“ Itu tugasmu untuk mengingatkanku jangan sampai aku lupa dengan tugasku”


“ Helen.. aku tidak bisa!”
“ Tapi Eon, kau sudah terlanjur menyetujuinya”
“ Sungguh, aku tidak bisa melakukannya!”
Tangisnya pecah seiring dengan ucapannya yang bergetar.
“ Aku benar-benar mencintainya”
“ MWOO??”
“ Marahlah padaku! Aku memang pantas kau marahi, aku tidak bisa mengendalikan perasaanku”
“ Eonni, HILANGKAN PERASAAN ITU!!! AKU TIDAK MAU MENGEKSEKUSI EONNIKU SENDIRI”
‘PRANG…!!’ Vas bunga di sampingku pecah ku banting sekeras mungkin kelantai, melampiaskan kekesalanku.
“ HELEN..!!! LAKUKAN SAJA!!!AKU TAHU KONSEKUENSINYA!!!”
“ TIDAK !!! KAU TIDAK BOLEH MENCINTAINYAAA..!!”
“ Helen, aku mohon!!” Dia memelukku. Aku hanya terdiam dalam pelukannya.
Sejenak kepalaku mulai sakit dengan segala omong kosong yang hari ini kudengar dari mulut Eonniku sendiri.
“ CUKUP EONNI, JIKA KAU TAK BISA MELAKUKANNYA AKU YANG AKAN MENGGANTIKANMU!!”
Ucapku dengan keras sambil menyentakkan tubuhnya. Kumelangkah pergi meninggalkan Eonniku sendiri yang tengah menangis. Saat itu yang ada di otakku adalah aku akan bertemu dengan laki-laki itu.

‘ Mianata!!’ ucap Helen pada dirinya sendiri. Ditelungkupkannya wajahnya dengan kedua tangannya. Menumpahkan penyesalan yang menyesakkan didadanya. Tanpa disadari air matanya mengalir. Panas menjalar di hatinya memenuhi semua rongga yang ada di dadanya.

Helen tiba-tiba berdiri di tengah kuliah berlangsung. Semua mata tertuju padanya begitu juga dengan dosen yang sedang berbicara di depan. Beberapa teman yang ada disampingnya menatap heran ke arahnya tak luput dengan Rida.

“ Yaaaa,.. Helen-ah apa-apan kau.. duduk!!” seru Rida sambil menarik tangan Helen untuk kembali duduk. Namun usahanya sia-sia, tarikan tangannya tak sepadan dengan kekuatan Helen.

“ Helen ssi, bisa anda duduk dan tenang saat perkuliahan berlangsung?” Kali ini dosennya yang berbicara.
Helen hanya diam tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya.

“ Helen-ah, duduk” Bujuk Rida kembali.
Helen tetap diam.

“ Helen ssi, jika anda tidak segera duduk silahkan keluar dari ruangan ini”
 Dosen itu berbicara kembali.

Tanpa menunggu lama Helen berjalan menuju pintu keluar.

Rida yang memperingatkannya tadi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah temannya itu begitu juga dosen yang tengah memberi kuliah. Antara emosi dan heran dosen itu menatap Helen hingga dia menghilang dibalik pintu.

Sementara teman-teman satu kelas Helen berbisik-bisik merasa heran dengan tingkah laku Helen begitu juga Teyang dan Rida yang juga teman dekatnya Helen.

“ Kenapa dengan si Helen?” Tanya Taeyang yang duduk disebelah Rida.

“ Molla, lagi haid kali chagi…” Jawab Rida sekenanya.


Helen terus melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan orang-orang yang heran melihatnya. Langkahnya berhenti di kamar mandi kampus.

BLAM.. ditutupnya pintu kamar mandi dengan kasar. Kebetulan kamar mandi saat itu dalam keadaan sepi. Sejenak dia sandarkan tubuhnya di pintu.

Air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya. Mengalirkan segala rasa sesak didada.

“Mianata…Mianata..Mianata” ucapanya berkali-kali pada dirinya sendiri. Tampak sekali bahwa dia merasakan rasa penyesalan yang begitu dalam. Perlahan ia langkahkan kakinya menuju wastafel. Ditatapnya cermin yang berada di depannya.

Bayangan itu muncul.
Gadis berambut panjang bergaun putih sedang berdiri disampingnya. Tersenyum kearah Helen. Senyumannya anggun namun terasa menyakitkan. Terasa menyakitkan untuk Helen.

Tatapan Helen berubah menjadi penuh kebencian.

“ Harusnya kau tak perlu datang lagi! Cukup untukku. Aku lelah. Aku terlalu sulit untuk kembali bernafas. Kembalilah. Akan mudah bagiku untuk menjalankan hidupku sekarang”

Dilihatnya bayangan yang terpantul di cermin. Senyumannya hilang dan berubah menjadi kesedihan. Aura ruangan itu menjadi gelap. Tekanan aura yang semakin besar itu seakan ikut menarik udara yang berada disekitarnya. Membuat Helen sulit untuk bernafas. Helen tetap berusaha untuk bernafas meski sulit. Ditatapnya kembali cermin didepannya.

Bayangan itu perlahan bergerak meninggalkannya.

“ Tunggu, aku masih membutuhkanmu!” Ucap Helen dengan nada bergetar.

Sial justru jika kau pergi aku tidak bisa bernafas lagi.

Diusapnya air matanya yang telah mengalir deras.

Tetaplah di sampingku hingga kutemukan orang yang bisa membuatku bernafas kembali.

BUGG..BUGG.. Suara pintu yang dipukul kasar mengagetkan Helen.

“ Yaaa… Helen-ah!!! Gwenchana?” Teriakan orang yang sangat dikenalnya. Rida.

“ Helen-ah… Buka pintunya” Disusul suara lain, suara laki-laki. Taeyang.

Ppaboo.. Kenapa harus repot-repot menyusulku. Harusnya kalian jangan memperdulikanku. Aku sendiri tak pernah peduli dengan kalian.


Dibukanya pintu kamar mandi dengan malas-malasan. Rida dan Teyang cukup terkejut dengan munculnya Helen yang dalam kondisi berantakan.

“ Helen-ah???” Ucap Rida cemas.

“ Mwo?”

“ Gwenchana?”

“ Ne..!” Ucap Helen pendek sambil berlalu.

Lagi-lagi Teyang dan Rida dibuat terheran-heran dengan tingkah Helen yang semakin aneh akhir-akhir ini.
Taeyang menyikut Rida.

 “ Chagi, kau yakin dia gak papa?”

“ Ani, aku juga cemas dengannya”

“ Lalu apa yang harus kita lakukan?”

“ Biarkan dia sendiri dulu, dia butuh itu”

“ Baiklah, ayo kita pergi ke tempat sepi!” Ucap Taeyang genit.

“ Mwo?” Rida yang mendengarnya sedikit terkejut dan menatap geli melihat kekasihnya yang genit seperti itu.

“ Kajja?”

“ Odiya?”

“ Kita…” Belum selesai Taeyang berbicara ponselya berdering. Nada dering yang sengaja dibuat berbeda dari panggilan lain membuat Taeyang tahu siapa yang menghubunginya. Seketika wajahnya berubah serius bergitu juga Rida.

“ Yoboseyo”

“ Kalian kembalilah ada yang akan perlu kita bicarakan!” Ucap orang yang menghubungi Taeyang.

“ Ne, Kereotsumnida”

“…” Panggilan itu diputus


“ Nugu chagi?”

“ Pusat!! Kajja!!”

Tanpa menunggu lagi mereka meninggalkan kampus dan pergi menuju suatu tempat.

###

Satu demi satu potongan-potangan gambar itu menjadi satu terkumpul dalam satu rol film. Bukan hanya dalam satu roll namun beberapa roll film siap diputar kembali.

Rol pertama
Seorang laki-laki bertubuh semampai menunggu didepan rumah dengan gusar. Tak beberapa lama seorang gadis berambut panjang keluar dari rumah itu.

“ Aku ingin berbicara denganmu!” Ucapnya ketus sambil menarik tangan gadis itu dengan kasar.

“ Mwo?”

“ Masuk mobil!”

“ ..”

“ Siapa kau sebenarnya?”

“ Nae ga?”

“ Jujurlah siapa kau ini?”

“ Oppa, kau ini kenapa? Aku ini Seul Rin”

“ BOHONG!!”

“ Oppa, kenapa kau bertanya hal aneh seperti itu?”

Laki-laki itu menghadapkan tubuhnya kearah gadis itu. Tatapan tajam.

“ JUJUR!!!”

“ Oppa, Kau!!”
 Laki-laki itu geram lalu menyalakan mesin mobilnya dan dengan kecepatan tinggi mobil itu melaju. Tubuh perempuan itu
terhenyak ke belakang kursi.

“ Oppa.!!”

 “ JUJURLAH!!!”

“..”
Gadis itu hanya terdiam menatap jalanan didepannya. Merasakan emosi yang meluap dari laki-laki disebelahnya.Gadis itu terdiam lama dan itu membuat emosi laki-laki disampingkan semakin meninggi.

‘CIIIIIIITTT’ Suara ban mobil yang direm mendadak.

“ Kure!!.LALU APA INI?” Ucap laki-laki itu dengan ketus sambil mneyerahkan ponsel miliknya.

Gadis itu hanya menatap tajam benda yang diserahkannya. Gambar yang ada di ponsel itu membuatnya sadar kalau apa yang disembunyikan selama ini suakhirnya terbuka juga.

“ Ya, itu aku”  Ucapan gadis itu membuat laki-laki tersebut tertegun dan menatap tajam kearah gadis yang duduk disampingnya.

“ Jadi?”

“ Ya, aku memang agen sebuah organisasi dan kau tahu?  Misinya kali ini adalah kau!”

Tubuh laki-laki itu menegang setelah mendengar ucapan gadis didepannya.

“ Aku mendekatimu hanya untuk misi ini!”

“ KAU!!!”

“ Aku berpura-pura mencintaimu tapi…”

“ JADI, KAU!!!”

“ Tapi aku malah benar-benar mencintaimu dan itu adalah kesalahan untukku”

“ SEUL RIN..!! KAU BENAR-BENAR BERKEPRIBADIAN GANDA..” Laki-laki itu memukul setirnya.

“Ya, terserah kau sebut apa diriku, yang jelas aku mencintaimu..”

“ SHITT… OMONG KOSONG..!! Aku tak percaya kau masih bisa berkata seperti itu!”

“ Oppa, sungguh aku mencintaimu. Ini kesalahan bodoh dalam hidupku karena telah mencintaimu yang berarti aku juga akan pergi!”

“ Maksudmu?”

“..”

“ Seul Rin, apa maksudmu?”

“Aku salah. Ini salah. Harusnya aku tak boleh mencintaimu namun perasaan ini tak bisa kukendalikan.” Gadis itu menunduk lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“..”

“ Kesalahan ini juga yang akan membuatku harus dimusnahkan..!” Gadis itu menangis.

Laki-laki disampingnya hanya memandangi gadis itu tanpa melakukan apapun. Ada kebimbangan yang terlihat dimatanya.

“ Cepat atau lambat organisasi akan melenyapkanku!” Gadis itu berbicara lagi.

“ ANDWEEE..!!!” Laki-laki itu tiba-tiba berteriak. Sontak kepala gadis itu menoleh menghadap laki-laki disampingnya.

“ Oppa?”

“ Kita harus pergi!! Aku harus membawamu pergi! Kau tak boleh pergi!!”

Selang beberapa detik kemudian mobil itu melaju kembali dengan kecepatan tinggi. Gadis itu hanya menatap heran laki-laki yang sikapnya tiba-tiba berubah. Sikapnya berubah seolah tak ingin kehilangan gadis itu.

“ Oppa? Perhatikan kecepatanmu!!!”

Laki-laki itu tak memperdulikannya.

“Oppa” Panggil gadis itu dengan lambut.

“ Kita harus pergi. Jangan buang-buang waktu lagi!!”

Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Kecepatan yang telah melebihi batas. Laki-laki itu percaya bahwa jalanan didepannya sepi . Mobil itu terus melaju tanpa memperhatikan kecepatannya.

“ Oppa.. awas!!!!” Tiba-tiba gadis disampingnya berteriak kencang tepat saat sebuah container melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi.

“ BRAKKK..!!!!”
Sebuah kendaraan besar menghantam mobil yang mereka tumpangi.

Roll kedua

Latar rumah sakit yang bercat putih mengawali pemutaran roll film ini. Gambar beralih kesebuah kamar ICU yang berisikan seorang laki-laki yang terbaring lemah dengan ditemani selang-selang yang terpasang ditubuhnya.

Perlahan tangan laki-laki itu bergerak menandakan adanya kehidupan. Selang beberapa menit kemudian beberapa tim medis memasuki ruangan itu. Setelah melakukan pemeriksaan, tim medis yang memeriksanya kemudian tersenyum lega.

“ Dia sadar!”

“ Iya dok, akhirnya setelah hampir satu tahun dia koma dia sadar juga!”

“ Dok, lihat” Seorang perawat memanggil dokter saat melihat pasien mereka telah membuka matanya.

“ Annyeyong..!” Sapa dokter itu dengan ramah.

Laki-laki itu hanya mengedipkan matanya berusaha mengumpulkan kesadarannya.

“ Dimana saya?”

“ Anda di rumah sakit Kwon Ji Yong ssi”

Perlahan laki-laki itu duduk dibantu oleh perawat yang memeriksanya tadi.

“Pelan-pelan tuan, anda belum pulih benar”

“ Di mana Seul Rin?”

Dokter itu hanya terdiam, wajahnya berubah seolah menyembunyikan sesuatu.

“ Dok, dimana gadis itu?”

“ Dia..”

“ Dok, DIMANA SEUL RIN?” lelaki itu berteriak karena pertanyaan tidak segera dijawab.

“ Dia, telah meninggal!”

“ TIDAKK..!!”

“ Tenang tuan, anda belum pulih!”

“ TIDAKK.. kau bohong!!” Laki-laki itu mencengkeram kerah dokter yang berdiri didepannya.

“ Anieyo tuan, saya tidak bohong!”

“ KATAKAN KALAU KAU BOHONG!!!”

“ Tuan, saya tidak bohong!”

Laki-laki itu lalu melepaskan cengkeramannya sambil mendorong tubuh dokter itu sehingga dokter itu terjatuh dilantai.

Laki-laki tersebut mendorong semua petugas kesehatan yang berada disampingnya kemudian menjatuhkan semua alat medis yang mengelilinginya.

Tanpa menunggu lama dokter itu lalu mendekati laki-laki yang sedang marah itu kemudian menyuntiknya dengan obat penenang.

Tenaga laki-laki itu melemah seiring dengan air matanya yang mengalir.


Roll film telah habis. Gambar-gambar yang bermunculan tadi telah tergantikan dengan satu bidang rata berwarna putih. Warna yang menyilaukan jika terkena cahaya. Warna putih seputih salju. Bukan bidang melainkan salju yang terhampar luas.

Namun warna itu tak abadi, perlahan satu noda menyebar dan meluas dalam hamparan salju. Noda warna merah. Merah darah. Salju itu tak lagi berwarna putih melainkan merah……


Semuanya  berubah menjadi putih. Tanpa batas dan menyilaukan mata membuat mataku tertutup. Tak bisa melihat kembali. Melihat apa yang terjadi disekitarku. Seolah menghilang dari sisiku.

Dingin, apa yang kuinjak ini dingin. Sedingin es. Bukan. Ini bukan es ini salju. Lembut namun menyakitkan untukku karena aku sendiri. Tanpa dia. Tanpa Seul Rin disampingku. Tanpa gadis yang telah mengenalkanku dengan benda ini.

Benda ini juga yang mengiringi kepergiannya saat itu. Dia pergi bersamaan dengan turun salju.

Sejak saat itu aku selalu menunggu salju. Karena saat itu kau datang dengan jelas dalam hidupku. 

Hingga orang itu datang. Orang itu datang membawa serta dirimu. Bukan hanya bayangan namun benar-benar dirimu. Kau datang bersama dia. Dia merangkul dirimu seolah dia adalah orang terdekatmu. Namun ditangannya menggenggam benda hitam samar yang mengarah padamu. Benda yang dangat familiar untukmu.

Aku berusaha mendekat namun orang itu makin menjauh dan disaat itu baru aku sadari benda itu adalah pistol
Siapa orang itu? Dia akan membunuhmu Seul Rin? Tapi kenapa kau malah tersenyum padanya? SIAPA DIA???

“HAH???” Jiyong mendesah kesal karena mimpi itu datang kembali. Nafasnya terengah-engah.  Jiyong mengedarkan pandangan matanya disekitarnya. Dia baru ingat ternyata dia tertidur diruang latihan.

“ SHITT..!! Mimpi itu lagi!!” Ucapnya pada dirinya sendiri sambil menghantam tembok belakangnya. Tanpa Jiyong tahu pukulannya tadi mengagetkan orang yang baru masuk ruangan itu.

“ Ha? Damn!! Siapa itu?” Ucap orang yang baru masuk itu, tak lain adalah Helen. Helen terlihat kesal karena dikagetkan dengan cara seperti itu.

Jiyong tak kalah terkejut dengan kedatangan gadis itu.
‘DIA?’ batinnya.

“ Kau siapa?” Tanya Jiyong dengan ketus.

“ Kau sendiri siapa?” Helen bertanya tak kalah dinginnya.

“ Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!!” Jiyong makin kesal dibuatnya.
‘ Dia dingin!’

Helen berjalan mendekat kearah Jiyong, memastikan orang yang ditemuinya hari ini.
‘ Dia?’
‘Apa yang terjadi dengan dia? Baru saja kulihat dia tidur kenapa bangun-bangun menjadi kesal seperti itu?’

“ Ini tempat latihan bukan kamarmu!! Jika tidur sebaiknya kau pulang” Helen menjawab dengan dingin juga.

“ Terserah aku, ini juga fasilitas kampus. Percuma jika tidak digunakan!”

“ Baiklah, jika kau sudah cukup tidur. PERGIlah!! Ruangan ini akan kugunakan!”

“ Memangnya kau siapa?? Beraninya menyuruhku!”

“  Aku? Aku mahasiswa disini juga, pergilah!” Helen beranjak untuk menyalakan music.

‘Bayanganmu sangat jelas Rin-ah. Sangat jelas seolah dia adalah dirimu. Kau tersenyum padaku.’
“ TIDAK MAU!!” Ucap Jiyong dengan suara yang keras.

Helen menoleh kearah Jiyong.
‘Eonni, dia mirip denganmu. Keras kepala. Bagaimana kau bisa mencintai orang ini?’

“ KAU!!” Helen berjalan mendekati Jiyong.

“ MWO?” Jiyong tetap tak bergeming dengan ancaman Helen.
‘Ah, bayanganmu makin kuat. Aku sungguh merindukanmu’

“ PERGI!!” Helen kesal dan mencengkeram ujung baju Jiyong.

Jiyong hanya tersenyum tipis.

Saat bersamaan Helen merasa ada yang aneh dengan kondisi ini. Helen tahu ia tidak boleh mendekati Jiyong. Akan ada hal yang menyakitkan jika dia dekat dengan laki-laki didepannya kini. Perlahan ia longgarkan cengkeramnnya lalu pergi
begitu saja.

Jiyong sempat heran dengan perubahan sikap Helen.
‘ Kenapa? Kenapa kau pergi? Aku masih merindukanmu Rin-ah. Bayanganmu sangat kuat jika ada dia’
Jiyong mengejar Helen.

“ Tunggu!!”

Jiyong mencegah Helen pergi. Jiyong menahan tangan Helen dengan kuat.

“ Lepaskan!!”

Bukannya melepaskan tangan Helen, Jiyong kemudian menarik Helen mendekat.
‘Aku merindukanmu’

Mendadak Jiyong memeluk Helen. Perasaan Jiyong yang meluap itu tidak dapat dikendalikan lagi.
‘Aku memelukmu lagi Rin-ah’

Helen terkesiap dengan tindakan Jiyong.
‘Apa-apaan ini?’

Awalnya Helen mendorong tubuh Jiyong namun tenaganya kalah besar. Perlahan Helen mencoba mengerti tindakan Jiyong.
‘Eon, kini aku tahu kenapa kau mencintainya. Eon, dia masih membutuhkanmu.’

Helen perlahan membalas pelukan itu. Begitu juga Jiyong.

Jiyong tenggelam dalam perasaanya. Kerinduan itu terbayar sudah. Tiba-tiba tubuh mereka mematung seakan terbangunkan oleh sesuatu

Sebuah kenyataan menyadarkan Jiyong dan Helen bahwa ini salah. Mereka saling menjauh. Wajah mereka menegang seolah tahu jika semua yang terjadi tahu adalah kesalahan.

Tanpa berkata apapun Helen pergi meninggalkan Jiyong yang mematung.

“ Salah!! Harusnya aku tidak melakukannya” Ucap Helen perlahan pada dirinya sendiri seraya melangkah menuju pintu keluar.

 Sedang Jiyong terduduk dilantai seolah kesalahan itu menguras tenaganya.

“ Minnata,! Bodoh kau Jiyong!!” Jiyong memukul kepalanya sendiri menyesali apa yang dia lakukan.

Sementara itu Helen terus berjalan tanpa arah dengan kekesalan dan penyesalan yang berkecamuk dalam dirinya.

‘BruKk!!’ Helen menabrak sesuatu.

“ Ah, Joesongheyo!”  Ucap Helen sambil menunduk.

“ Ne, Gwencahana?”

“ Ne, gwenchana!”

Helen mengakkan kepalanya.

“ Eh?” Helen mundur satu langkah saat tahu siapa orang yang didepannya.
‘Dia?’….

To Be Continoued..

Miann.. Bersambung lagi...

Siapa yang orang yang tak sengaja ditabrak Helen? Lalu apa yang selanjutnya terjadi dengan helen dan Jiyong???
Nantikan episode selanjutnya...^^

Kritik dan saran sangat diharapkan..jadi jangan cuma baca doank.. TINGALIN KOMEN KALIAN!!! *maksa..

Snowing.. eps 1

Ini Ffq yang kedua.. requestnya Eonni Helen. Mian baru bisa terbitin sekarang...
Cast:
Choi Seung Hyun
Jiyong
Helen: kakak k2
Seul Rin( masih narsis pakai nama sendiri.. hahaha): Kakak p1
Shin Ah: Adik


“Oppa, lihat!!! Turun salju!!” seru seorang gadis berambut panjang yang tergerai sambil berlari keluar menarik seorang laki-laki yang dipanggilnya Oppa. Gadis itu tersenyum ceria sambil terus menengadahkan tangannya ke udara, membiarkan satu-persatu salju jatuh ditangannya.
“ Aish, kau ini apa bagusnya salju hanya putih kecil jelek begitu!” sahut laki-laki itu sambil tetap bersungut-sungut. Tangannya ia masukan di kantong hoodienya.
“Jiyong oppa, kau tidak suka dengan salju karena kau belum mengenalnya. Sini aku kenalin!!” Ucap gadis itu dengan lembut. Jiyong haya tersenyum melihat tingkah gadis yang berada didepannya.
“ Yaa, Seul Rin kau pikir salju itu orang!” Ucapnya seraya mengacak-acak rambut Seul Rin.
“ Serahkan padaku! Mana tanganmu?”
Dengan wajah heran Jiyong menyerahkan tangannya ke Seul Rin.
“ Tengadahkan tanganmu seperti ini!” Seul Rin mengarahkan tangan Jiyong menengadah ke atas.
“ Seperti ini?”
“  Yap, lalu pejamkan matamu! Rasakan saat benda dingin itu satu persatu jatuh ditanganmu!”
“ Sudah. Tapi tak ada apapun!”
“ Yaaa, kau tadi tidak memejamkan mata melainkan berkedip. Pejamkan matamu sedikit lebih lama!”
Jiyong memejamkan matanya. Mencoba merasakan seperti yang dikatakan oleh Seul Rin. Perlahan satu persatu benda dingin yang berukuran kecil berjatuhan ditangannya. Memberikan sensasi yang belum pernah dirasakannya. Rasa dingin yang menenangkan.


Perlahan Jiyong membuka matanya. Rasa takut untuk membuka matanya datang kembali meyeruak masuk dalam hatinya. Membangkitkan rasa yang sangat dibencinya.Kebencian tentang kenyataan yang harus membangunkanya dari mimpi yang menghangatkan hatinya dan mimpi itu harus tergantikan dengan kehampaan yang menderanya.

Diarahkannya pandangan matanya kerarah meja kecil disamping tempat tidurnya. Sebuah bingkai foto berukuran 3R menghiasi meja itu berdampingan dengan lampu tidur yang tak menyala lagi. Bingkai itu masih utuh hanya kaca bingkainya yang telah pecah karena terbentur dengan benda keras.

Jiyong menatap bingkai itu tanpa ekspresi. Namun lama kelamaan matanya menyipit saat melihat foto yang menghiasi bingkai itu. Diraihnya bingkai yang telah pecah tersebut. Matanya menatap tajam kedalam gambar yang ada foto itu.

PRAAANGGG!!!

Bingkai foto itu dibantingnya ke lantai dengan keras. Sekeras dagunya yang mengeram kesal. Sekarang matanya dipenuhi kekesalan yang begitu besar. Kebencian yang teramat dalam dengan sosok yang ada di bingkai foto yang telah hancur itu.

“ PERGII KAU!!” teriakan keras Jiyong menggantikan suara kaca pecah dari bingkai yang telah dihancurkannya tadi. Menggema di ruangan tepatnya appartement miliknya.

Jiyong tahu seharusnya ini tidak boleh terjadi lagi. Ini sudah berkali-kali terjadi pada dirinya. Kesedihan dan kekesalan yang saling bergantian mengisi hatinya membuat emosinya tak menentu. Harusnya dua tahun cukup baginya untuk kembali bersikap seperti semula namun kenyataan yang diterimanya sulit untuk menyadarkannya bahwa kejadian itu tidak bisa diputar kembali. Dia mau tak mau harus menerimanya namun ternyata hanya penolakan saja yang ada dihatinya.

Penolakan terhadap kenyataan pahit yang harus diterimanya. Penolakan terhadap kenyataan hidup hingga dia tak mampu lagi membedakan mana kenyataan dan segala hal diluar pikiran nalar orang normal.

Normal?? Jiyong tahu normal tak lagi ada dalam kamus hidupnya. Keberadaan dirinya kini tak diperdulikan lagi. Mungkin jika digambarkan Jiyong berada di antara kenyataan dan imajinasi dimana batas itu tak lagi dapat terlihat dimata Jiyong.

Dibiarkan hidupnya kadang berada di titik kenyataan yang kadang masih sulit diterimanya namun kadang dibiarkan hidupnya berada di imajinasinya yang sangat dinikmatinya.

Menikmati setiap kenangan yang masih bermunculan disela-sela hidup nyatanya. Kenangan yang silih berganti dengan kenyataan pahit diakhir imajinasinya. Kenangan yang membawanya kedalam dunia yang tak pernah bisa dikontrolnya.

Semua kenangan tentang Seul Rin.

Ponselnya berdering membangunkannya sejenak dari mimpi-mimpinya.

“ Yoboseyo!”

“ 15 menit lagi aku sampai apartementmu! Aku tidak mau lagi menunggu kau mandi atau segala hal  yang berhubungan dengan itu. Kita hampir terlambat kuliah!” Seru orang yang menghubunginya.

“ Ne, Hyung!”

Jiyong hafal benar suara yang mennghubunginya. Choi Seung Hyun, teman yang telah ia anggap sebagai hyungnya
sendiri. Orang yang selalu berhasil membuatnya tersadarkan dari mimpi-mimpi yang selalu mengejarnya bahkan dalam keadaan sadar.

Jiyong melangkah ke kamar mandi dengan gontai. Bersiap untuk kuliah, bagian dari kenyataannya.
##


“ EONNIIII!!!!! Ini sudah jam berapa? Kau tidak kuliah???” Teriak Shin Ah dari lantai bawah berusaha membangunkan Eonninya yang belum juga bangun.

Gadis yang dipanggilnya tadi tidak berkutik dari selimut yang masih membungkus tubuhnya. Ia hanya bergumam tanpa makna yang jelas.

Kesal karena orang yang dibangunkan tidak menyahut panggilannya Shin Ah berjalan menuju lantai atas tempat kamar eonninya yang masih meringkuk di atas tempat tidur.

“ EONNIII HELEEEEEEENNNN!!!!” Teriakannya makin keras sambil menarik selimut yang membungkus tubuh Helen.

“ Ne.. Ne.. arra,, arra! “ Ucap Helen masih mengantuk.

“ Eonni, kau ini malasnya minta ampun. Ini sudah jam 8 kurang 15 menit, katanya kau masuk jam 8! Mandi sana!!”

“ HAH?? Kurang 15 menit? Kenapa kau tak bangunkan aku dari tadi?”

“ Aduh Eon, aku uda teriak teriak dari tadi. mungkin tetangga kita sampai kedengaran!”

“ Kau sendiri tidak sekolah?”

“ Libur! Sana mandi!”

Helen segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Hampir setiap hari dia seperti ini selalu terlambat. Namun kebiasaanya ini tak bisa dirubahnya. Pulang larut membuatnya selalu kesiangan.

Setiap harinya setelah pulang dari kuliah ia harus  kerja di cafenya sendiri. Usaha yang dia dirintisnya ini cukup menyita waktunya. Meskipun telah mempunyai pegawai namun  sifatnya yang tidak mudah percaya dengan orang membuatnya tetap sibuk dengan semua urusan cafenya. Café kecil yang terletak di daerah Myeongdong. Café yang cukup untuk
membiayai sekolah adiknya Shin Ah dan kuliahnya.

Helen mematut dirinya di cermin setelah berganti pakaian. Memandangi wajahnya yang tak berapa lama kemudian mengingatkanya pada seseorang. Seseorang yang sangat disayanginya. Dialihkanya pandangannya kearah deretan foto yang terpajang di dinding sebelah kanan cermin.

Matanya berhenti disalah satu bingkai foto berukuran 4R. Di foto itu terdapat gambar seorang gadis berambut panjang sedang tersenyum manis. Membangkitkan sebuah kenangan yang telah berumur 2 tahun. Kenangan-kenangan yang tak pernah dilupakannya. Kenangan indah saat gadis itu membangunkan dirinya untuk kuliah. Kenangan saat gadis itu memasakkan sesuatu untukknya. Kenangan dari seorang kakak yang sangat dirindukannya sekarang.

“ Eonni,!” Panggil Shin Ah dengan suara lembut sambil menyentuh bahu Helen.

“ Hmm!!”

“ Semoga Eonni bahagia ya disana! Tepat dua tahun dia telah meninggalkan kita!” Ucap Shin Ah sambil memandangi foto
didepannya.

“ Ya, tentu saja dia bahagia! Eonniku khan selalu bahagia.” jawab Helen dengan senyuman merekah di wajahnya.

“Ok, aku berangkat!!” Seru Helen sambil berlari keluar. Sejurus kemudian dia dan mobilnya telah menghilang dari
pandangan Shin Ah.


“ Eonni, kau sedang apa?”
“ Menulis!”
“ Menulis tentang apa sih Eon?”
“ Salju”
“ Kenapa sih Eonni suka sekali dengan Salju? Khan kalau musim dingin itu sangat menyebalkan. !!”
“ Saengku yang cantik. Banyak hal yang menyenangkan dibalik musim dingin itu. Misal kau bisa membuat boneka salju, main lempar-lemparan sama Eonni atau sama Shin Ah.”
“ Tapi Eon, tetap saja dingin!”
“ Maka dari itu Eonni ingin membuat novel tentang salju agar orang-orang yang tidak suka dengan salju akan menjadicinta dengan salju. Karena salju itu indah!”
“ Ah, aku yang pertama baca ya Eonni!”
“ Iya, Helen sayang”
###


Helen berjalanan dengan setengah berlari kearah kelasnya. Mengejar waktu karena sebentar lagi kelasnya akan dimulai.

“ Oh God, lima menit lagi kelas dimulai” Seru Helen pada dirinya sendiri sambil memandangi jam tangannya. Tanpa ia sadari sebuah mobil berhenti mendadak di depannya karena menghindari Helen yang tidak memperhatikan jalannya.

“ TIINNNNNNNN” suara klakson mobil mengagetkan Helen yang baru sadar kalau dirinya hampir tertabrak.

“ Yaaaaaaaaaaa… Kau ini kalau jalan lihat-lihat donk!!” Teriak seorang laki-laki dari balik setir mobil.

“ Ah, Joesonghaeyo…!!!” Ucap Helen sambil membungkukkan badannya.

“ Ne, cepat minggir!!!” Seru orang itu dengan ketus.

Dengan bersungut-sungut Helen segera bergerak ketepi agar mobil yang hampir menabraknya tadi segera pergi.

“ Idih, galak amat tuh orang!!!” Celetuk Helen kesal.

Beberapa menit kemudian orang yang baru saja membentaknya keluar dari mobil itu. Bersamaan dengannya, keluar juga seorang laki-laki dari kursi penumpang bagian depan. Langkah Helen terhenti saat melihat laki-laki itu. Perlahan Helen melangkahkan kakinya kebelakang.

“ Dia?” Seru Helen perlahan.

Helen terhenyak tidak percaya bahwa orang yang dilihatnya adalah orang yang sempat mengganggu hidupnya.

“ Dia hidup eon!”
“ Ya, dia memang hidup!”
“ Tapi dia tidak hidup dengan baik-baik saja eon!”
“ Ne, arra..”

Helen menggelengkan kepalanya untuk menghilang percakapan yang muncul tiba-tiba itu. Menyadarkannya kembali bahwa kelasnya sudah dimulai. Helen segera berlari menuju kelasnya meninggalkan sosok laki-laki yang menarik perhatiannya.
 ##


Mobil hitam yang dibawa oleh Seung hyun memasuki daerah kampusnya, Dangook university. Sedari tadi Jiyong hanya terdiam mentap lurus kedepan tanpa ekspresi ang berarti. Begitu juga Seung Hyun yang sibuk memperhatikan jalannya. Mereka hanya saling diam selama perjalanan. Menimbulkan suasana aneh yang jika ada orang didekat mereka pasti akan ketakutan. Suasana aneh itu lebih didominasi oleh tekanan yang ditimbulkan oleh Jiyong. Namun Jiyong tak peduli. Yang ada dipikirannya kini hanya menjalankan perannya di kehidupan nyata.Bertingkah seolah dia baik-baik saja. Menutupi segala hal yang berhubungan dengan imajinasinya. Menutupi hatinya yang sebenarnya tidak baik-baik saja.

Menipu?

Ya, Jiyong tahu dia sekarang sedang berpura-pura. Pura-pura bahwa dirinya bahagia. Jiyong yakin kepura-puraan ini tak ada yang tahu. Namun ternyata dia salah, ada dua orang yang tahu bahwa Jiyong hanya berpura-pura.

“ CIIIIIIIITT” suara ban berdencit keras tanda bahwa rem mendadak diinjak oleh Seung Hyun.

‘DEG’ jantungnya seolah berhenti berdetak bersamaan dengan berhentinya mobil hitam yang ditumpanginya. Tiba-tiba rasa nyeri yang berasal dari jantungnya menyebar keseluruh tubuh membuat nafasanya terputus-putus. Membuatnya nafasnya semakin cepat namun pendek-pendek seolah mencoba meraih udara untuk masuk dalam paru-parunya.

Tangannya mencengkeram dadanya yang sakit mencoba menahan sakit yang kini dirasakannya.

“ Sakit Rin…!!” Ucap Jiyong perlahan. Dicobanya untuk mendongakkan kepalanya. Sekejap matanya menangkap sesuatu yang sangat dikenalnya. Matanya menagkap sosok gadis yang sangat dirindukannya menatap lembut Jiyong dengan balutan busana putih yang anggun.

“ Rin-ah” Sebuah kalimat menyeruak keluar dari bibir JIyong seiring dengan detak jantungnya yang kembali normal.
Nafasnyapun kembali normal.

“ Jiyong, Gwenchana?” Tanya Seung Hyun yang tahu apa yang sedang terjadi padanya.

Jiyong hanya mengangguk pelan.

“ Sialan gadis itu. Tidak memperhatikan jalan” Ucapnya kesal sambil menekan klakson mobilnya.

“ Ah, Joesonghaeyo…!!!”

“ Yaaaaaaaaaaa… Kau ini kalau jalan lihat-lihat donk!!”

Gadis itu menghadap kearah mobilnya. Sekejap Seung Hyun tahu siapa gadis itu. Sebuah senyuman penuh makna terlihat diwajah Seung Hyun.

“ Kau kenal dia Hyung?”

“ Anieyo!!!” Jawab Seung Hyun dengan tegas dan Jiyong percaya akan hal itu. Yang membuat pikiran Jiyong terganggu adalah bayangan gadis bergaun putih yang dikenalnya tadi.

Kenapa bayangannya sangat jelas saat gadis itu muncul? Seolah memang bayangannya selalu bersama gadis itu. Sial..

“ BUG..” Suara pintu mobil dipukul Jiyong.

“ YAAAA, JIYONG kau apakan mobilku?” Teriak Seung Hyun yang kesal.

“ Ah, Mian Hyung” jawab Jiyong sekenanya sambil keluar dari mobil dan beralalu begitu saja.

Seung Hyun hanya menatap prihatin punggung Jiyong yang telah meninggalkannya. Pikiran Seung Hyun kembali teringat dengan gadis yang hampir ditabraknya tadi.

“ Apa misiku kali ini?”
“ Nanti akan kami beritahukan selanjutnya setelah kau bertemu dengan patnermu!”
“ Siapa?”
“ Ini fotonya”
Seung Hyun menatap foto yang diberikan padanya. Nampak dari foto itu seorang gadis berambut panjang yang diikat ke belakang sedang tersenyum anggun kearah kamera.
“ Agak sulit memang mengajaknya kembali dalam organisasi ini. Misi terakhirnya yang membuatnya semakin sulit didekati.”
Seung Hyun hanya mengangguk.
“ Mungkin kau bisa membujuknya. Dia satu kampus denganmu, fakultas yang sama juga!”
Lagi-lagi Seung Hyun hanya mengangguk.
“ Namanya Helen.”
Seung Hyun hanya menarik ujung bibirnya.

“ Helen, kita akan segera berjumpa” Ucapnya dengan nada misterius. Seung Hyun keluar dari mobil berjalanmenuju kelasnya.....

To Be Continoued...

Apa hubungan Jiyong dan Helen?  lalu apa hubungan Seung Hyun dan Helen? Misi apa yang akan menyambut Helen?
nantikan d part selanjutnya

jangan lupa kritik dan sarannya.. Gomawo...

About You eps 3.. END ^^

Annyeyong.. FF about You eps terakhir neh... gak sabran ngepostnya gara2 pada nayain tyus... hahahaha
Potongan cerita sebelumnya...

Jarakku dengan laki-laki itu hanya satu meter. Perlahan kuulurkan tanganku untuk menyentuh punggungnya . Dadaku berdebar semakin kencang, sebentar lagi aku akan mengetahuinya, siapa laki-laki ini. Lima centi lagi aku menentuh
pundaknya. Tiba-tiba sebuah panggilan membuatku menoleh.

“ Seul-Rin, kau belum tidur?”

Kutatap wajahnya di kejauhan. Senyuman hangat dan sapaan ramah. Aku balik tersenyum.

“ Kau sudah pulang?” Aku berjalan mendekati laki-laki itu.

“ Ne, ayo masuk! Udara malam tidak bagus!” Ajak laki-laki itu dengan tatapan hangat.

“ Baik dokter!” candaku sambil mengambil tas dari tangannya.

“ Mari ners!” balasnya. Kami tertawa bersama. Dia menggandeng tanganku dengan mesra. Kutatap wajahnya yang lembut. Suamiku, laki-laki disisiku kini adalah pedamping hidupku. Dia yang mengisi kembali hatiku setelah luka yang ternganga lebar.

Saat kami sedang melangkah sebuah sapaan menghentikan langkah kami.

“ Annyeyong Seul Rin ssi dan Jiyong ssi. Pengantin baru ini membuat saya iri saja” Sapa tetangga kami yang sama-sama berasal dari Korea.

Kami hanya menjawab dengan tersenyum. kuilirik jam tanganku pukul 11.30 malam dan suara gitar itu berhenti. Ku lihat kembali lapangan basket itu. Tak ada apapun. Jantungku hampir berhenti berdetak saat ku tahu suara itu dan orang itu juga tidak ada.

Aku tak pernah tahu siapa laki-laki pemetik gitar di lapangan basket samping rumahku. Yang kutahu setiap pukul 10.30-11.30 malam suara gitar itu terdengar dan aku menikmatinya sambil menunggu kepulangan Jiyongku dari rumah sakit milk kami. Atau saat kami berdua baru tiba dirumah dari rumah sakit tempat kami bekerja.

Nyata atau tidak yang mampu mendengar suara gitar itu hanyalah diriku...


Jiyong P.O.V

Rasa lelah yang semula menderaku tseketika hilang saat ku melihat gadis berambut panjang ikal sedang berada di tengah lapangan basket.

“ Sedang apa dia?” ucapku pada diri sendiri.

Kuamati sekali lagi gadis itu. Nampak jelas gadis itu mengulurkan tangan ke arah bangku yang berada di tepi lapangan. Mengulurkan tangan pada sesuatu yang kosong.

Seul Rin, dia gadis yang kulihat sekarang. Tiba-tiba ada sedikit rasa perih muncul dihatiku. Kenapa belum terlupakan juga?
Pikiranku melana ke 1 tahun lalu saat semua menjadi jelas baginya sekaligus menyakitkan.

“ Apa yang terjadi Seul Rin ssi?” Teriakku saat melihat Seul Rin telah terbaring di lantai. Aku yang semula ingin mengunjunginya menjadi panik saat melihatnya seperti itu.

Kuangkat tubuhnya di atas tempat tidur. Kulakukan pemeriksaan secepatnya. Hipoglikemia. Tanpa berpikir panjang lagi ku bawa dia kerumah sakit. Rasa cemas muncul dihatiku harusnya aku tak secemas ini jika menangani pasien saperti dia namun ini berbeda dia bukan pasien biasa. Dia adalah pasien sekaligus perawat istimewa untukku.

“ Kau tak makan ya? “ Tanyaku sambil memeriksa kondisinya kembali.

Dia hanya mengangguk lemah.

“ Kenapa? Seung Hyun itu lagi?”

Dia tak menjawab hanya air mata yang mengalir di pipinya.

“ Laki-laki sialan!” ucapku dengan nada meninggi.

Dia mengenggam tanganku. Mengisyaratkan untuk menahan emosi.

“ Cukup Seul Rin ssi jangan kau pikirkan laki-laki itu. Pikirkan dirimu! Jika dia telah meningalkanmu berarti saat itu juga kau harus melupakannya.!!”

Aku keluar dari kamarnya dengan hati yang tak menentu. Amarah yang kupendam sejak awal kepergian Seung Hyun tanpa jejak itu menyesaki hatiku.

Amarah yang memuncak itu akhirnya membawaku ke sebuah studio musik yang kudengar Seung Hyun sering kemari.

Namun sayang aku tak menemukannya disana hanya seorang penjaga studio yang memberikan sebuah alamat padaku.

Aku tertegun saat memasuki sebuah rumah sesuai dengan alamat yang diberikan oleh penjaga tadi. Semuanya gelap tanpa penerangan sedikitpun. Beberapa barang  berserakan di beberapa sudut ruangan.

“ Selamat datang dok” Terdengar suara yang kukenal.

Seung Hyun sedang duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi jendela yang masih tertutup dengan tirai.
Mendengar suara saja sudah membuat amarahku semakin meninggi. Aku berjalan mendekatinya lalu mencengkeram bajunya.

“ Laki-laki bodoh! Kau apakan Seul Rin ssi!!”

Wajahnya tanpa ekspresi.Salah satu ujung bibrya terangkat.

“ Jawab Bodoh!” Teriakku.

“ Jika kau menginginkan dia, ambillah. Tak perlu kau repot-repot datang kemari!” Ucapnya dingin sambil melepaskan cengkeramanku.

“ Kau!” Kuarahkan kepalan tanganku kearahnya namun di tahannya dengan satu tangan.

“ Jangan sia-siakan energimu!! Tanpa mengeluarkan tenagakupun kau akan kalah!” ucapnya pedas.

“ Seul Rin masuk rumah sakit karena hampir lima hari dia tidak makan! Dia ingin bertemu denganmu”

Seung Hyun langsung berdiri tegak dan menatapku tajam. Kudiamkan dia.

“ Jaga dia!” Ucapnya dengan sorot mata yang semakin melemah.

“ Maksudmu? Harusnya kau yang melakukannya!”

Aku agak terkejut saat tiba-tiba lampu menyala. Kukerjapkan mataku. Setelah lampu menyala banyak yang membuatku semakin terkejut. Kutatap tubuh Seung Hyun yang semakin kurus. Lingkar matanya yang menghitam dan wajahnya yang semakin tirus. Yang semakin membuatku terkejut adalah percikan darah di bajunya.

“ Seung Hyun kau??”

Tiba-tiba sebuah amplop coklat mendarat di wajahku. Kubuka amplop itu. Hasil test laboratorium. Mataku terbelalak saat membaca diagnosa yang tertera di surat itu.

‘Sirosis hati’

“ Jangan katakan padanya. Biarkan dia membenciku karena akan lebih baik dia melupakan aku dengan kebencian dari pada cinta.!” Ucapnya dengan nada lemah.

“ Seung Hyun..” Suaraku tertahan di udara karena Seung Hyun memotong ucapanku.

“ Sampai kapanpun aku tetap mencintainya bahkan sampai aku mati nanti...!”

Tiga Hari sejak pertemuanku dengan Seung Hyun. Perlahan Seul Rin bangkit dari rasa sakitnya. Dia sudah menjalani aktivitasnya sehari-hari meski kadang air matanya mengalir jika teringat tentang Seung Hyun. Aku senang akhirnya dia mau kembali ke hidupnya yang normal.Bahkan dia hari ini dia akan berangkat ke Thailand untuk melanjutkan studinya.
Rasa bersalah karena menyembunyikan apa yang sesungguh terjadi hampir membuatku gila.

‘Mian Seul Rin ssi’

Ponselku berdering. Kutatap layar ponselku. Nomor tak dikenal.

“ Dok, Seung Hyun ssi ingin berbicara dengan anda!”

Dokter yang merawat Seung Hyun yang berbicara.

“ Jiyong ssi, sudah seharusnya kau yang menjaganya! Jaga dia untukku!”

Terputus...

Beberapa saat aku terdiam dengan ponsel masih menempel di telingaku. Baru kusadari tadi adalah pesan suara. Tak lama kemudian sebuah pesan masuk.

‘ Dok Seung Hyun ssi telah pergi’

Pesan yang membuatku hampir kehilangan keseimbangan tubuhku. Berita yang cukup mengejutkan untukku karena kupikir operasi tranplantasi itu akan berhasil ternyata tidak.

‘ Tubuhnya menolakkah?’ batinku.

‘ Dia sudah mati dan Seul Rin akan jadi milikmu’ sisi lain hatiku berbicara. Namun sisi hatiku lainnya juga berbicara ‘ Jaga Seul Rin untukmu dan untuknya’.

Kugelengkan kepalaku menghapus percakapan hatiku yang diluar kendali. Kutatap jam tangan disampingku.

‘ Seul rin sudah lepas landas. Maafkan aku tak bisa membawa kembali Seung Hyunmu, yang bisa kulakukan hanya dengan menjagamu selamanya bukan semata-mata untuk Seung Hyun namun juga ku.’

Kuambil koper di sampingku dan sebuah tiket pesawat tujuan Thailand.

Kutatap sekali lagi wajah Seul Rin yang masih mencoba menggapai sesuatu namun sebenarnya kosong. Kulangkahkan kakiku mendekati  Seul Rin, gadis yang kini akan menjadi pengisi hidupku.

“ Youre my love now. I’ll be there honey. Aku yang akan menyadarkanmu bahwa Seung Hyunmu telah pergi selamanya” .

“ Seul Rin?” Panggilku. Dia menoleh ke arahku dengan senyuman tersungging di wajahnya. Senyuman yang menyadarkan bahwa Seul Rin telah mencintaiku meski bayangan Seung Hyun masih disana. Di sisi hati Seul Rin yang lain. Disisi lain ruangan yang luas di hatinya. Seperti yang pernah kau katakan.

“ Aku masih memilki ruangan yang luas di hatiku meskipun masih ada dia di hatiku namun aku juga akan mencintaimu secara utuh. Selamanya!”

End
Akhirnya slesai juga... Aneh ya endingnya?? Tiba-tiba author dsini sebagai Jiyong... hahaha?
Tabi sayang mian.. kmu dsini mati... hiks...* dtimpuk bantal ma Tabi tapi lgsung dipeluk...* siap2 dtimpukin chingudeul neh... .
Sama siap2 didemo ma istri Jiyong huwaa.. Kabur duluan

Kritk dan saran sangat diharapkan... Gomawo...

About You eps 2

Ini yang kedua sudah ku post..

Potongan cerita eps kemarin...

“ Gomawo, kau mau bermain biola lagi. Tetaplah bermain untukku!! ” Aku tertegun mendengarnya berbicara seperti itu. Selesai dia berbicara dia pergi begitu saja. Berlalu meninggalkanku dalam keadaan setengah mimpi.

 Aku hanya duduk menatap punggungnya yang semakin hilang di ujung koridor rumah sakit. Sejak ucapannya tadi banyak pertanyaan muncul di otakku. Pertanyaan yang tak bisa kujawab sendiri. Aku termenung sendiri di ruang tunggu depan bangsal anak sampai baru kusadari dokter Jiyong telah duduk disampingku.

“ Bagaimana permainan hari ini?” tanyanya datar namun ada senyum ramah di wajahnya.
Kubalas senyumannya.

“ Baik, dok! Bagaimana operasi nya?”

“ Hmmm, lancar. Gomawo telah menyemangatiku, benar-benar operasi yang mendebarkan!! Ini pertama kalinya aku memimpin operasi pada anak.”

“ Ah, dokter bukankah sudah seharusnya sesama petugas kesehatan saling membantu”

“ Bagaimana hubunganmu dengan Seung Hyun?”

Aku tertegun sejenak mendengar pertanyaannya.

“ Maksud dokter?”

“ Maaf kudengar kau sudah berpacaran dengan Seung Hyun”

Ada perubahan nada saat dokter Jiyong mengucapkan kata berpacaran.

“ Ah, Ti..” belum kuselesaikan ucapanku Seung Hyun sudah ada di depanku dan menarik tanganku dengan cepat.

“ Kau sudah selesai kan? Ikutlah denganku!” Ucapnya dengan ketus.

Aku hanya menatapnya heran bergantian dengan menatap dokter Jiyong yang juga ikut terkejut denga kedatangan seung Hyun.

“ Sudah, Tap..” Lagi, belum kuselasai bicara Seung Hyun sudah menarik tubuhku untuk berjalan dengannya. Ku menoleh kepada dokter Jiyong yang sudah berdiri di ruang tunggu.

“ Aku sudah tahu jawabannya Seul-Rin ssi!” ucapnya agak keras.

“ Tapi dok,kami..” Kuhentikan ucapanku karena kupikir akan sia-sia berbicara dengan jarak yang cukup jauh dengan dokter Jiyong.

Kualihkan pandangan ke arah Seung Hyun yang tetap berjalan tanpa memperdulikanku yang masih menggunakan seragam praktek.

“ Stop” teriakku.

“ Mwo?” ucapnya sambil berhenti.

“ Aku masih menggunakan seragam. Setidaknya aku berganti pakaian dulu.”

“ Cepat!”

Aku menjauh darinya menuju ruang ganti  dengan  masih bersungut-sungut atas sikapnya yang cukup membuatku bingung.

Setelah mengganti pakaianku dengan baju biasa aku berjalan mendekati Seung Hyun yang berdiri bersandar di tembok.

“ Ok, kita mau kemana?”

“ Kita nggak akan kemana-mana!”

“ Hah? Lalu nagapain tadi narik-narik...”

Gerakan cepat Seung Hyun menarik tubuhnya dan mendekatkan bibirnya ke wajahku membuatku langsung terkesiap
sedikit terkejut dengan perlaukan Seung Hyun. Namun beberapa detik kemudian perasaanku berubah ada sedikit kedamaian yang menyeruak. Aku sendiri tak tahu sejak kapan perasaanku berubah terhadapnya.  Bibir kami saling bertautan dalam diam menyisipkan sedikit kebahagiaan yang telah lama menghilang dalam diri kami masing-masing.

Perlahan Seung Hyun menjauhkan bibirnya dan menatap mataku dengan tatapan lembut tapi tajam. Membawaku masuk dalam dunianya yang telah berwarna dari sebelumnya. Ditariknya tubuhku kedalam pelukannya. Pelukan hangat yang diberikan dengan penuh perasaan cinta.

Cinta? Inikah cinta? Ada rasa keraguan yang sempat muncul dalam hatiku ketika kutemukan apa yang sekarang kurasa. Namun ketakutan itu kutepis. Ketakutan akan kehilangan dan kesakitan yang akan kurasa nanti. Dekapan hangat Seung Hyun membuatku nyaman dan ketakutannya itu sirna seketika.

Tak ada ucapan romantis dari mulutnya namun perlakuannya yang hangat membuatku yakin dia benar-benar mencintaiku. Aku bisa merasakannya.

Present...

Perlahan ku buka mataku dan kusunggingkan sebuah senyuman saat kenangan-kenangan yang menghangatan hatiku bermunculan di otakku. Menghangatkan kembali hatiku sehangat mentari pagi tadi.

Kuhentikan permainan biolaku seiring dengan laki-laki di lapangan basket yang juga menhentikan petikkan gitarnya. Kuamati seksama laki-laki itu. Sungguh mirip jika dilihat dari postur tubuhnya. Desiran kecil muncul di hatiku membuat otakku membuka memori yang menyakitkan pada diriku. Memori yang hampir menguras habis air mataku. Memori yang membuatku benar-benar membencinya.

Kakiku melangkah menuju pintu untuk keluar melihat siapa laki-laki itu. Sepanjang langkahku semua memori yang melenyapkan kehangatan yang pernah kurasakan saat bersamanya bermunculan di otakku .Ingatan itu bermain kembali membuka memori yang membuatku hampir gila.

Previous..

Kuhembuskan nafas lega saat keluar dari ruangan sidang tepatnya ruangan hidup dan matiku dalam menjalani masa depanku. Aku baru saja melewati sidang student term paperku atau skripsi lebih tepatnya. Kelegaan yang luar biasa saat para dosen pembimbingku akhirnya meloloskanku. Semua perjuanganku dalam menempuhku kuliahku di universitas ini ahirnya tuntas juga. Masa depanku yang lain juga sudah menanti. Beasiswa s2 ke Thailand sudah ada ditanganku bersamaan dengan diloloskannya aku oleh dosenku saat diruang sidang tadi.

“ Chukae, Rin-ah” ucap Shin-Ah rekan timku saat praktek dirumah sakit dulu sekaligus sahabatku.

“ Ne, Gomawo. Huft leganya! Gomawo sudah datang di sidangku”

Setelah Shin-Ah secara bergantian beberapa temanku yang ikut hadir dalam sidangku juga menyelamatiku begitu juga kedua orang tuaku.

Tiba-tiba sebuah tangan yang sangat kukenal menarikku dari kerumunan orang menyelamatiku. Seung Hyun, dengan seperti biasa menarikku tanpa berkata apapun. Kini sudah 3 bulan aku berhubungan denganya. Banyak yang berubah dari dirinya namun sifatnya yang dingin dan tak peduli tetap sama.

Aku hanya diam saat diajaknya masuk ke dalam mobilnya. Kutatap wajahnya yang dingin tanpa gerakan.

“ Mworago? “

Yang ditanya hanya diam. Aku makin penasaran kenapa dia menarik ku begitu cepat tadi. Tiba-tiba tangannya mendekati
leherku dan memakaikan sesuatu disana. Kubiarkan dia melakukannya.

“ Apa ini?” Tanyaku lagi.

“ Kenapa nanya? Kalung khan?”

Aku hanya tersenyum mendengar jawabanya.

“Gomawo” ucapku perlahan. Kupandangi kalung berliontin kunci ini. Dulu aku pernah mengatakan bahwa aku suka dengan kalung berliontin kunci ternyata dia membelikannya untukku. Perlahan kuraba kalung pemberiannya , teraba sebuah tulisan di balik kalung itu.

“ Seung Hyun?”

Belum dijawabnya pertayaanku tadi tubuhnya mendekati tubuhku dan membantuku memasang sabuk pengaman dengan gerakan cepat. Sejurus kemudian  mobil ini bergerak cepat. Tubuhku sedikit tersentak kebelakang.

“ YAH...” Teriakku. Lagi, dia hanya terdiam serius denganmemperhatikan jalan.

Setelah berjalan lima menit, kami sampai disebuah gedung besar. Tanpa basa-basi dia berjalan masuk meninggalkanku yang masih berpikir apa yang akandilakukan laki-laki itu. Dengan sedikit berlari aku mengejarnya masuk dalam sebuah ruangan.

Kakiku sempat terhenti saat memasuki ruangan itu. Sebuah ruangan dimana ada sebuah panggung yang luas dibawah sana didepannya hanya terdapat kursi-kursi penonton. Sejenak hatiku berhenti berdetak mengingat aku pernah ke tempat ini saat masih di bangku High school. Mengikuti sebuah perlombaan biola saat itu dan berhasil meraih piala yang terpajan dirumah.

Seung Hyun telah berada di tengah panggung duduk di sebuah kursi dan telah ditemani gitar. Tanpa menunggu lama dimainkannya gitar itu. Perasaanku masih sama saat pertama kali aku mendengar suara dentingan ini dirumah sakit. Kehangatan mengalir di dadaku.

Aku duduk disalah satu kursi penonton di dekat panggung, namun belum aku meletakkan tubuhku dentingan itu terhenti. Kutatap Seung Hyun dengan wajah heran.

“ kenapa kau disitu? Mainkan biolamu?” Ucapnya ketus.

Aku agak terkejut dengan ucapanya. Kulayangkan mataku ke sekeliling panggung tanpa kusadari ada sebuah tas biola di sebelahnya. Tanpa berpikir panjang aku segera membuka tas itu dan memainkan alat musik didalamnya.

Sejurus kemudian ruangan yang sepi ini terpenuhi oleh suara merdu dari dua alat musik yang kami mainkan. Suaranya begitu indah dan serasi seakan suara itu menjadi satu bagian utuh yang tak terpisahkan. Bagian utuh dari diriku dan
Seung Hyun. Selama memainkan alat musik ditanganku sudut mataku tak lepas dari Seung Hyun. Dari matanya terlihat sinar kebahagian yang sama denganku.

“ Seul-Rin,” Ucapnya saat permainan kami selesai.

“ Ne,”

“ Maukah kau tetap bermain biola untukku?”

“ Ne..”

“ Baiklah, Akupun akan menjadi bagian dari permainanmu “

Aku tertegun dengan ucapanya. Seung Hyun yang tak berkata romantis tiba-tiba mengatakan itu untukku.

‘Dapat dari mana kata-kata itu?’ batinku.

Seung Hyun mendekatkan wajahnya ke wajahku dan sedetik kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Bibir yang sama dengan dirumah sakit. Bibir yang membuat hatiku hangat. Dilepaskan bibirnya perlahan dan berpindah ke telingaku membisikkan satu kata yang akhirnya diucapkannya.

“ Saranghaeyo”

Ada sebuah getaran aneh saat dia mengatakannya sehingga membuat air mataku mengalir. Bukan air mata kesediahan namun air mata kebahagiaan. Kata yang akhirnya dikatakannya. Membuktikan padaku bahwa ia mencintaiku. Kupeluk erat tubuhnya. Bau tubuh ini akan selalu mengisi hatiku.

“ Yah, kau menangis?” Tanyanya tiba-tiba.

Aku hanya diam sambil tetap menunduk.

“ Tatap mataku! Jangan menunduk seperti itu!” Perlahan kuangkat wajahku yang basah. Diusapnya lembut air mataku dengan ibu jarinya. Didudukkannya aku di kursi tengah panggung. Tak lama kemudian dia menyodorkan gitarnya di pangkuanku. Kutatap matanya dengan tanda tanya.

“ Bubuhkan tanda tanganmu disini” ucapkan sambil mengulurkan spidol hitam.

“ Heh?”

“ Tanda tangani saja, ini sebagai gantinya aku telah menandatangani biolamu kemarin!”

“ Owh..!!” Aku menganggukkan kepalaku.

Saat menandatangani gitar miliknya ucapan Seung Hyun ditelingaku tadi masih terngiang-ngiang. Bahkan akan selalu aku ingat. Hingga tanpa aku sadari ucapan pertama kalinya itu menjadi terakhir kalinya untukku.

Beberapa hari sejak kejadian di panggung itu kami tak pernah lagi bertemu. Bahkan nomor teleponnya tak lagi bisa dihubungi. Berbagai cara untuk menghubunginya sudah kulakukan. Bahkan mendatangi rumahnyapun sudah, hanya pesan dari tetangganya saja yang aku terima.

“ Seung Hyun ssi sudah tiga bulan ini tidak terlihat!”

Sama akupun juga tak lagi melihatnya mendengar suaranya pun tidak. Kemana kamu Seung Hyun? Kenapa kau melakukan ini padaku?  Setelah kau mengatakan cinta padaku kau malah pergi begitu saja. Meninggalkan aku yang masih membutuhkanmu. Apa ini benar-benar cinta? Apa yang kau katakan di panggung itu benar?

Jika benar lalu kenapa kau menghilang?  Apa aku memang tidak pantas untumu? Jika tidak kenapa kau tidak katakan dari awal. Kenapa harus dengan cara ini kau membuatku sakit?

Waktu yang terus berjalan meninggalkan semua kenangan di panggung  membuat kehangatan yang  aku rasakan berubah menjadi rasa sakit yang mungkin tak pernah terobati. Rasa sakit karena di buang begitu saja. Rasa sakit karena aku pernah mencintaimu. Rasa sakit karena tanpa kau sadari aku telah kau buang. Jika itu inginmu akupun juga kan membuang rasa itu.

Hari ini tepat  1 tahun kita berpacaran jika kau masih ada, namun kenyataannya kau menghilang begitu saja membawa semua rasa yangg pernah kau berikan. Hari ini aku akan berangkat ke Thailand untuk melanjutkan S2ku disana. Sempat ada sedikit pengampunan untukmu. Kemarin telah kukirimkan sebuah email ke alamat emailmu. Aku harap kau membacanya.

‘ Seung Hyun, aku lelah dengan kondisi seperti ini. Kesabaran seseorang ada batasnya dan ini adalah kesabaranku yang terkahir. Aku tak lagi mengharapkan kau kembali dengan cintamu seperti dulu. Aku juga tak mengharapkan kau dengan sebuah alasan apa yang terjadi selama 3-4 bulan ini. Hanya saja aku ingin melihatmu untuk terakhir kalinya jika kau masih punya ingatan tentangku. Besok pukul 2 aku berangkat ke Thailand seperti yang kau tahu, aku akan melanjutkan sekolah disana. .. Seul-Rin’

Aku sudah berada di bandara selama 30 menit dan kau tak menampakkan batang hidungmu. Lima belas menit lagi pesawatku lepas landas dan aku harus segera naik. Kuperlambat langkahku sengaja mengulur waktu berharap kau akan muncul. Namun terlambat sebuah kesimpulan telah kuambil. Jika itu maumu akupun juga akan membuangmu. Selamat tinggal Seung Hyun. Kulangkahkan kakiku masuk kedalam pesawat yang kan membawaku ke Thailand. Tempat masa depanku yang masih panjang.

Mesin pesawat telah menderu  dan dengan perlahan mengangkat tubuhnya keangkasa menembus awan putih meninggalkan negara tempat aku menemukan Seung Hyun. Bersamaan dengan itu air mataku menetes. Ada sedikit ketidak relaan saat meninggalkan negara ini. Sebuah luka yang menganga telah kau buat dan mungkin akan lama untuk menutupnya.

Present....

Kuhentikan langkahku tepat dibelakang laki-laki yang masih memainkan gitarnya dengan lagu yang sama. Dadaku makin kencang berdebar saat aku akan mengetahui siapa laki-laki yang terus bermain gitar itu. Sejenak kulirik jam tangan warna perak keemasan di tanganku. Pukul 11 malam waktu Thailand. Kukerjapkan mataku tak percaya melihat jam di tanganku. Kumelihat lagi ke arah tengah lapangan. Laki-laki itu masih disana memetik gitarnya tanpa menyadrai kalau ada orang datang.

Jarakku dengan laki-laki itu hanya satu meter. Perlahan kuulurkan tanganku untuk menyentuh punggungnya . Dadaku berdebar semakin kencang, sebentar lagi aku akan mengetahuinya, siapa laki-laki ini. Lima centi lagi aku menentuh pundaknya. Tiba-tiba sebuah panggilan membuatku menoleh.

To Be Continoued...

Siapa laki-laki yang memainkan gitar itu. Apakah seorang laki-laki yang dihaapkan oleh Seul Rin?? Dan apa pengaruh Jiyong dalam kehidupan Seul Rin???

Nantikan jawabannya di Eps brikutnya...
Mian rasanya pengen sekli buat kalian penasaran * pasang tamen siap2 lok ditimpukin chingudeul...

Kritik dan Saran sangat diharapkan...