Ini Ffq yang kedua.. requestnya Eonni Helen. Mian baru bisa terbitin sekarang...
Cast:
Choi Seung Hyun
Jiyong
Helen: kakak k2
Seul Rin( masih narsis pakai nama sendiri.. hahaha): Kakak p1
Shin Ah: Adik
“Oppa, lihat!!! Turun salju!!” seru seorang gadis berambut panjang yang tergerai sambil berlari keluar menarik seorang laki-laki yang dipanggilnya Oppa. Gadis itu tersenyum ceria sambil terus menengadahkan tangannya ke udara, membiarkan satu-persatu salju jatuh ditangannya.
“ Aish, kau ini apa bagusnya salju hanya putih kecil jelek begitu!” sahut laki-laki itu sambil tetap bersungut-sungut. Tangannya ia masukan di kantong hoodienya.
“Jiyong oppa, kau tidak suka dengan salju karena kau belum mengenalnya. Sini aku kenalin!!” Ucap gadis itu dengan lembut. Jiyong haya tersenyum melihat tingkah gadis yang berada didepannya.
“ Yaa, Seul Rin kau pikir salju itu orang!” Ucapnya seraya mengacak-acak rambut Seul Rin.
“ Serahkan padaku! Mana tanganmu?”
Dengan wajah heran Jiyong menyerahkan tangannya ke Seul Rin.
“ Tengadahkan tanganmu seperti ini!” Seul Rin mengarahkan tangan Jiyong menengadah ke atas.
“ Seperti ini?”
“ Yap, lalu pejamkan matamu! Rasakan saat benda dingin itu satu persatu jatuh ditanganmu!”
“ Sudah. Tapi tak ada apapun!”
“ Yaaa, kau tadi tidak memejamkan mata melainkan berkedip. Pejamkan matamu sedikit lebih lama!”
Jiyong memejamkan matanya. Mencoba merasakan seperti yang dikatakan oleh Seul Rin. Perlahan satu persatu benda dingin yang berukuran kecil berjatuhan ditangannya. Memberikan sensasi yang belum pernah dirasakannya. Rasa dingin yang menenangkan.
Perlahan Jiyong membuka matanya. Rasa takut untuk membuka matanya datang kembali meyeruak masuk dalam hatinya. Membangkitkan rasa yang sangat dibencinya.Kebencian tentang kenyataan yang harus membangunkanya dari mimpi yang menghangatkan hatinya dan mimpi itu harus tergantikan dengan kehampaan yang menderanya.
Diarahkannya pandangan matanya kerarah meja kecil disamping tempat tidurnya. Sebuah bingkai foto berukuran 3R menghiasi meja itu berdampingan dengan lampu tidur yang tak menyala lagi. Bingkai itu masih utuh hanya kaca bingkainya yang telah pecah karena terbentur dengan benda keras.
Jiyong menatap bingkai itu tanpa ekspresi. Namun lama kelamaan matanya menyipit saat melihat foto yang menghiasi bingkai itu. Diraihnya bingkai yang telah pecah tersebut. Matanya menatap tajam kedalam gambar yang ada foto itu.
PRAAANGGG!!!
Bingkai foto itu dibantingnya ke lantai dengan keras. Sekeras dagunya yang mengeram kesal. Sekarang matanya dipenuhi kekesalan yang begitu besar. Kebencian yang teramat dalam dengan sosok yang ada di bingkai foto yang telah hancur itu.
“ PERGII KAU!!” teriakan keras Jiyong menggantikan suara kaca pecah dari bingkai yang telah dihancurkannya tadi. Menggema di ruangan tepatnya appartement miliknya.
Jiyong tahu seharusnya ini tidak boleh terjadi lagi. Ini sudah berkali-kali terjadi pada dirinya. Kesedihan dan kekesalan yang saling bergantian mengisi hatinya membuat emosinya tak menentu. Harusnya dua tahun cukup baginya untuk kembali bersikap seperti semula namun kenyataan yang diterimanya sulit untuk menyadarkannya bahwa kejadian itu tidak bisa diputar kembali. Dia mau tak mau harus menerimanya namun ternyata hanya penolakan saja yang ada dihatinya.
Penolakan terhadap kenyataan pahit yang harus diterimanya. Penolakan terhadap kenyataan hidup hingga dia tak mampu lagi membedakan mana kenyataan dan segala hal diluar pikiran nalar orang normal.
Normal?? Jiyong tahu normal tak lagi ada dalam kamus hidupnya. Keberadaan dirinya kini tak diperdulikan lagi. Mungkin jika digambarkan Jiyong berada di antara kenyataan dan imajinasi dimana batas itu tak lagi dapat terlihat dimata Jiyong.
Dibiarkan hidupnya kadang berada di titik kenyataan yang kadang masih sulit diterimanya namun kadang dibiarkan hidupnya berada di imajinasinya yang sangat dinikmatinya.
Menikmati setiap kenangan yang masih bermunculan disela-sela hidup nyatanya. Kenangan yang silih berganti dengan kenyataan pahit diakhir imajinasinya. Kenangan yang membawanya kedalam dunia yang tak pernah bisa dikontrolnya.
Semua kenangan tentang Seul Rin.
Ponselnya berdering membangunkannya sejenak dari mimpi-mimpinya.
“ Yoboseyo!”
“ 15 menit lagi aku sampai apartementmu! Aku tidak mau lagi menunggu kau mandi atau segala hal yang berhubungan dengan itu. Kita hampir terlambat kuliah!” Seru orang yang menghubunginya.
“ Ne, Hyung!”
Jiyong hafal benar suara yang mennghubunginya. Choi Seung Hyun, teman yang telah ia anggap sebagai hyungnya
sendiri. Orang yang selalu berhasil membuatnya tersadarkan dari mimpi-mimpi yang selalu mengejarnya bahkan dalam keadaan sadar.
Jiyong melangkah ke kamar mandi dengan gontai. Bersiap untuk kuliah, bagian dari kenyataannya.
##
“ EONNIIII!!!!! Ini sudah jam berapa? Kau tidak kuliah???” Teriak Shin Ah dari lantai bawah berusaha membangunkan Eonninya yang belum juga bangun.
Gadis yang dipanggilnya tadi tidak berkutik dari selimut yang masih membungkus tubuhnya. Ia hanya bergumam tanpa makna yang jelas.
Kesal karena orang yang dibangunkan tidak menyahut panggilannya Shin Ah berjalan menuju lantai atas tempat kamar eonninya yang masih meringkuk di atas tempat tidur.
“ EONNIII HELEEEEEEENNNN!!!!” Teriakannya makin keras sambil menarik selimut yang membungkus tubuh Helen.
“ Ne.. Ne.. arra,, arra! “ Ucap Helen masih mengantuk.
“ Eonni, kau ini malasnya minta ampun. Ini sudah jam 8 kurang 15 menit, katanya kau masuk jam 8! Mandi sana!!”
“ HAH?? Kurang 15 menit? Kenapa kau tak bangunkan aku dari tadi?”
“ Aduh Eon, aku uda teriak teriak dari tadi. mungkin tetangga kita sampai kedengaran!”
“ Kau sendiri tidak sekolah?”
“ Libur! Sana mandi!”
Helen segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Hampir setiap hari dia seperti ini selalu terlambat. Namun kebiasaanya ini tak bisa dirubahnya. Pulang larut membuatnya selalu kesiangan.
Setiap harinya setelah pulang dari kuliah ia harus kerja di cafenya sendiri. Usaha yang dia dirintisnya ini cukup menyita waktunya. Meskipun telah mempunyai pegawai namun sifatnya yang tidak mudah percaya dengan orang membuatnya tetap sibuk dengan semua urusan cafenya. Café kecil yang terletak di daerah Myeongdong. Café yang cukup untuk
membiayai sekolah adiknya Shin Ah dan kuliahnya.
Helen mematut dirinya di cermin setelah berganti pakaian. Memandangi wajahnya yang tak berapa lama kemudian mengingatkanya pada seseorang. Seseorang yang sangat disayanginya. Dialihkanya pandangannya kearah deretan foto yang terpajang di dinding sebelah kanan cermin.
Matanya berhenti disalah satu bingkai foto berukuran 4R. Di foto itu terdapat gambar seorang gadis berambut panjang sedang tersenyum manis. Membangkitkan sebuah kenangan yang telah berumur 2 tahun. Kenangan-kenangan yang tak pernah dilupakannya. Kenangan indah saat gadis itu membangunkan dirinya untuk kuliah. Kenangan saat gadis itu memasakkan sesuatu untukknya. Kenangan dari seorang kakak yang sangat dirindukannya sekarang.
“ Eonni,!” Panggil Shin Ah dengan suara lembut sambil menyentuh bahu Helen.
“ Hmm!!”
“ Semoga Eonni bahagia ya disana! Tepat dua tahun dia telah meninggalkan kita!” Ucap Shin Ah sambil memandangi foto
didepannya.
“ Ya, tentu saja dia bahagia! Eonniku khan selalu bahagia.” jawab Helen dengan senyuman merekah di wajahnya.
“Ok, aku berangkat!!” Seru Helen sambil berlari keluar. Sejurus kemudian dia dan mobilnya telah menghilang dari
pandangan Shin Ah.
“ Eonni, kau sedang apa?”
“ Menulis!”
“ Menulis tentang apa sih Eon?”
“ Salju”
“ Kenapa sih Eonni suka sekali dengan Salju? Khan kalau musim dingin itu sangat menyebalkan. !!”
“ Saengku yang cantik. Banyak hal yang menyenangkan dibalik musim dingin itu. Misal kau bisa membuat boneka salju, main lempar-lemparan sama Eonni atau sama Shin Ah.”
“ Tapi Eon, tetap saja dingin!”
“ Maka dari itu Eonni ingin membuat novel tentang salju agar orang-orang yang tidak suka dengan salju akan menjadicinta dengan salju. Karena salju itu indah!”
“ Ah, aku yang pertama baca ya Eonni!”
“ Iya, Helen sayang”
###
Helen berjalanan dengan setengah berlari kearah kelasnya. Mengejar waktu karena sebentar lagi kelasnya akan dimulai.
“ Oh God, lima menit lagi kelas dimulai” Seru Helen pada dirinya sendiri sambil memandangi jam tangannya. Tanpa ia sadari sebuah mobil berhenti mendadak di depannya karena menghindari Helen yang tidak memperhatikan jalannya.
“ TIINNNNNNNN” suara klakson mobil mengagetkan Helen yang baru sadar kalau dirinya hampir tertabrak.
“ Yaaaaaaaaaaa… Kau ini kalau jalan lihat-lihat donk!!” Teriak seorang laki-laki dari balik setir mobil.
“ Ah, Joesonghaeyo…!!!” Ucap Helen sambil membungkukkan badannya.
“ Ne, cepat minggir!!!” Seru orang itu dengan ketus.
Dengan bersungut-sungut Helen segera bergerak ketepi agar mobil yang hampir menabraknya tadi segera pergi.
“ Idih, galak amat tuh orang!!!” Celetuk Helen kesal.
Beberapa menit kemudian orang yang baru saja membentaknya keluar dari mobil itu. Bersamaan dengannya, keluar juga seorang laki-laki dari kursi penumpang bagian depan. Langkah Helen terhenti saat melihat laki-laki itu. Perlahan Helen melangkahkan kakinya kebelakang.
“ Dia?” Seru Helen perlahan.
Helen terhenyak tidak percaya bahwa orang yang dilihatnya adalah orang yang sempat mengganggu hidupnya.
“ Dia hidup eon!”
“ Ya, dia memang hidup!”
“ Tapi dia tidak hidup dengan baik-baik saja eon!”
“ Ne, arra..”
Helen menggelengkan kepalanya untuk menghilang percakapan yang muncul tiba-tiba itu. Menyadarkannya kembali bahwa kelasnya sudah dimulai. Helen segera berlari menuju kelasnya meninggalkan sosok laki-laki yang menarik perhatiannya.
##
Mobil hitam yang dibawa oleh Seung hyun memasuki daerah kampusnya, Dangook university. Sedari tadi Jiyong hanya terdiam mentap lurus kedepan tanpa ekspresi ang berarti. Begitu juga Seung Hyun yang sibuk memperhatikan jalannya. Mereka hanya saling diam selama perjalanan. Menimbulkan suasana aneh yang jika ada orang didekat mereka pasti akan ketakutan. Suasana aneh itu lebih didominasi oleh tekanan yang ditimbulkan oleh Jiyong. Namun Jiyong tak peduli. Yang ada dipikirannya kini hanya menjalankan perannya di kehidupan nyata.Bertingkah seolah dia baik-baik saja. Menutupi segala hal yang berhubungan dengan imajinasinya. Menutupi hatinya yang sebenarnya tidak baik-baik saja.
Menipu?
Ya, Jiyong tahu dia sekarang sedang berpura-pura. Pura-pura bahwa dirinya bahagia. Jiyong yakin kepura-puraan ini tak ada yang tahu. Namun ternyata dia salah, ada dua orang yang tahu bahwa Jiyong hanya berpura-pura.
“ CIIIIIIIITT” suara ban berdencit keras tanda bahwa rem mendadak diinjak oleh Seung Hyun.
‘DEG’ jantungnya seolah berhenti berdetak bersamaan dengan berhentinya mobil hitam yang ditumpanginya. Tiba-tiba rasa nyeri yang berasal dari jantungnya menyebar keseluruh tubuh membuat nafasanya terputus-putus. Membuatnya nafasnya semakin cepat namun pendek-pendek seolah mencoba meraih udara untuk masuk dalam paru-parunya.
Tangannya mencengkeram dadanya yang sakit mencoba menahan sakit yang kini dirasakannya.
“ Sakit Rin…!!” Ucap Jiyong perlahan. Dicobanya untuk mendongakkan kepalanya. Sekejap matanya menangkap sesuatu yang sangat dikenalnya. Matanya menagkap sosok gadis yang sangat dirindukannya menatap lembut Jiyong dengan balutan busana putih yang anggun.
“ Rin-ah” Sebuah kalimat menyeruak keluar dari bibir JIyong seiring dengan detak jantungnya yang kembali normal.
Nafasnyapun kembali normal.
“ Jiyong, Gwenchana?” Tanya Seung Hyun yang tahu apa yang sedang terjadi padanya.
Jiyong hanya mengangguk pelan.
“ Sialan gadis itu. Tidak memperhatikan jalan” Ucapnya kesal sambil menekan klakson mobilnya.
“ Ah, Joesonghaeyo…!!!”
“ Yaaaaaaaaaaa… Kau ini kalau jalan lihat-lihat donk!!”
Gadis itu menghadap kearah mobilnya. Sekejap Seung Hyun tahu siapa gadis itu. Sebuah senyuman penuh makna terlihat diwajah Seung Hyun.
“ Kau kenal dia Hyung?”
“ Anieyo!!!” Jawab Seung Hyun dengan tegas dan Jiyong percaya akan hal itu. Yang membuat pikiran Jiyong terganggu adalah bayangan gadis bergaun putih yang dikenalnya tadi.
Kenapa bayangannya sangat jelas saat gadis itu muncul? Seolah memang bayangannya selalu bersama gadis itu. Sial..
“ BUG..” Suara pintu mobil dipukul Jiyong.
“ YAAAA, JIYONG kau apakan mobilku?” Teriak Seung Hyun yang kesal.
“ Ah, Mian Hyung” jawab Jiyong sekenanya sambil keluar dari mobil dan beralalu begitu saja.
Seung Hyun hanya menatap prihatin punggung Jiyong yang telah meninggalkannya. Pikiran Seung Hyun kembali teringat dengan gadis yang hampir ditabraknya tadi.
“ Apa misiku kali ini?”
“ Nanti akan kami beritahukan selanjutnya setelah kau bertemu dengan patnermu!”
“ Siapa?”
“ Ini fotonya”
Seung Hyun menatap foto yang diberikan padanya. Nampak dari foto itu seorang gadis berambut panjang yang diikat ke belakang sedang tersenyum anggun kearah kamera.
“ Agak sulit memang mengajaknya kembali dalam organisasi ini. Misi terakhirnya yang membuatnya semakin sulit didekati.”
Seung Hyun hanya mengangguk.
“ Mungkin kau bisa membujuknya. Dia satu kampus denganmu, fakultas yang sama juga!”
Lagi-lagi Seung Hyun hanya mengangguk.
“ Namanya Helen.”
Seung Hyun hanya menarik ujung bibirnya.
“ Helen, kita akan segera berjumpa” Ucapnya dengan nada misterius. Seung Hyun keluar dari mobil berjalanmenuju kelasnya.....
To Be Continoued...
Apa hubungan Jiyong dan Helen? lalu apa hubungan Seung Hyun dan Helen? Misi apa yang akan menyambut Helen?
nantikan d part selanjutnya
jangan lupa kritik dan sarannya.. Gomawo...
Cast:
Choi Seung Hyun
Jiyong
Helen: kakak k2
Seul Rin( masih narsis pakai nama sendiri.. hahaha): Kakak p1
Shin Ah: Adik
“Oppa, lihat!!! Turun salju!!” seru seorang gadis berambut panjang yang tergerai sambil berlari keluar menarik seorang laki-laki yang dipanggilnya Oppa. Gadis itu tersenyum ceria sambil terus menengadahkan tangannya ke udara, membiarkan satu-persatu salju jatuh ditangannya.
“ Aish, kau ini apa bagusnya salju hanya putih kecil jelek begitu!” sahut laki-laki itu sambil tetap bersungut-sungut. Tangannya ia masukan di kantong hoodienya.
“Jiyong oppa, kau tidak suka dengan salju karena kau belum mengenalnya. Sini aku kenalin!!” Ucap gadis itu dengan lembut. Jiyong haya tersenyum melihat tingkah gadis yang berada didepannya.
“ Yaa, Seul Rin kau pikir salju itu orang!” Ucapnya seraya mengacak-acak rambut Seul Rin.
“ Serahkan padaku! Mana tanganmu?”
Dengan wajah heran Jiyong menyerahkan tangannya ke Seul Rin.
“ Tengadahkan tanganmu seperti ini!” Seul Rin mengarahkan tangan Jiyong menengadah ke atas.
“ Seperti ini?”
“ Yap, lalu pejamkan matamu! Rasakan saat benda dingin itu satu persatu jatuh ditanganmu!”
“ Sudah. Tapi tak ada apapun!”
“ Yaaa, kau tadi tidak memejamkan mata melainkan berkedip. Pejamkan matamu sedikit lebih lama!”
Jiyong memejamkan matanya. Mencoba merasakan seperti yang dikatakan oleh Seul Rin. Perlahan satu persatu benda dingin yang berukuran kecil berjatuhan ditangannya. Memberikan sensasi yang belum pernah dirasakannya. Rasa dingin yang menenangkan.
Perlahan Jiyong membuka matanya. Rasa takut untuk membuka matanya datang kembali meyeruak masuk dalam hatinya. Membangkitkan rasa yang sangat dibencinya.Kebencian tentang kenyataan yang harus membangunkanya dari mimpi yang menghangatkan hatinya dan mimpi itu harus tergantikan dengan kehampaan yang menderanya.
Diarahkannya pandangan matanya kerarah meja kecil disamping tempat tidurnya. Sebuah bingkai foto berukuran 3R menghiasi meja itu berdampingan dengan lampu tidur yang tak menyala lagi. Bingkai itu masih utuh hanya kaca bingkainya yang telah pecah karena terbentur dengan benda keras.
Jiyong menatap bingkai itu tanpa ekspresi. Namun lama kelamaan matanya menyipit saat melihat foto yang menghiasi bingkai itu. Diraihnya bingkai yang telah pecah tersebut. Matanya menatap tajam kedalam gambar yang ada foto itu.
PRAAANGGG!!!
Bingkai foto itu dibantingnya ke lantai dengan keras. Sekeras dagunya yang mengeram kesal. Sekarang matanya dipenuhi kekesalan yang begitu besar. Kebencian yang teramat dalam dengan sosok yang ada di bingkai foto yang telah hancur itu.
“ PERGII KAU!!” teriakan keras Jiyong menggantikan suara kaca pecah dari bingkai yang telah dihancurkannya tadi. Menggema di ruangan tepatnya appartement miliknya.
Jiyong tahu seharusnya ini tidak boleh terjadi lagi. Ini sudah berkali-kali terjadi pada dirinya. Kesedihan dan kekesalan yang saling bergantian mengisi hatinya membuat emosinya tak menentu. Harusnya dua tahun cukup baginya untuk kembali bersikap seperti semula namun kenyataan yang diterimanya sulit untuk menyadarkannya bahwa kejadian itu tidak bisa diputar kembali. Dia mau tak mau harus menerimanya namun ternyata hanya penolakan saja yang ada dihatinya.
Penolakan terhadap kenyataan pahit yang harus diterimanya. Penolakan terhadap kenyataan hidup hingga dia tak mampu lagi membedakan mana kenyataan dan segala hal diluar pikiran nalar orang normal.
Normal?? Jiyong tahu normal tak lagi ada dalam kamus hidupnya. Keberadaan dirinya kini tak diperdulikan lagi. Mungkin jika digambarkan Jiyong berada di antara kenyataan dan imajinasi dimana batas itu tak lagi dapat terlihat dimata Jiyong.
Dibiarkan hidupnya kadang berada di titik kenyataan yang kadang masih sulit diterimanya namun kadang dibiarkan hidupnya berada di imajinasinya yang sangat dinikmatinya.
Menikmati setiap kenangan yang masih bermunculan disela-sela hidup nyatanya. Kenangan yang silih berganti dengan kenyataan pahit diakhir imajinasinya. Kenangan yang membawanya kedalam dunia yang tak pernah bisa dikontrolnya.
Semua kenangan tentang Seul Rin.
Ponselnya berdering membangunkannya sejenak dari mimpi-mimpinya.
“ Yoboseyo!”
“ 15 menit lagi aku sampai apartementmu! Aku tidak mau lagi menunggu kau mandi atau segala hal yang berhubungan dengan itu. Kita hampir terlambat kuliah!” Seru orang yang menghubunginya.
“ Ne, Hyung!”
Jiyong hafal benar suara yang mennghubunginya. Choi Seung Hyun, teman yang telah ia anggap sebagai hyungnya
sendiri. Orang yang selalu berhasil membuatnya tersadarkan dari mimpi-mimpi yang selalu mengejarnya bahkan dalam keadaan sadar.
Jiyong melangkah ke kamar mandi dengan gontai. Bersiap untuk kuliah, bagian dari kenyataannya.
##
“ EONNIIII!!!!! Ini sudah jam berapa? Kau tidak kuliah???” Teriak Shin Ah dari lantai bawah berusaha membangunkan Eonninya yang belum juga bangun.
Gadis yang dipanggilnya tadi tidak berkutik dari selimut yang masih membungkus tubuhnya. Ia hanya bergumam tanpa makna yang jelas.
Kesal karena orang yang dibangunkan tidak menyahut panggilannya Shin Ah berjalan menuju lantai atas tempat kamar eonninya yang masih meringkuk di atas tempat tidur.
“ EONNIII HELEEEEEEENNNN!!!!” Teriakannya makin keras sambil menarik selimut yang membungkus tubuh Helen.
“ Ne.. Ne.. arra,, arra! “ Ucap Helen masih mengantuk.
“ Eonni, kau ini malasnya minta ampun. Ini sudah jam 8 kurang 15 menit, katanya kau masuk jam 8! Mandi sana!!”
“ HAH?? Kurang 15 menit? Kenapa kau tak bangunkan aku dari tadi?”
“ Aduh Eon, aku uda teriak teriak dari tadi. mungkin tetangga kita sampai kedengaran!”
“ Kau sendiri tidak sekolah?”
“ Libur! Sana mandi!”
Helen segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Hampir setiap hari dia seperti ini selalu terlambat. Namun kebiasaanya ini tak bisa dirubahnya. Pulang larut membuatnya selalu kesiangan.
Setiap harinya setelah pulang dari kuliah ia harus kerja di cafenya sendiri. Usaha yang dia dirintisnya ini cukup menyita waktunya. Meskipun telah mempunyai pegawai namun sifatnya yang tidak mudah percaya dengan orang membuatnya tetap sibuk dengan semua urusan cafenya. Café kecil yang terletak di daerah Myeongdong. Café yang cukup untuk
membiayai sekolah adiknya Shin Ah dan kuliahnya.
Helen mematut dirinya di cermin setelah berganti pakaian. Memandangi wajahnya yang tak berapa lama kemudian mengingatkanya pada seseorang. Seseorang yang sangat disayanginya. Dialihkanya pandangannya kearah deretan foto yang terpajang di dinding sebelah kanan cermin.
Matanya berhenti disalah satu bingkai foto berukuran 4R. Di foto itu terdapat gambar seorang gadis berambut panjang sedang tersenyum manis. Membangkitkan sebuah kenangan yang telah berumur 2 tahun. Kenangan-kenangan yang tak pernah dilupakannya. Kenangan indah saat gadis itu membangunkan dirinya untuk kuliah. Kenangan saat gadis itu memasakkan sesuatu untukknya. Kenangan dari seorang kakak yang sangat dirindukannya sekarang.
“ Eonni,!” Panggil Shin Ah dengan suara lembut sambil menyentuh bahu Helen.
“ Hmm!!”
“ Semoga Eonni bahagia ya disana! Tepat dua tahun dia telah meninggalkan kita!” Ucap Shin Ah sambil memandangi foto
didepannya.
“ Ya, tentu saja dia bahagia! Eonniku khan selalu bahagia.” jawab Helen dengan senyuman merekah di wajahnya.
“Ok, aku berangkat!!” Seru Helen sambil berlari keluar. Sejurus kemudian dia dan mobilnya telah menghilang dari
pandangan Shin Ah.
“ Eonni, kau sedang apa?”
“ Menulis!”
“ Menulis tentang apa sih Eon?”
“ Salju”
“ Kenapa sih Eonni suka sekali dengan Salju? Khan kalau musim dingin itu sangat menyebalkan. !!”
“ Saengku yang cantik. Banyak hal yang menyenangkan dibalik musim dingin itu. Misal kau bisa membuat boneka salju, main lempar-lemparan sama Eonni atau sama Shin Ah.”
“ Tapi Eon, tetap saja dingin!”
“ Maka dari itu Eonni ingin membuat novel tentang salju agar orang-orang yang tidak suka dengan salju akan menjadicinta dengan salju. Karena salju itu indah!”
“ Ah, aku yang pertama baca ya Eonni!”
“ Iya, Helen sayang”
###
Helen berjalanan dengan setengah berlari kearah kelasnya. Mengejar waktu karena sebentar lagi kelasnya akan dimulai.
“ Oh God, lima menit lagi kelas dimulai” Seru Helen pada dirinya sendiri sambil memandangi jam tangannya. Tanpa ia sadari sebuah mobil berhenti mendadak di depannya karena menghindari Helen yang tidak memperhatikan jalannya.
“ TIINNNNNNNN” suara klakson mobil mengagetkan Helen yang baru sadar kalau dirinya hampir tertabrak.
“ Yaaaaaaaaaaa… Kau ini kalau jalan lihat-lihat donk!!” Teriak seorang laki-laki dari balik setir mobil.
“ Ah, Joesonghaeyo…!!!” Ucap Helen sambil membungkukkan badannya.
“ Ne, cepat minggir!!!” Seru orang itu dengan ketus.
Dengan bersungut-sungut Helen segera bergerak ketepi agar mobil yang hampir menabraknya tadi segera pergi.
“ Idih, galak amat tuh orang!!!” Celetuk Helen kesal.
Beberapa menit kemudian orang yang baru saja membentaknya keluar dari mobil itu. Bersamaan dengannya, keluar juga seorang laki-laki dari kursi penumpang bagian depan. Langkah Helen terhenti saat melihat laki-laki itu. Perlahan Helen melangkahkan kakinya kebelakang.
“ Dia?” Seru Helen perlahan.
Helen terhenyak tidak percaya bahwa orang yang dilihatnya adalah orang yang sempat mengganggu hidupnya.
“ Dia hidup eon!”
“ Ya, dia memang hidup!”
“ Tapi dia tidak hidup dengan baik-baik saja eon!”
“ Ne, arra..”
Helen menggelengkan kepalanya untuk menghilang percakapan yang muncul tiba-tiba itu. Menyadarkannya kembali bahwa kelasnya sudah dimulai. Helen segera berlari menuju kelasnya meninggalkan sosok laki-laki yang menarik perhatiannya.
##
Mobil hitam yang dibawa oleh Seung hyun memasuki daerah kampusnya, Dangook university. Sedari tadi Jiyong hanya terdiam mentap lurus kedepan tanpa ekspresi ang berarti. Begitu juga Seung Hyun yang sibuk memperhatikan jalannya. Mereka hanya saling diam selama perjalanan. Menimbulkan suasana aneh yang jika ada orang didekat mereka pasti akan ketakutan. Suasana aneh itu lebih didominasi oleh tekanan yang ditimbulkan oleh Jiyong. Namun Jiyong tak peduli. Yang ada dipikirannya kini hanya menjalankan perannya di kehidupan nyata.Bertingkah seolah dia baik-baik saja. Menutupi segala hal yang berhubungan dengan imajinasinya. Menutupi hatinya yang sebenarnya tidak baik-baik saja.
Menipu?
Ya, Jiyong tahu dia sekarang sedang berpura-pura. Pura-pura bahwa dirinya bahagia. Jiyong yakin kepura-puraan ini tak ada yang tahu. Namun ternyata dia salah, ada dua orang yang tahu bahwa Jiyong hanya berpura-pura.
“ CIIIIIIIITT” suara ban berdencit keras tanda bahwa rem mendadak diinjak oleh Seung Hyun.
‘DEG’ jantungnya seolah berhenti berdetak bersamaan dengan berhentinya mobil hitam yang ditumpanginya. Tiba-tiba rasa nyeri yang berasal dari jantungnya menyebar keseluruh tubuh membuat nafasanya terputus-putus. Membuatnya nafasnya semakin cepat namun pendek-pendek seolah mencoba meraih udara untuk masuk dalam paru-parunya.
Tangannya mencengkeram dadanya yang sakit mencoba menahan sakit yang kini dirasakannya.
“ Sakit Rin…!!” Ucap Jiyong perlahan. Dicobanya untuk mendongakkan kepalanya. Sekejap matanya menangkap sesuatu yang sangat dikenalnya. Matanya menagkap sosok gadis yang sangat dirindukannya menatap lembut Jiyong dengan balutan busana putih yang anggun.
“ Rin-ah” Sebuah kalimat menyeruak keluar dari bibir JIyong seiring dengan detak jantungnya yang kembali normal.
Nafasnyapun kembali normal.
“ Jiyong, Gwenchana?” Tanya Seung Hyun yang tahu apa yang sedang terjadi padanya.
Jiyong hanya mengangguk pelan.
“ Sialan gadis itu. Tidak memperhatikan jalan” Ucapnya kesal sambil menekan klakson mobilnya.
“ Ah, Joesonghaeyo…!!!”
“ Yaaaaaaaaaaa… Kau ini kalau jalan lihat-lihat donk!!”
Gadis itu menghadap kearah mobilnya. Sekejap Seung Hyun tahu siapa gadis itu. Sebuah senyuman penuh makna terlihat diwajah Seung Hyun.
“ Kau kenal dia Hyung?”
“ Anieyo!!!” Jawab Seung Hyun dengan tegas dan Jiyong percaya akan hal itu. Yang membuat pikiran Jiyong terganggu adalah bayangan gadis bergaun putih yang dikenalnya tadi.
Kenapa bayangannya sangat jelas saat gadis itu muncul? Seolah memang bayangannya selalu bersama gadis itu. Sial..
“ BUG..” Suara pintu mobil dipukul Jiyong.
“ YAAAA, JIYONG kau apakan mobilku?” Teriak Seung Hyun yang kesal.
“ Ah, Mian Hyung” jawab Jiyong sekenanya sambil keluar dari mobil dan beralalu begitu saja.
Seung Hyun hanya menatap prihatin punggung Jiyong yang telah meninggalkannya. Pikiran Seung Hyun kembali teringat dengan gadis yang hampir ditabraknya tadi.
“ Apa misiku kali ini?”
“ Nanti akan kami beritahukan selanjutnya setelah kau bertemu dengan patnermu!”
“ Siapa?”
“ Ini fotonya”
Seung Hyun menatap foto yang diberikan padanya. Nampak dari foto itu seorang gadis berambut panjang yang diikat ke belakang sedang tersenyum anggun kearah kamera.
“ Agak sulit memang mengajaknya kembali dalam organisasi ini. Misi terakhirnya yang membuatnya semakin sulit didekati.”
Seung Hyun hanya mengangguk.
“ Mungkin kau bisa membujuknya. Dia satu kampus denganmu, fakultas yang sama juga!”
Lagi-lagi Seung Hyun hanya mengangguk.
“ Namanya Helen.”
Seung Hyun hanya menarik ujung bibirnya.
“ Helen, kita akan segera berjumpa” Ucapnya dengan nada misterius. Seung Hyun keluar dari mobil berjalanmenuju kelasnya.....
To Be Continoued...
Apa hubungan Jiyong dan Helen? lalu apa hubungan Seung Hyun dan Helen? Misi apa yang akan menyambut Helen?
nantikan d part selanjutnya
jangan lupa kritik dan sarannya.. Gomawo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar