FF pertamaku tentang BB a.k.a Big Bang
cast:
Choi Seung Hyun : Tabiku hahahaha
Jiyong: maaf pinjem Jiyong bentar # ditimpuk bantal ma Tabi
Seul Rin : aku.. hehehe narsis...
so chek it dot..
Dentingan demi dentingan merasuki lubang telingaku menelurusi setiap lekukan dan diteruskan oleh sel-sel otak yang dibantu oleh syaraf-syaraf otakku tersimpan dalam memori otakku. Setiap saat bisa dibuka kembali.
Belum ada lima menit mataku terpejam suara yang sama dengan kenangan satu tahun lalu memasuki gendang telingaku. Kubuka mataku perlahan dan mendengarkan sekali lagi suara yang terdengar dengan seksama. Dentingan nada-nada yang sama dari alat musik yang sama masuk kedalam sayraf-syaraf otakku. Merangsang sel-sel otak bekerja lebih keras untuk memunculkan rekaman-rekaman setiap potongan kisah tepat dua tahun yang lalu.
Previous...
Hari ini benar-benar membuatku lelah. Pembimbing praktekku dirumah sakit mebuatku lelah dengan tugas yang diberikannya mulai dengan merekap kembali rekam medis yang tak sedikit sampai harus mengatur kembali nursing station. Kutarik tanganku ke atas untuk meregangkan ototku yang kaku karena seharian nongkrong di nursing station bersama Shin-Ah rekan satu timku praktek di rumah sakit ini.
Kuberjalan kearah bangsal anak, tempat yang sering kudatangi ketika lelah saat bertugas melandaku. Keceriaan anak-anaklah yang membuat lelahku hilang. Mereka juga yang membangkitkan motivasiku untuk menyelesaikan s1ku dengan cepat dan melanjutkan s2ku ke spesialis anak.
Belum sampai aku di bangsal anak otot kakiku terpaksa berhenti karena gendang telingaku menangkap detingan yang sangat familiar, detingan suara gitar. Rangkaian not balok yang dimainkan alat musik itu menjadi sebuah lagu yang indah. Pachelbel Canon, rangkaian nada yang sedang dimainkan oleh pemain gitar itu.
Kupejamkan mataku, menikmati setiap dentingan yang perlahan memasuki relung hatiku. Merangsang syaraf otakku untuk memerintahkan tanganku bergerak seperti memainkan biola. Mengingatkan biolaku dikamar sewaanku yang hampir tak tersentuh sama sekali. Aku masuk dalam bius yang telah dilakukan orang pemetik senar gitar itu. Masuk kedalam ketenangan yang luar biasa kurindukan. Setuhan tangan dipundak membuatku kembali kedunia nyata, mengembalikan kesadaranku.
“ Seul-Rin ssi sedang apa kau?” Dokter Jiyong, dokter muda rumah sakit ini mengejutkanku dan duduk di kursi tunggu yang berada di sampingku.
“ Ah, dokter. Tidak apa-apa..hmm!!” Aku ikut duduk di sampingnya sambil tetap menunduk menahan malu karena takut disangka orang gila gerak-gerak nggak jelas.
“ Kau bisa biola? Terlihat dari gerakanmu tadi!!”.
Kudongakkan kepalaku. “ Ah,, iya tapi hampir tahun ini tidak menyentuhnya karena praktek ini dan skripsi yang belum selesai. Oh ya dok, siapa yang memainkan gitar di bangsal anak itu? ” Aku mengalihkan pertanyaan agar tak ditanya lagi
tentang biolaku.
“ Oh, ayo lihat saja! Nanti kau akan tahu!” Ucap dokter Jiyong sambil berdiri mendahuluiku masuk ke bangsal anak yang full colour.
Hatiku berdebar kencang tak terkendali. Aku sendiri tak tahu kenapa jadi seperti ini. Mungkin karena rasa penasaran dengan pemain gitar yang telah membuatku benar-benar rindu dengan biolaku. Mataku berhenti terhenti pada seseorang yang sedang bermain gitar di tengah ruangan. Anak-anak duduk mengelilingi orang itu. Langkahku berhenti seiring dengan orang itu mendongakkan kepalanya menatapku balik lalu kembali asyik dengan permainan gitarnya.
Tatapan yang tajam namun dengan ditutupi senyuman dengan bibir ditarik sebelah menjadi daya tarik sendiri bagi laki-laki itu. Wajah itu sangat aku kenal. Pemilik wajah bad boy yang selalu aku temui di jalan depan rumah sakit. Aku tak menyangka wajah bad boy seperi itu dapat menarik perhatian anak-anak dan sepertinya anak-anak sangat menyukai orang itu.
“ Namanya Choi Seung Hyun, dia sering kemari sejak adiknya yang menderita ALL meninggal dua bulan yang lalu di rumah sakit ini. Semua petugas dirumah sakit ini tidak tahu alasan kenapa dia masih sering kemari namun sejak adanya dia disini cukup membantu kita dalam meningkatkan psikologi anak dan meminimalkan hospitalisasi anak. Hasil yang cukup memuaskan pihak rumah sakit karena LOSnya menjadi cukup bagus.” Dokter Jiyong menjelaskan dengan seksama disampingku.
“ Ah,”
“ Tapi kami belum pernah mendengar suaranya sejak adiknya meninggal dua tahun yang lalu. Orang itu berubah menjadi sangat tidak peduli jika keluar dari ruangan ini dan lepas dari gitar itu. Hanya gitar itu yang bisa membuatnya tersenyum”
“ Wajah Bad Boy itu punya kepribadian yang cukup rumit juga ya dok”
“ Ya, begitulah Seul-Rin ssi !!”
Aku berjalan mendekati anak-anak yang duduk mengelilingi Seung Hyun dengan perlahan, takut mengganggu permainan cowok bad boy yang duduk ditengah itu. Akan tetapi dua anak laki-laki dan perempuan yang duduk disampingku malah bergelayutan manja dan membuat sedikit keributan.
“ SSsssttt” bisikku pada dua anak disampingku.
“ Eonni, katanya kau bisa main biola. Mainlah kayak kakak itu” celetuk anak perempuan disamping kananku.
“ Iya, noona mainlah yayayaya!!” sahut anak laki-laki samping kiriku.
“ Iya.. iya dengarkan dia dulu ya!!” ucapku menenangkan kedua anak disampingku.
Akhirnya kedua anak ini mau diam dan mendengarkan kembali permainan musik laki-laki yang bernama Seung Hyun itu.
Kami menikmati permainan gitarnya. Sedang aku kembali memejamkan mata membayangkan aku memainkan biolaku namun tiba-tiba suara gitar itu berhenti dan kubuka mataku. Saat kubuka mataku Seung Hyun sudah berada di depanku. Aku tertegun sejenak, jika bukan karena anak-anak yang meneriaki namaku mungkin aku masih bengong didepan laki-laki itu.
“ Siapa namamu?” Tanya Seung Hyun dengan nada ketus.
‘ Bad Boy’ batinku.
“ Ah, aku mahasiswa perawat yang sedang praktek disini”
“ Aku tak tanya! Namamu siapa?” Nadanya makin ketus.
‘Gila ini nanya atau menodong?’
“ Seul-Rin imnida”
“ Besok bawalah biolamu!” Masih dengan nada ketus Seung Hyun menyuruhku dan berlalu begitu saja.
“ Tunggu, dari mana kau tahu?” Aku sedikit mengeraskan suaraku agar dia mendengar karena laki-laki itu terus berjalan.
Seung Hyun tak menoleh sedikitpun tapi beberapa detik kemudian tangan kanannya terangkat seakan mengisyaratkan sampai jumpa.
Aku masih berdiri terpaku menatap punggung laki-laki yang lebih cocok disebut bad boy itu.
Present...
Suara denting gitar masih terdengar malah semakin keras. Ku duduk dia atas tempat tidur sambil tetap menajamkan pendengaranku. Rasa penasaranku muncul dan menggerakkan kakiku menuju ke jendela tempat yang semakin jelas terdengar suara itu.
Kucubit pipiku untuk membuktikan apakah aku mimpi atau tidak.
“ Aaauu” teriakku kesakitan. Bukan mimpi. Rasa penasaranku makin besar dan membangkitkan semua ingatan-ingatan dua tahun lalu tentang suara itu. Kusibakkan tirai jendela kamarku yang berhadapan dengan lapangan basket. Dari jendela kamarku terlihat jelas ada seorang laki-laki yang sedang bermain gitar duduk membelakangi kamarku sehingga aku tak dapat melihat siapa laki-laki itu.
Aku tertegun saat mendapati kenyataan bahwa postur tubuh laki-laki itu sangat mirip dengan postur tubuh laki-laki yang meninggalkan sedikit luka di hati dan kenangan yang membuatku menyesap kebahagian. Kebahagiaan yang justru pada akhirnya menyakitkan untukku. Semua hal yang kutrima hari ini membuatku pikiranku kacau dan membuat air mataku mengalir perlahan membasahi setiap lekukan wajahku. Mengalir bersama perasaan kerinduan dari hatiku.
Kuraih tas biola yang berada di ujung kamarku yang telah kutempati selama satu tahun di Thailand ini. Perlahan ku buka resleting tas biola yang memberikan banyak kenangan bagiku.
Biola warna putih dengan bow putih yang terdapat sebuah tanda tangan di tepi biola. Kuusap tanda tangan bertinta hitam. Ku baca nama terang di bawah tanda tangan itu ‘Seung Hyun’ . Sebuah perasaan muncul saat kuusap tanda tangan itu menyekat tenggorokkanku menjalar ke setiap organ ditubuhku membuat air mataku tumpah tak terbendung lagi. Kubiarkan air mata ini mengalir membasahi wajahku. Tanpa sengaja mataku menangkap sebuah tulisan kecil di bawah nama terangnya ‘ forever with u’. Sebuah sentakan keras menghantam hatiku menambah kesedihan untukku. Sejak dari awal aku tidak tahu dia menuliskan kalimat ini.
“ Forever with me? Tapi kenyataannya lain..!!” ucapku pada diri sendiri.
Kuletakkan biolaku di pundak kiriku. Tangan kiriku menekan senarnya sedang tangan kananku mengenggam bow. Biola ini sudah siap dimainkan. Tinggal menunggu sang pemilik menggerakkan bow untuk menimbulkan suara yang indah.
Kulirik lagi laki-laki yang berada di lapangan basket. Kutunggu waktu yang tepat untuk menyamai dentingan gitarnya dengan gesekan biolaku. Satu persatu tanganku menekan senar- senar yang ada di biola bersamaan dengan gesekan bow dari tangan kananku. Suaranya keluar bersama dengan air mataku yang tetap mengalir.
Harmonis . Suara yang ditimbulkan gitar dan biola kami saat menenangkan membuat air mataku perlahan berhenti mengalir. Sebuah kepingan kisah muncul di ingatanku.
Previous...
Tepukan tangan anak-anak di bangsal menggema menggantikan suara kedua alat musik yang telah aku dan Seung Hyun mainkan. kIni hampir setiap siang kami selalu memainkan alat musik kami masing-masing dengan disaksikan anak-anak. Rasa bahagia kini menyelimuti hatiku bukan karena Seung Hyun tapi karena Seung Hyun mengingatkan akan biola ini. Biola
yang berhasil membawaku seperti sekarang.
Anak-anak lalu mendekati kami ada beberapa anak yang masih dibantu oleh perawat lainnya untuk mendekati kami karena kondisinya masih perlu bantuan dari petugas. Nampak dari wajah mereka terlihat sangat bahagia. Kulirik Seung Hyun yang ada disampingku, dia tersenyum lebar. Aku tertegun sejenak. Entah ada magnet apa dari senyuman Seung Hyun aku terdiam menatapnya sampai sang empunya menatapku balik dan aku hanya memalingkan wajah.
Semenjak kami bermain musik bersama di bangsal ini. Ada banyak perubahan dari diri Seung Hyun. Kini Seung Hyun mau tersenyum setelah keluar bangsal dan lepas dari gitarnya. Sudah mau berbicara meski hanya seperlunya saja. Aku tak tahu apa yang menyebabkan perubahan itu. Namun kata petugas lain, Seung Hyun bisa seperti sekarang karena aku. Aku sendiri tak tahu kenapa semua menyimpulkan karena aku padahal aku sendiri tidak melakukan apapun.
Saat ku duduk di depan bangsal, Seung Hyun duduk disampingku. Kami berdua lama dalam diam. Berada dalam pikiran masing-masing namun setelah hampir 30 menit aku duduk dia mengucapkan sesuatu untukku.
“ Gomawo, kau mau bermain biola lagi. Tetaplah bermain untukku!! ” Aku tertegun mendengarnya berbicara seperti itu. Selesai dia berbicara dia pergi begitu saja. Berlalu meninggalkanku dalam keadaan setengah mimpi.
To Be Continoued..
Keterangan istilah
ALL: Anemia Limpoblastik Leukosit: Leukemia pada anak
LOS: Lama Pasien dirawat istilah manajemen RS
karena kebanyakan jika dijadiin satu makanya ku buat bersambung...
kritik dan saranya sangat diharapkan.. #nunduk bareng ma Tabi
cast:
Choi Seung Hyun : Tabiku hahahaha
Jiyong: maaf pinjem Jiyong bentar # ditimpuk bantal ma Tabi
Seul Rin : aku.. hehehe narsis...
so chek it dot..
Dentingan demi dentingan merasuki lubang telingaku menelurusi setiap lekukan dan diteruskan oleh sel-sel otak yang dibantu oleh syaraf-syaraf otakku tersimpan dalam memori otakku. Setiap saat bisa dibuka kembali.
Belum ada lima menit mataku terpejam suara yang sama dengan kenangan satu tahun lalu memasuki gendang telingaku. Kubuka mataku perlahan dan mendengarkan sekali lagi suara yang terdengar dengan seksama. Dentingan nada-nada yang sama dari alat musik yang sama masuk kedalam sayraf-syaraf otakku. Merangsang sel-sel otak bekerja lebih keras untuk memunculkan rekaman-rekaman setiap potongan kisah tepat dua tahun yang lalu.
Previous...
Hari ini benar-benar membuatku lelah. Pembimbing praktekku dirumah sakit mebuatku lelah dengan tugas yang diberikannya mulai dengan merekap kembali rekam medis yang tak sedikit sampai harus mengatur kembali nursing station. Kutarik tanganku ke atas untuk meregangkan ototku yang kaku karena seharian nongkrong di nursing station bersama Shin-Ah rekan satu timku praktek di rumah sakit ini.
Kuberjalan kearah bangsal anak, tempat yang sering kudatangi ketika lelah saat bertugas melandaku. Keceriaan anak-anaklah yang membuat lelahku hilang. Mereka juga yang membangkitkan motivasiku untuk menyelesaikan s1ku dengan cepat dan melanjutkan s2ku ke spesialis anak.
Belum sampai aku di bangsal anak otot kakiku terpaksa berhenti karena gendang telingaku menangkap detingan yang sangat familiar, detingan suara gitar. Rangkaian not balok yang dimainkan alat musik itu menjadi sebuah lagu yang indah. Pachelbel Canon, rangkaian nada yang sedang dimainkan oleh pemain gitar itu.
Kupejamkan mataku, menikmati setiap dentingan yang perlahan memasuki relung hatiku. Merangsang syaraf otakku untuk memerintahkan tanganku bergerak seperti memainkan biola. Mengingatkan biolaku dikamar sewaanku yang hampir tak tersentuh sama sekali. Aku masuk dalam bius yang telah dilakukan orang pemetik senar gitar itu. Masuk kedalam ketenangan yang luar biasa kurindukan. Setuhan tangan dipundak membuatku kembali kedunia nyata, mengembalikan kesadaranku.
“ Seul-Rin ssi sedang apa kau?” Dokter Jiyong, dokter muda rumah sakit ini mengejutkanku dan duduk di kursi tunggu yang berada di sampingku.
“ Ah, dokter. Tidak apa-apa..hmm!!” Aku ikut duduk di sampingnya sambil tetap menunduk menahan malu karena takut disangka orang gila gerak-gerak nggak jelas.
“ Kau bisa biola? Terlihat dari gerakanmu tadi!!”.
Kudongakkan kepalaku. “ Ah,, iya tapi hampir tahun ini tidak menyentuhnya karena praktek ini dan skripsi yang belum selesai. Oh ya dok, siapa yang memainkan gitar di bangsal anak itu? ” Aku mengalihkan pertanyaan agar tak ditanya lagi
tentang biolaku.
“ Oh, ayo lihat saja! Nanti kau akan tahu!” Ucap dokter Jiyong sambil berdiri mendahuluiku masuk ke bangsal anak yang full colour.
Hatiku berdebar kencang tak terkendali. Aku sendiri tak tahu kenapa jadi seperti ini. Mungkin karena rasa penasaran dengan pemain gitar yang telah membuatku benar-benar rindu dengan biolaku. Mataku berhenti terhenti pada seseorang yang sedang bermain gitar di tengah ruangan. Anak-anak duduk mengelilingi orang itu. Langkahku berhenti seiring dengan orang itu mendongakkan kepalanya menatapku balik lalu kembali asyik dengan permainan gitarnya.
Tatapan yang tajam namun dengan ditutupi senyuman dengan bibir ditarik sebelah menjadi daya tarik sendiri bagi laki-laki itu. Wajah itu sangat aku kenal. Pemilik wajah bad boy yang selalu aku temui di jalan depan rumah sakit. Aku tak menyangka wajah bad boy seperi itu dapat menarik perhatian anak-anak dan sepertinya anak-anak sangat menyukai orang itu.
“ Namanya Choi Seung Hyun, dia sering kemari sejak adiknya yang menderita ALL meninggal dua bulan yang lalu di rumah sakit ini. Semua petugas dirumah sakit ini tidak tahu alasan kenapa dia masih sering kemari namun sejak adanya dia disini cukup membantu kita dalam meningkatkan psikologi anak dan meminimalkan hospitalisasi anak. Hasil yang cukup memuaskan pihak rumah sakit karena LOSnya menjadi cukup bagus.” Dokter Jiyong menjelaskan dengan seksama disampingku.
“ Ah,”
“ Tapi kami belum pernah mendengar suaranya sejak adiknya meninggal dua tahun yang lalu. Orang itu berubah menjadi sangat tidak peduli jika keluar dari ruangan ini dan lepas dari gitar itu. Hanya gitar itu yang bisa membuatnya tersenyum”
“ Wajah Bad Boy itu punya kepribadian yang cukup rumit juga ya dok”
“ Ya, begitulah Seul-Rin ssi !!”
Aku berjalan mendekati anak-anak yang duduk mengelilingi Seung Hyun dengan perlahan, takut mengganggu permainan cowok bad boy yang duduk ditengah itu. Akan tetapi dua anak laki-laki dan perempuan yang duduk disampingku malah bergelayutan manja dan membuat sedikit keributan.
“ SSsssttt” bisikku pada dua anak disampingku.
“ Eonni, katanya kau bisa main biola. Mainlah kayak kakak itu” celetuk anak perempuan disamping kananku.
“ Iya, noona mainlah yayayaya!!” sahut anak laki-laki samping kiriku.
“ Iya.. iya dengarkan dia dulu ya!!” ucapku menenangkan kedua anak disampingku.
Akhirnya kedua anak ini mau diam dan mendengarkan kembali permainan musik laki-laki yang bernama Seung Hyun itu.
Kami menikmati permainan gitarnya. Sedang aku kembali memejamkan mata membayangkan aku memainkan biolaku namun tiba-tiba suara gitar itu berhenti dan kubuka mataku. Saat kubuka mataku Seung Hyun sudah berada di depanku. Aku tertegun sejenak, jika bukan karena anak-anak yang meneriaki namaku mungkin aku masih bengong didepan laki-laki itu.
“ Siapa namamu?” Tanya Seung Hyun dengan nada ketus.
‘ Bad Boy’ batinku.
“ Ah, aku mahasiswa perawat yang sedang praktek disini”
“ Aku tak tanya! Namamu siapa?” Nadanya makin ketus.
‘Gila ini nanya atau menodong?’
“ Seul-Rin imnida”
“ Besok bawalah biolamu!” Masih dengan nada ketus Seung Hyun menyuruhku dan berlalu begitu saja.
“ Tunggu, dari mana kau tahu?” Aku sedikit mengeraskan suaraku agar dia mendengar karena laki-laki itu terus berjalan.
Seung Hyun tak menoleh sedikitpun tapi beberapa detik kemudian tangan kanannya terangkat seakan mengisyaratkan sampai jumpa.
Aku masih berdiri terpaku menatap punggung laki-laki yang lebih cocok disebut bad boy itu.
Present...
Suara denting gitar masih terdengar malah semakin keras. Ku duduk dia atas tempat tidur sambil tetap menajamkan pendengaranku. Rasa penasaranku muncul dan menggerakkan kakiku menuju ke jendela tempat yang semakin jelas terdengar suara itu.
Kucubit pipiku untuk membuktikan apakah aku mimpi atau tidak.
“ Aaauu” teriakku kesakitan. Bukan mimpi. Rasa penasaranku makin besar dan membangkitkan semua ingatan-ingatan dua tahun lalu tentang suara itu. Kusibakkan tirai jendela kamarku yang berhadapan dengan lapangan basket. Dari jendela kamarku terlihat jelas ada seorang laki-laki yang sedang bermain gitar duduk membelakangi kamarku sehingga aku tak dapat melihat siapa laki-laki itu.
Aku tertegun saat mendapati kenyataan bahwa postur tubuh laki-laki itu sangat mirip dengan postur tubuh laki-laki yang meninggalkan sedikit luka di hati dan kenangan yang membuatku menyesap kebahagian. Kebahagiaan yang justru pada akhirnya menyakitkan untukku. Semua hal yang kutrima hari ini membuatku pikiranku kacau dan membuat air mataku mengalir perlahan membasahi setiap lekukan wajahku. Mengalir bersama perasaan kerinduan dari hatiku.
Kuraih tas biola yang berada di ujung kamarku yang telah kutempati selama satu tahun di Thailand ini. Perlahan ku buka resleting tas biola yang memberikan banyak kenangan bagiku.
Biola warna putih dengan bow putih yang terdapat sebuah tanda tangan di tepi biola. Kuusap tanda tangan bertinta hitam. Ku baca nama terang di bawah tanda tangan itu ‘Seung Hyun’ . Sebuah perasaan muncul saat kuusap tanda tangan itu menyekat tenggorokkanku menjalar ke setiap organ ditubuhku membuat air mataku tumpah tak terbendung lagi. Kubiarkan air mata ini mengalir membasahi wajahku. Tanpa sengaja mataku menangkap sebuah tulisan kecil di bawah nama terangnya ‘ forever with u’. Sebuah sentakan keras menghantam hatiku menambah kesedihan untukku. Sejak dari awal aku tidak tahu dia menuliskan kalimat ini.
“ Forever with me? Tapi kenyataannya lain..!!” ucapku pada diri sendiri.
Kuletakkan biolaku di pundak kiriku. Tangan kiriku menekan senarnya sedang tangan kananku mengenggam bow. Biola ini sudah siap dimainkan. Tinggal menunggu sang pemilik menggerakkan bow untuk menimbulkan suara yang indah.
Kulirik lagi laki-laki yang berada di lapangan basket. Kutunggu waktu yang tepat untuk menyamai dentingan gitarnya dengan gesekan biolaku. Satu persatu tanganku menekan senar- senar yang ada di biola bersamaan dengan gesekan bow dari tangan kananku. Suaranya keluar bersama dengan air mataku yang tetap mengalir.
Harmonis . Suara yang ditimbulkan gitar dan biola kami saat menenangkan membuat air mataku perlahan berhenti mengalir. Sebuah kepingan kisah muncul di ingatanku.
Previous...
Tepukan tangan anak-anak di bangsal menggema menggantikan suara kedua alat musik yang telah aku dan Seung Hyun mainkan. kIni hampir setiap siang kami selalu memainkan alat musik kami masing-masing dengan disaksikan anak-anak. Rasa bahagia kini menyelimuti hatiku bukan karena Seung Hyun tapi karena Seung Hyun mengingatkan akan biola ini. Biola
yang berhasil membawaku seperti sekarang.
Anak-anak lalu mendekati kami ada beberapa anak yang masih dibantu oleh perawat lainnya untuk mendekati kami karena kondisinya masih perlu bantuan dari petugas. Nampak dari wajah mereka terlihat sangat bahagia. Kulirik Seung Hyun yang ada disampingku, dia tersenyum lebar. Aku tertegun sejenak. Entah ada magnet apa dari senyuman Seung Hyun aku terdiam menatapnya sampai sang empunya menatapku balik dan aku hanya memalingkan wajah.
Semenjak kami bermain musik bersama di bangsal ini. Ada banyak perubahan dari diri Seung Hyun. Kini Seung Hyun mau tersenyum setelah keluar bangsal dan lepas dari gitarnya. Sudah mau berbicara meski hanya seperlunya saja. Aku tak tahu apa yang menyebabkan perubahan itu. Namun kata petugas lain, Seung Hyun bisa seperti sekarang karena aku. Aku sendiri tak tahu kenapa semua menyimpulkan karena aku padahal aku sendiri tidak melakukan apapun.
Saat ku duduk di depan bangsal, Seung Hyun duduk disampingku. Kami berdua lama dalam diam. Berada dalam pikiran masing-masing namun setelah hampir 30 menit aku duduk dia mengucapkan sesuatu untukku.
“ Gomawo, kau mau bermain biola lagi. Tetaplah bermain untukku!! ” Aku tertegun mendengarnya berbicara seperti itu. Selesai dia berbicara dia pergi begitu saja. Berlalu meninggalkanku dalam keadaan setengah mimpi.
To Be Continoued..
Keterangan istilah
ALL: Anemia Limpoblastik Leukosit: Leukemia pada anak
LOS: Lama Pasien dirawat istilah manajemen RS
karena kebanyakan jika dijadiin satu makanya ku buat bersambung...
kritik dan saranya sangat diharapkan.. #nunduk bareng ma Tabi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar