Mianheyo, baru terbitin sekarang eps duanya.. Gomwo Onni helen uda ingetin aku terus *nggak ingetin tepatnya nagih hahaha ^^V
Potongan eps kemarin....
“ Helen, kita akan segera berjumpa” Ucapnya dengan nada misterius. Seung Hyun keluar dari mobil berjalan menuju kelasnya.
###
Kuliah telah berlangsung selama 30 menit namun Helen tak juga dapat berkonsentrasi untuk mengikuti jam pertama kuliah hari ini. Pikiran Helen terbagi antara materi kuliah yang tengah diberikan oleh dosen didepan dengan kejadian pagi tadi.
Mata Helen menatap dosen didepan kelas yang sedang menjelaskan materi kuliah di depan kelas namun pikirannya tetap bermain tanpa kendali.
‘ Laki-laki itu sepertinya tidak dalam kondisi baik-baik saja, apa dua tahun tak cukup untuk memperbaiki semua?’
‘ Apa dia juga mengalami hal serupa denganku?’
DEG…
Satu sentakan keras dijantungnya seolah ada hal yang menyakitkan yang mengingatkan Helen kembali.
“ Eon, kau yakin akan tetap menjalankan tugas itu?”
“ Ne..”
“ Jinja?”
“ Ne, Kureyo!!”
“ Tapi eon?”
“ Itu tugasmu untuk mengingatkanku jangan sampai aku lupa dengan tugasku”
“ Helen.. aku tidak bisa!”
“ Tapi Eon, kau sudah terlanjur menyetujuinya”
“ Sungguh, aku tidak bisa melakukannya!”
Tangisnya pecah seiring dengan ucapannya yang bergetar.
“ Aku benar-benar mencintainya”
“ MWOO??”
“ Marahlah padaku! Aku memang pantas kau marahi, aku tidak bisa mengendalikan perasaanku”
“ Eonni, HILANGKAN PERASAAN ITU!!! AKU TIDAK MAU MENGEKSEKUSI EONNIKU SENDIRI”
‘PRANG…!!’ Vas bunga di sampingku pecah ku banting sekeras mungkin kelantai, melampiaskan kekesalanku.
“ HELEN..!!! LAKUKAN SAJA!!!AKU TAHU KONSEKUENSINYA!!!”
“ TIDAK !!! KAU TIDAK BOLEH MENCINTAINYAAA..!!”
“ Helen, aku mohon!!” Dia memelukku. Aku hanya terdiam dalam pelukannya.
Sejenak kepalaku mulai sakit dengan segala omong kosong yang hari ini kudengar dari mulut Eonniku sendiri.
“ CUKUP EONNI, JIKA KAU TAK BISA MELAKUKANNYA AKU YANG AKAN MENGGANTIKANMU!!”
Ucapku dengan keras sambil menyentakkan tubuhnya. Kumelangkah pergi meninggalkan Eonniku sendiri yang tengah menangis. Saat itu yang ada di otakku adalah aku akan bertemu dengan laki-laki itu.
‘ Mianata!!’ ucap Helen pada dirinya sendiri. Ditelungkupkannya wajahnya dengan kedua tangannya. Menumpahkan penyesalan yang menyesakkan didadanya. Tanpa disadari air matanya mengalir. Panas menjalar di hatinya memenuhi semua rongga yang ada di dadanya.
Helen tiba-tiba berdiri di tengah kuliah berlangsung. Semua mata tertuju padanya begitu juga dengan dosen yang sedang berbicara di depan. Beberapa teman yang ada disampingnya menatap heran ke arahnya tak luput dengan Rida.
“ Yaaaa,.. Helen-ah apa-apan kau.. duduk!!” seru Rida sambil menarik tangan Helen untuk kembali duduk. Namun usahanya sia-sia, tarikan tangannya tak sepadan dengan kekuatan Helen.
“ Helen ssi, bisa anda duduk dan tenang saat perkuliahan berlangsung?” Kali ini dosennya yang berbicara.
Helen hanya diam tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya.
“ Helen-ah, duduk” Bujuk Rida kembali.
Helen tetap diam.
“ Helen ssi, jika anda tidak segera duduk silahkan keluar dari ruangan ini”
Dosen itu berbicara kembali.
Tanpa menunggu lama Helen berjalan menuju pintu keluar.
Rida yang memperingatkannya tadi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah temannya itu begitu juga dosen yang tengah memberi kuliah. Antara emosi dan heran dosen itu menatap Helen hingga dia menghilang dibalik pintu.
Sementara teman-teman satu kelas Helen berbisik-bisik merasa heran dengan tingkah laku Helen begitu juga Teyang dan Rida yang juga teman dekatnya Helen.
“ Kenapa dengan si Helen?” Tanya Taeyang yang duduk disebelah Rida.
“ Molla, lagi haid kali chagi…” Jawab Rida sekenanya.
Helen terus melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan orang-orang yang heran melihatnya. Langkahnya berhenti di kamar mandi kampus.
BLAM.. ditutupnya pintu kamar mandi dengan kasar. Kebetulan kamar mandi saat itu dalam keadaan sepi. Sejenak dia sandarkan tubuhnya di pintu.
Air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya. Mengalirkan segala rasa sesak didada.
“Mianata…Mianata..Mianata” ucapanya berkali-kali pada dirinya sendiri. Tampak sekali bahwa dia merasakan rasa penyesalan yang begitu dalam. Perlahan ia langkahkan kakinya menuju wastafel. Ditatapnya cermin yang berada di depannya.
Bayangan itu muncul.
Gadis berambut panjang bergaun putih sedang berdiri disampingnya. Tersenyum kearah Helen. Senyumannya anggun namun terasa menyakitkan. Terasa menyakitkan untuk Helen.
Tatapan Helen berubah menjadi penuh kebencian.
“ Harusnya kau tak perlu datang lagi! Cukup untukku. Aku lelah. Aku terlalu sulit untuk kembali bernafas. Kembalilah. Akan mudah bagiku untuk menjalankan hidupku sekarang”
Dilihatnya bayangan yang terpantul di cermin. Senyumannya hilang dan berubah menjadi kesedihan. Aura ruangan itu menjadi gelap. Tekanan aura yang semakin besar itu seakan ikut menarik udara yang berada disekitarnya. Membuat Helen sulit untuk bernafas. Helen tetap berusaha untuk bernafas meski sulit. Ditatapnya kembali cermin didepannya.
Bayangan itu perlahan bergerak meninggalkannya.
“ Tunggu, aku masih membutuhkanmu!” Ucap Helen dengan nada bergetar.
Sial justru jika kau pergi aku tidak bisa bernafas lagi.
Diusapnya air matanya yang telah mengalir deras.
Tetaplah di sampingku hingga kutemukan orang yang bisa membuatku bernafas kembali.
BUGG..BUGG.. Suara pintu yang dipukul kasar mengagetkan Helen.
“ Yaaa… Helen-ah!!! Gwenchana?” Teriakan orang yang sangat dikenalnya. Rida.
“ Helen-ah… Buka pintunya” Disusul suara lain, suara laki-laki. Taeyang.
Ppaboo.. Kenapa harus repot-repot menyusulku. Harusnya kalian jangan memperdulikanku. Aku sendiri tak pernah peduli dengan kalian.
Dibukanya pintu kamar mandi dengan malas-malasan. Rida dan Teyang cukup terkejut dengan munculnya Helen yang dalam kondisi berantakan.
“ Helen-ah???” Ucap Rida cemas.
“ Mwo?”
“ Gwenchana?”
“ Ne..!” Ucap Helen pendek sambil berlalu.
Lagi-lagi Teyang dan Rida dibuat terheran-heran dengan tingkah Helen yang semakin aneh akhir-akhir ini.
Taeyang menyikut Rida.
“ Chagi, kau yakin dia gak papa?”
“ Ani, aku juga cemas dengannya”
“ Lalu apa yang harus kita lakukan?”
“ Biarkan dia sendiri dulu, dia butuh itu”
“ Baiklah, ayo kita pergi ke tempat sepi!” Ucap Taeyang genit.
“ Mwo?” Rida yang mendengarnya sedikit terkejut dan menatap geli melihat kekasihnya yang genit seperti itu.
“ Kajja?”
“ Odiya?”
“ Kita…” Belum selesai Taeyang berbicara ponselya berdering. Nada dering yang sengaja dibuat berbeda dari panggilan lain membuat Taeyang tahu siapa yang menghubunginya. Seketika wajahnya berubah serius bergitu juga Rida.
“ Yoboseyo”
“ Kalian kembalilah ada yang akan perlu kita bicarakan!” Ucap orang yang menghubungi Taeyang.
“ Ne, Kereotsumnida”
“…” Panggilan itu diputus
“ Nugu chagi?”
“ Pusat!! Kajja!!”
Tanpa menunggu lagi mereka meninggalkan kampus dan pergi menuju suatu tempat.
###
Satu demi satu potongan-potangan gambar itu menjadi satu terkumpul dalam satu rol film. Bukan hanya dalam satu roll namun beberapa roll film siap diputar kembali.
Rol pertama
Seorang laki-laki bertubuh semampai menunggu didepan rumah dengan gusar. Tak beberapa lama seorang gadis berambut panjang keluar dari rumah itu.
“ Aku ingin berbicara denganmu!” Ucapnya ketus sambil menarik tangan gadis itu dengan kasar.
“ Mwo?”
“ Masuk mobil!”
“ ..”
“ Siapa kau sebenarnya?”
“ Nae ga?”
“ Jujurlah siapa kau ini?”
“ Oppa, kau ini kenapa? Aku ini Seul Rin”
“ BOHONG!!”
“ Oppa, kenapa kau bertanya hal aneh seperti itu?”
Laki-laki itu menghadapkan tubuhnya kearah gadis itu. Tatapan tajam.
“ JUJUR!!!”
“ Oppa, Kau!!”
Laki-laki itu geram lalu menyalakan mesin mobilnya dan dengan kecepatan tinggi mobil itu melaju. Tubuh perempuan itu
terhenyak ke belakang kursi.
“ Oppa.!!”
“ JUJURLAH!!!”
“..”
Gadis itu hanya terdiam menatap jalanan didepannya. Merasakan emosi yang meluap dari laki-laki disebelahnya.Gadis itu terdiam lama dan itu membuat emosi laki-laki disampingkan semakin meninggi.
‘CIIIIIIITTT’ Suara ban mobil yang direm mendadak.
“ Kure!!.LALU APA INI?” Ucap laki-laki itu dengan ketus sambil mneyerahkan ponsel miliknya.
Gadis itu hanya menatap tajam benda yang diserahkannya. Gambar yang ada di ponsel itu membuatnya sadar kalau apa yang disembunyikan selama ini suakhirnya terbuka juga.
“ Ya, itu aku” Ucapan gadis itu membuat laki-laki tersebut tertegun dan menatap tajam kearah gadis yang duduk disampingnya.
“ Jadi?”
“ Ya, aku memang agen sebuah organisasi dan kau tahu? Misinya kali ini adalah kau!”
Tubuh laki-laki itu menegang setelah mendengar ucapan gadis didepannya.
“ Aku mendekatimu hanya untuk misi ini!”
“ KAU!!!”
“ Aku berpura-pura mencintaimu tapi…”
“ JADI, KAU!!!”
“ Tapi aku malah benar-benar mencintaimu dan itu adalah kesalahan untukku”
“ SEUL RIN..!! KAU BENAR-BENAR BERKEPRIBADIAN GANDA..” Laki-laki itu memukul setirnya.
“Ya, terserah kau sebut apa diriku, yang jelas aku mencintaimu..”
“ SHITT… OMONG KOSONG..!! Aku tak percaya kau masih bisa berkata seperti itu!”
“ Oppa, sungguh aku mencintaimu. Ini kesalahan bodoh dalam hidupku karena telah mencintaimu yang berarti aku juga akan pergi!”
“ Maksudmu?”
“..”
“ Seul Rin, apa maksudmu?”
“Aku salah. Ini salah. Harusnya aku tak boleh mencintaimu namun perasaan ini tak bisa kukendalikan.” Gadis itu menunduk lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“..”
“ Kesalahan ini juga yang akan membuatku harus dimusnahkan..!” Gadis itu menangis.
Laki-laki disampingnya hanya memandangi gadis itu tanpa melakukan apapun. Ada kebimbangan yang terlihat dimatanya.
“ Cepat atau lambat organisasi akan melenyapkanku!” Gadis itu berbicara lagi.
“ ANDWEEE..!!!” Laki-laki itu tiba-tiba berteriak. Sontak kepala gadis itu menoleh menghadap laki-laki disampingnya.
“ Oppa?”
“ Kita harus pergi!! Aku harus membawamu pergi! Kau tak boleh pergi!!”
Selang beberapa detik kemudian mobil itu melaju kembali dengan kecepatan tinggi. Gadis itu hanya menatap heran laki-laki yang sikapnya tiba-tiba berubah. Sikapnya berubah seolah tak ingin kehilangan gadis itu.
“ Oppa? Perhatikan kecepatanmu!!!”
Laki-laki itu tak memperdulikannya.
“Oppa” Panggil gadis itu dengan lambut.
“ Kita harus pergi. Jangan buang-buang waktu lagi!!”
Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Kecepatan yang telah melebihi batas. Laki-laki itu percaya bahwa jalanan didepannya sepi . Mobil itu terus melaju tanpa memperhatikan kecepatannya.
“ Oppa.. awas!!!!” Tiba-tiba gadis disampingnya berteriak kencang tepat saat sebuah container melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi.
“ BRAKKK..!!!!”
Sebuah kendaraan besar menghantam mobil yang mereka tumpangi.
Roll kedua
Latar rumah sakit yang bercat putih mengawali pemutaran roll film ini. Gambar beralih kesebuah kamar ICU yang berisikan seorang laki-laki yang terbaring lemah dengan ditemani selang-selang yang terpasang ditubuhnya.
Perlahan tangan laki-laki itu bergerak menandakan adanya kehidupan. Selang beberapa menit kemudian beberapa tim medis memasuki ruangan itu. Setelah melakukan pemeriksaan, tim medis yang memeriksanya kemudian tersenyum lega.
“ Dia sadar!”
“ Iya dok, akhirnya setelah hampir satu tahun dia koma dia sadar juga!”
“ Dok, lihat” Seorang perawat memanggil dokter saat melihat pasien mereka telah membuka matanya.
“ Annyeyong..!” Sapa dokter itu dengan ramah.
Laki-laki itu hanya mengedipkan matanya berusaha mengumpulkan kesadarannya.
“ Dimana saya?”
“ Anda di rumah sakit Kwon Ji Yong ssi”
Perlahan laki-laki itu duduk dibantu oleh perawat yang memeriksanya tadi.
“Pelan-pelan tuan, anda belum pulih benar”
“ Di mana Seul Rin?”
Dokter itu hanya terdiam, wajahnya berubah seolah menyembunyikan sesuatu.
“ Dok, dimana gadis itu?”
“ Dia..”
“ Dok, DIMANA SEUL RIN?” lelaki itu berteriak karena pertanyaan tidak segera dijawab.
“ Dia, telah meninggal!”
“ TIDAKK..!!”
“ Tenang tuan, anda belum pulih!”
“ TIDAKK.. kau bohong!!” Laki-laki itu mencengkeram kerah dokter yang berdiri didepannya.
“ Anieyo tuan, saya tidak bohong!”
“ KATAKAN KALAU KAU BOHONG!!!”
“ Tuan, saya tidak bohong!”
Laki-laki itu lalu melepaskan cengkeramannya sambil mendorong tubuh dokter itu sehingga dokter itu terjatuh dilantai.
Laki-laki tersebut mendorong semua petugas kesehatan yang berada disampingnya kemudian menjatuhkan semua alat medis yang mengelilinginya.
Tanpa menunggu lama dokter itu lalu mendekati laki-laki yang sedang marah itu kemudian menyuntiknya dengan obat penenang.
Tenaga laki-laki itu melemah seiring dengan air matanya yang mengalir.
Roll film telah habis. Gambar-gambar yang bermunculan tadi telah tergantikan dengan satu bidang rata berwarna putih. Warna yang menyilaukan jika terkena cahaya. Warna putih seputih salju. Bukan bidang melainkan salju yang terhampar luas.
Namun warna itu tak abadi, perlahan satu noda menyebar dan meluas dalam hamparan salju. Noda warna merah. Merah darah. Salju itu tak lagi berwarna putih melainkan merah……
Semuanya berubah menjadi putih. Tanpa batas dan menyilaukan mata membuat mataku tertutup. Tak bisa melihat kembali. Melihat apa yang terjadi disekitarku. Seolah menghilang dari sisiku.
Dingin, apa yang kuinjak ini dingin. Sedingin es. Bukan. Ini bukan es ini salju. Lembut namun menyakitkan untukku karena aku sendiri. Tanpa dia. Tanpa Seul Rin disampingku. Tanpa gadis yang telah mengenalkanku dengan benda ini.
Benda ini juga yang mengiringi kepergiannya saat itu. Dia pergi bersamaan dengan turun salju.
Sejak saat itu aku selalu menunggu salju. Karena saat itu kau datang dengan jelas dalam hidupku.
Hingga orang itu datang. Orang itu datang membawa serta dirimu. Bukan hanya bayangan namun benar-benar dirimu. Kau datang bersama dia. Dia merangkul dirimu seolah dia adalah orang terdekatmu. Namun ditangannya menggenggam benda hitam samar yang mengarah padamu. Benda yang dangat familiar untukmu.
Aku berusaha mendekat namun orang itu makin menjauh dan disaat itu baru aku sadari benda itu adalah pistol
Siapa orang itu? Dia akan membunuhmu Seul Rin? Tapi kenapa kau malah tersenyum padanya? SIAPA DIA???
“HAH???” Jiyong mendesah kesal karena mimpi itu datang kembali. Nafasnya terengah-engah. Jiyong mengedarkan pandangan matanya disekitarnya. Dia baru ingat ternyata dia tertidur diruang latihan.
“ SHITT..!! Mimpi itu lagi!!” Ucapnya pada dirinya sendiri sambil menghantam tembok belakangnya. Tanpa Jiyong tahu pukulannya tadi mengagetkan orang yang baru masuk ruangan itu.
“ Ha? Damn!! Siapa itu?” Ucap orang yang baru masuk itu, tak lain adalah Helen. Helen terlihat kesal karena dikagetkan dengan cara seperti itu.
Jiyong tak kalah terkejut dengan kedatangan gadis itu.
‘DIA?’ batinnya.
“ Kau siapa?” Tanya Jiyong dengan ketus.
“ Kau sendiri siapa?” Helen bertanya tak kalah dinginnya.
“ Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!!” Jiyong makin kesal dibuatnya.
‘ Dia dingin!’
Helen berjalan mendekat kearah Jiyong, memastikan orang yang ditemuinya hari ini.
‘ Dia?’
‘Apa yang terjadi dengan dia? Baru saja kulihat dia tidur kenapa bangun-bangun menjadi kesal seperti itu?’
“ Ini tempat latihan bukan kamarmu!! Jika tidur sebaiknya kau pulang” Helen menjawab dengan dingin juga.
“ Terserah aku, ini juga fasilitas kampus. Percuma jika tidak digunakan!”
“ Baiklah, jika kau sudah cukup tidur. PERGIlah!! Ruangan ini akan kugunakan!”
“ Memangnya kau siapa?? Beraninya menyuruhku!”
“ Aku? Aku mahasiswa disini juga, pergilah!” Helen beranjak untuk menyalakan music.
‘Bayanganmu sangat jelas Rin-ah. Sangat jelas seolah dia adalah dirimu. Kau tersenyum padaku.’
“ TIDAK MAU!!” Ucap Jiyong dengan suara yang keras.
Helen menoleh kearah Jiyong.
‘Eonni, dia mirip denganmu. Keras kepala. Bagaimana kau bisa mencintai orang ini?’
“ KAU!!” Helen berjalan mendekati Jiyong.
“ MWO?” Jiyong tetap tak bergeming dengan ancaman Helen.
‘Ah, bayanganmu makin kuat. Aku sungguh merindukanmu’
“ PERGI!!” Helen kesal dan mencengkeram ujung baju Jiyong.
Jiyong hanya tersenyum tipis.
Saat bersamaan Helen merasa ada yang aneh dengan kondisi ini. Helen tahu ia tidak boleh mendekati Jiyong. Akan ada hal yang menyakitkan jika dia dekat dengan laki-laki didepannya kini. Perlahan ia longgarkan cengkeramnnya lalu pergi
begitu saja.
Jiyong sempat heran dengan perubahan sikap Helen.
‘ Kenapa? Kenapa kau pergi? Aku masih merindukanmu Rin-ah. Bayanganmu sangat kuat jika ada dia’
Jiyong mengejar Helen.
“ Tunggu!!”
Jiyong mencegah Helen pergi. Jiyong menahan tangan Helen dengan kuat.
“ Lepaskan!!”
Bukannya melepaskan tangan Helen, Jiyong kemudian menarik Helen mendekat.
‘Aku merindukanmu’
Mendadak Jiyong memeluk Helen. Perasaan Jiyong yang meluap itu tidak dapat dikendalikan lagi.
‘Aku memelukmu lagi Rin-ah’
Helen terkesiap dengan tindakan Jiyong.
‘Apa-apaan ini?’
Awalnya Helen mendorong tubuh Jiyong namun tenaganya kalah besar. Perlahan Helen mencoba mengerti tindakan Jiyong.
‘Eon, kini aku tahu kenapa kau mencintainya. Eon, dia masih membutuhkanmu.’
Helen perlahan membalas pelukan itu. Begitu juga Jiyong.
Jiyong tenggelam dalam perasaanya. Kerinduan itu terbayar sudah. Tiba-tiba tubuh mereka mematung seakan terbangunkan oleh sesuatu
Sebuah kenyataan menyadarkan Jiyong dan Helen bahwa ini salah. Mereka saling menjauh. Wajah mereka menegang seolah tahu jika semua yang terjadi tahu adalah kesalahan.
Tanpa berkata apapun Helen pergi meninggalkan Jiyong yang mematung.
“ Salah!! Harusnya aku tidak melakukannya” Ucap Helen perlahan pada dirinya sendiri seraya melangkah menuju pintu keluar.
Sedang Jiyong terduduk dilantai seolah kesalahan itu menguras tenaganya.
“ Minnata,! Bodoh kau Jiyong!!” Jiyong memukul kepalanya sendiri menyesali apa yang dia lakukan.
Sementara itu Helen terus berjalan tanpa arah dengan kekesalan dan penyesalan yang berkecamuk dalam dirinya.
‘BruKk!!’ Helen menabrak sesuatu.
“ Ah, Joesongheyo!” Ucap Helen sambil menunduk.
“ Ne, Gwencahana?”
“ Ne, gwenchana!”
Helen mengakkan kepalanya.
“ Eh?” Helen mundur satu langkah saat tahu siapa orang yang didepannya.
‘Dia?’….
To Be Continoued..
Miann.. Bersambung lagi...
Siapa yang orang yang tak sengaja ditabrak Helen? Lalu apa yang selanjutnya terjadi dengan helen dan Jiyong???
Nantikan episode selanjutnya...^^
Kritik dan saran sangat diharapkan..jadi jangan cuma baca doank.. TINGALIN KOMEN KALIAN!!! *maksa..
Potongan eps kemarin....
“ Helen, kita akan segera berjumpa” Ucapnya dengan nada misterius. Seung Hyun keluar dari mobil berjalan menuju kelasnya.
###
Kuliah telah berlangsung selama 30 menit namun Helen tak juga dapat berkonsentrasi untuk mengikuti jam pertama kuliah hari ini. Pikiran Helen terbagi antara materi kuliah yang tengah diberikan oleh dosen didepan dengan kejadian pagi tadi.
Mata Helen menatap dosen didepan kelas yang sedang menjelaskan materi kuliah di depan kelas namun pikirannya tetap bermain tanpa kendali.
‘ Laki-laki itu sepertinya tidak dalam kondisi baik-baik saja, apa dua tahun tak cukup untuk memperbaiki semua?’
‘ Apa dia juga mengalami hal serupa denganku?’
DEG…
Satu sentakan keras dijantungnya seolah ada hal yang menyakitkan yang mengingatkan Helen kembali.
“ Eon, kau yakin akan tetap menjalankan tugas itu?”
“ Ne..”
“ Jinja?”
“ Ne, Kureyo!!”
“ Tapi eon?”
“ Itu tugasmu untuk mengingatkanku jangan sampai aku lupa dengan tugasku”
“ Helen.. aku tidak bisa!”
“ Tapi Eon, kau sudah terlanjur menyetujuinya”
“ Sungguh, aku tidak bisa melakukannya!”
Tangisnya pecah seiring dengan ucapannya yang bergetar.
“ Aku benar-benar mencintainya”
“ MWOO??”
“ Marahlah padaku! Aku memang pantas kau marahi, aku tidak bisa mengendalikan perasaanku”
“ Eonni, HILANGKAN PERASAAN ITU!!! AKU TIDAK MAU MENGEKSEKUSI EONNIKU SENDIRI”
‘PRANG…!!’ Vas bunga di sampingku pecah ku banting sekeras mungkin kelantai, melampiaskan kekesalanku.
“ HELEN..!!! LAKUKAN SAJA!!!AKU TAHU KONSEKUENSINYA!!!”
“ TIDAK !!! KAU TIDAK BOLEH MENCINTAINYAAA..!!”
“ Helen, aku mohon!!” Dia memelukku. Aku hanya terdiam dalam pelukannya.
Sejenak kepalaku mulai sakit dengan segala omong kosong yang hari ini kudengar dari mulut Eonniku sendiri.
“ CUKUP EONNI, JIKA KAU TAK BISA MELAKUKANNYA AKU YANG AKAN MENGGANTIKANMU!!”
Ucapku dengan keras sambil menyentakkan tubuhnya. Kumelangkah pergi meninggalkan Eonniku sendiri yang tengah menangis. Saat itu yang ada di otakku adalah aku akan bertemu dengan laki-laki itu.
‘ Mianata!!’ ucap Helen pada dirinya sendiri. Ditelungkupkannya wajahnya dengan kedua tangannya. Menumpahkan penyesalan yang menyesakkan didadanya. Tanpa disadari air matanya mengalir. Panas menjalar di hatinya memenuhi semua rongga yang ada di dadanya.
Helen tiba-tiba berdiri di tengah kuliah berlangsung. Semua mata tertuju padanya begitu juga dengan dosen yang sedang berbicara di depan. Beberapa teman yang ada disampingnya menatap heran ke arahnya tak luput dengan Rida.
“ Yaaaa,.. Helen-ah apa-apan kau.. duduk!!” seru Rida sambil menarik tangan Helen untuk kembali duduk. Namun usahanya sia-sia, tarikan tangannya tak sepadan dengan kekuatan Helen.
“ Helen ssi, bisa anda duduk dan tenang saat perkuliahan berlangsung?” Kali ini dosennya yang berbicara.
Helen hanya diam tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya.
“ Helen-ah, duduk” Bujuk Rida kembali.
Helen tetap diam.
“ Helen ssi, jika anda tidak segera duduk silahkan keluar dari ruangan ini”
Dosen itu berbicara kembali.
Tanpa menunggu lama Helen berjalan menuju pintu keluar.
Rida yang memperingatkannya tadi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah temannya itu begitu juga dosen yang tengah memberi kuliah. Antara emosi dan heran dosen itu menatap Helen hingga dia menghilang dibalik pintu.
Sementara teman-teman satu kelas Helen berbisik-bisik merasa heran dengan tingkah laku Helen begitu juga Teyang dan Rida yang juga teman dekatnya Helen.
“ Kenapa dengan si Helen?” Tanya Taeyang yang duduk disebelah Rida.
“ Molla, lagi haid kali chagi…” Jawab Rida sekenanya.
Helen terus melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan orang-orang yang heran melihatnya. Langkahnya berhenti di kamar mandi kampus.
BLAM.. ditutupnya pintu kamar mandi dengan kasar. Kebetulan kamar mandi saat itu dalam keadaan sepi. Sejenak dia sandarkan tubuhnya di pintu.
Air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya. Mengalirkan segala rasa sesak didada.
“Mianata…Mianata..Mianata” ucapanya berkali-kali pada dirinya sendiri. Tampak sekali bahwa dia merasakan rasa penyesalan yang begitu dalam. Perlahan ia langkahkan kakinya menuju wastafel. Ditatapnya cermin yang berada di depannya.
Bayangan itu muncul.
Gadis berambut panjang bergaun putih sedang berdiri disampingnya. Tersenyum kearah Helen. Senyumannya anggun namun terasa menyakitkan. Terasa menyakitkan untuk Helen.
Tatapan Helen berubah menjadi penuh kebencian.
“ Harusnya kau tak perlu datang lagi! Cukup untukku. Aku lelah. Aku terlalu sulit untuk kembali bernafas. Kembalilah. Akan mudah bagiku untuk menjalankan hidupku sekarang”
Dilihatnya bayangan yang terpantul di cermin. Senyumannya hilang dan berubah menjadi kesedihan. Aura ruangan itu menjadi gelap. Tekanan aura yang semakin besar itu seakan ikut menarik udara yang berada disekitarnya. Membuat Helen sulit untuk bernafas. Helen tetap berusaha untuk bernafas meski sulit. Ditatapnya kembali cermin didepannya.
Bayangan itu perlahan bergerak meninggalkannya.
“ Tunggu, aku masih membutuhkanmu!” Ucap Helen dengan nada bergetar.
Sial justru jika kau pergi aku tidak bisa bernafas lagi.
Diusapnya air matanya yang telah mengalir deras.
Tetaplah di sampingku hingga kutemukan orang yang bisa membuatku bernafas kembali.
BUGG..BUGG.. Suara pintu yang dipukul kasar mengagetkan Helen.
“ Yaaa… Helen-ah!!! Gwenchana?” Teriakan orang yang sangat dikenalnya. Rida.
“ Helen-ah… Buka pintunya” Disusul suara lain, suara laki-laki. Taeyang.
Ppaboo.. Kenapa harus repot-repot menyusulku. Harusnya kalian jangan memperdulikanku. Aku sendiri tak pernah peduli dengan kalian.
Dibukanya pintu kamar mandi dengan malas-malasan. Rida dan Teyang cukup terkejut dengan munculnya Helen yang dalam kondisi berantakan.
“ Helen-ah???” Ucap Rida cemas.
“ Mwo?”
“ Gwenchana?”
“ Ne..!” Ucap Helen pendek sambil berlalu.
Lagi-lagi Teyang dan Rida dibuat terheran-heran dengan tingkah Helen yang semakin aneh akhir-akhir ini.
Taeyang menyikut Rida.
“ Chagi, kau yakin dia gak papa?”
“ Ani, aku juga cemas dengannya”
“ Lalu apa yang harus kita lakukan?”
“ Biarkan dia sendiri dulu, dia butuh itu”
“ Baiklah, ayo kita pergi ke tempat sepi!” Ucap Taeyang genit.
“ Mwo?” Rida yang mendengarnya sedikit terkejut dan menatap geli melihat kekasihnya yang genit seperti itu.
“ Kajja?”
“ Odiya?”
“ Kita…” Belum selesai Taeyang berbicara ponselya berdering. Nada dering yang sengaja dibuat berbeda dari panggilan lain membuat Taeyang tahu siapa yang menghubunginya. Seketika wajahnya berubah serius bergitu juga Rida.
“ Yoboseyo”
“ Kalian kembalilah ada yang akan perlu kita bicarakan!” Ucap orang yang menghubungi Taeyang.
“ Ne, Kereotsumnida”
“…” Panggilan itu diputus
“ Nugu chagi?”
“ Pusat!! Kajja!!”
Tanpa menunggu lagi mereka meninggalkan kampus dan pergi menuju suatu tempat.
###
Satu demi satu potongan-potangan gambar itu menjadi satu terkumpul dalam satu rol film. Bukan hanya dalam satu roll namun beberapa roll film siap diputar kembali.
Rol pertama
Seorang laki-laki bertubuh semampai menunggu didepan rumah dengan gusar. Tak beberapa lama seorang gadis berambut panjang keluar dari rumah itu.
“ Aku ingin berbicara denganmu!” Ucapnya ketus sambil menarik tangan gadis itu dengan kasar.
“ Mwo?”
“ Masuk mobil!”
“ ..”
“ Siapa kau sebenarnya?”
“ Nae ga?”
“ Jujurlah siapa kau ini?”
“ Oppa, kau ini kenapa? Aku ini Seul Rin”
“ BOHONG!!”
“ Oppa, kenapa kau bertanya hal aneh seperti itu?”
Laki-laki itu menghadapkan tubuhnya kearah gadis itu. Tatapan tajam.
“ JUJUR!!!”
“ Oppa, Kau!!”
Laki-laki itu geram lalu menyalakan mesin mobilnya dan dengan kecepatan tinggi mobil itu melaju. Tubuh perempuan itu
terhenyak ke belakang kursi.
“ Oppa.!!”
“ JUJURLAH!!!”
“..”
Gadis itu hanya terdiam menatap jalanan didepannya. Merasakan emosi yang meluap dari laki-laki disebelahnya.Gadis itu terdiam lama dan itu membuat emosi laki-laki disampingkan semakin meninggi.
‘CIIIIIIITTT’ Suara ban mobil yang direm mendadak.
“ Kure!!.LALU APA INI?” Ucap laki-laki itu dengan ketus sambil mneyerahkan ponsel miliknya.
Gadis itu hanya menatap tajam benda yang diserahkannya. Gambar yang ada di ponsel itu membuatnya sadar kalau apa yang disembunyikan selama ini suakhirnya terbuka juga.
“ Ya, itu aku” Ucapan gadis itu membuat laki-laki tersebut tertegun dan menatap tajam kearah gadis yang duduk disampingnya.
“ Jadi?”
“ Ya, aku memang agen sebuah organisasi dan kau tahu? Misinya kali ini adalah kau!”
Tubuh laki-laki itu menegang setelah mendengar ucapan gadis didepannya.
“ Aku mendekatimu hanya untuk misi ini!”
“ KAU!!!”
“ Aku berpura-pura mencintaimu tapi…”
“ JADI, KAU!!!”
“ Tapi aku malah benar-benar mencintaimu dan itu adalah kesalahan untukku”
“ SEUL RIN..!! KAU BENAR-BENAR BERKEPRIBADIAN GANDA..” Laki-laki itu memukul setirnya.
“Ya, terserah kau sebut apa diriku, yang jelas aku mencintaimu..”
“ SHITT… OMONG KOSONG..!! Aku tak percaya kau masih bisa berkata seperti itu!”
“ Oppa, sungguh aku mencintaimu. Ini kesalahan bodoh dalam hidupku karena telah mencintaimu yang berarti aku juga akan pergi!”
“ Maksudmu?”
“..”
“ Seul Rin, apa maksudmu?”
“Aku salah. Ini salah. Harusnya aku tak boleh mencintaimu namun perasaan ini tak bisa kukendalikan.” Gadis itu menunduk lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“..”
“ Kesalahan ini juga yang akan membuatku harus dimusnahkan..!” Gadis itu menangis.
Laki-laki disampingnya hanya memandangi gadis itu tanpa melakukan apapun. Ada kebimbangan yang terlihat dimatanya.
“ Cepat atau lambat organisasi akan melenyapkanku!” Gadis itu berbicara lagi.
“ ANDWEEE..!!!” Laki-laki itu tiba-tiba berteriak. Sontak kepala gadis itu menoleh menghadap laki-laki disampingnya.
“ Oppa?”
“ Kita harus pergi!! Aku harus membawamu pergi! Kau tak boleh pergi!!”
Selang beberapa detik kemudian mobil itu melaju kembali dengan kecepatan tinggi. Gadis itu hanya menatap heran laki-laki yang sikapnya tiba-tiba berubah. Sikapnya berubah seolah tak ingin kehilangan gadis itu.
“ Oppa? Perhatikan kecepatanmu!!!”
Laki-laki itu tak memperdulikannya.
“Oppa” Panggil gadis itu dengan lambut.
“ Kita harus pergi. Jangan buang-buang waktu lagi!!”
Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Kecepatan yang telah melebihi batas. Laki-laki itu percaya bahwa jalanan didepannya sepi . Mobil itu terus melaju tanpa memperhatikan kecepatannya.
“ Oppa.. awas!!!!” Tiba-tiba gadis disampingnya berteriak kencang tepat saat sebuah container melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi.
“ BRAKKK..!!!!”
Sebuah kendaraan besar menghantam mobil yang mereka tumpangi.
Roll kedua
Latar rumah sakit yang bercat putih mengawali pemutaran roll film ini. Gambar beralih kesebuah kamar ICU yang berisikan seorang laki-laki yang terbaring lemah dengan ditemani selang-selang yang terpasang ditubuhnya.
Perlahan tangan laki-laki itu bergerak menandakan adanya kehidupan. Selang beberapa menit kemudian beberapa tim medis memasuki ruangan itu. Setelah melakukan pemeriksaan, tim medis yang memeriksanya kemudian tersenyum lega.
“ Dia sadar!”
“ Iya dok, akhirnya setelah hampir satu tahun dia koma dia sadar juga!”
“ Dok, lihat” Seorang perawat memanggil dokter saat melihat pasien mereka telah membuka matanya.
“ Annyeyong..!” Sapa dokter itu dengan ramah.
Laki-laki itu hanya mengedipkan matanya berusaha mengumpulkan kesadarannya.
“ Dimana saya?”
“ Anda di rumah sakit Kwon Ji Yong ssi”
Perlahan laki-laki itu duduk dibantu oleh perawat yang memeriksanya tadi.
“Pelan-pelan tuan, anda belum pulih benar”
“ Di mana Seul Rin?”
Dokter itu hanya terdiam, wajahnya berubah seolah menyembunyikan sesuatu.
“ Dok, dimana gadis itu?”
“ Dia..”
“ Dok, DIMANA SEUL RIN?” lelaki itu berteriak karena pertanyaan tidak segera dijawab.
“ Dia, telah meninggal!”
“ TIDAKK..!!”
“ Tenang tuan, anda belum pulih!”
“ TIDAKK.. kau bohong!!” Laki-laki itu mencengkeram kerah dokter yang berdiri didepannya.
“ Anieyo tuan, saya tidak bohong!”
“ KATAKAN KALAU KAU BOHONG!!!”
“ Tuan, saya tidak bohong!”
Laki-laki itu lalu melepaskan cengkeramannya sambil mendorong tubuh dokter itu sehingga dokter itu terjatuh dilantai.
Laki-laki tersebut mendorong semua petugas kesehatan yang berada disampingnya kemudian menjatuhkan semua alat medis yang mengelilinginya.
Tanpa menunggu lama dokter itu lalu mendekati laki-laki yang sedang marah itu kemudian menyuntiknya dengan obat penenang.
Tenaga laki-laki itu melemah seiring dengan air matanya yang mengalir.
Roll film telah habis. Gambar-gambar yang bermunculan tadi telah tergantikan dengan satu bidang rata berwarna putih. Warna yang menyilaukan jika terkena cahaya. Warna putih seputih salju. Bukan bidang melainkan salju yang terhampar luas.
Namun warna itu tak abadi, perlahan satu noda menyebar dan meluas dalam hamparan salju. Noda warna merah. Merah darah. Salju itu tak lagi berwarna putih melainkan merah……
Semuanya berubah menjadi putih. Tanpa batas dan menyilaukan mata membuat mataku tertutup. Tak bisa melihat kembali. Melihat apa yang terjadi disekitarku. Seolah menghilang dari sisiku.
Dingin, apa yang kuinjak ini dingin. Sedingin es. Bukan. Ini bukan es ini salju. Lembut namun menyakitkan untukku karena aku sendiri. Tanpa dia. Tanpa Seul Rin disampingku. Tanpa gadis yang telah mengenalkanku dengan benda ini.
Benda ini juga yang mengiringi kepergiannya saat itu. Dia pergi bersamaan dengan turun salju.
Sejak saat itu aku selalu menunggu salju. Karena saat itu kau datang dengan jelas dalam hidupku.
Hingga orang itu datang. Orang itu datang membawa serta dirimu. Bukan hanya bayangan namun benar-benar dirimu. Kau datang bersama dia. Dia merangkul dirimu seolah dia adalah orang terdekatmu. Namun ditangannya menggenggam benda hitam samar yang mengarah padamu. Benda yang dangat familiar untukmu.
Aku berusaha mendekat namun orang itu makin menjauh dan disaat itu baru aku sadari benda itu adalah pistol
Siapa orang itu? Dia akan membunuhmu Seul Rin? Tapi kenapa kau malah tersenyum padanya? SIAPA DIA???
“HAH???” Jiyong mendesah kesal karena mimpi itu datang kembali. Nafasnya terengah-engah. Jiyong mengedarkan pandangan matanya disekitarnya. Dia baru ingat ternyata dia tertidur diruang latihan.
“ SHITT..!! Mimpi itu lagi!!” Ucapnya pada dirinya sendiri sambil menghantam tembok belakangnya. Tanpa Jiyong tahu pukulannya tadi mengagetkan orang yang baru masuk ruangan itu.
“ Ha? Damn!! Siapa itu?” Ucap orang yang baru masuk itu, tak lain adalah Helen. Helen terlihat kesal karena dikagetkan dengan cara seperti itu.
Jiyong tak kalah terkejut dengan kedatangan gadis itu.
‘DIA?’ batinnya.
“ Kau siapa?” Tanya Jiyong dengan ketus.
“ Kau sendiri siapa?” Helen bertanya tak kalah dinginnya.
“ Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!!” Jiyong makin kesal dibuatnya.
‘ Dia dingin!’
Helen berjalan mendekat kearah Jiyong, memastikan orang yang ditemuinya hari ini.
‘ Dia?’
‘Apa yang terjadi dengan dia? Baru saja kulihat dia tidur kenapa bangun-bangun menjadi kesal seperti itu?’
“ Ini tempat latihan bukan kamarmu!! Jika tidur sebaiknya kau pulang” Helen menjawab dengan dingin juga.
“ Terserah aku, ini juga fasilitas kampus. Percuma jika tidak digunakan!”
“ Baiklah, jika kau sudah cukup tidur. PERGIlah!! Ruangan ini akan kugunakan!”
“ Memangnya kau siapa?? Beraninya menyuruhku!”
“ Aku? Aku mahasiswa disini juga, pergilah!” Helen beranjak untuk menyalakan music.
‘Bayanganmu sangat jelas Rin-ah. Sangat jelas seolah dia adalah dirimu. Kau tersenyum padaku.’
“ TIDAK MAU!!” Ucap Jiyong dengan suara yang keras.
Helen menoleh kearah Jiyong.
‘Eonni, dia mirip denganmu. Keras kepala. Bagaimana kau bisa mencintai orang ini?’
“ KAU!!” Helen berjalan mendekati Jiyong.
“ MWO?” Jiyong tetap tak bergeming dengan ancaman Helen.
‘Ah, bayanganmu makin kuat. Aku sungguh merindukanmu’
“ PERGI!!” Helen kesal dan mencengkeram ujung baju Jiyong.
Jiyong hanya tersenyum tipis.
Saat bersamaan Helen merasa ada yang aneh dengan kondisi ini. Helen tahu ia tidak boleh mendekati Jiyong. Akan ada hal yang menyakitkan jika dia dekat dengan laki-laki didepannya kini. Perlahan ia longgarkan cengkeramnnya lalu pergi
begitu saja.
Jiyong sempat heran dengan perubahan sikap Helen.
‘ Kenapa? Kenapa kau pergi? Aku masih merindukanmu Rin-ah. Bayanganmu sangat kuat jika ada dia’
Jiyong mengejar Helen.
“ Tunggu!!”
Jiyong mencegah Helen pergi. Jiyong menahan tangan Helen dengan kuat.
“ Lepaskan!!”
Bukannya melepaskan tangan Helen, Jiyong kemudian menarik Helen mendekat.
‘Aku merindukanmu’
Mendadak Jiyong memeluk Helen. Perasaan Jiyong yang meluap itu tidak dapat dikendalikan lagi.
‘Aku memelukmu lagi Rin-ah’
Helen terkesiap dengan tindakan Jiyong.
‘Apa-apaan ini?’
Awalnya Helen mendorong tubuh Jiyong namun tenaganya kalah besar. Perlahan Helen mencoba mengerti tindakan Jiyong.
‘Eon, kini aku tahu kenapa kau mencintainya. Eon, dia masih membutuhkanmu.’
Helen perlahan membalas pelukan itu. Begitu juga Jiyong.
Jiyong tenggelam dalam perasaanya. Kerinduan itu terbayar sudah. Tiba-tiba tubuh mereka mematung seakan terbangunkan oleh sesuatu
Sebuah kenyataan menyadarkan Jiyong dan Helen bahwa ini salah. Mereka saling menjauh. Wajah mereka menegang seolah tahu jika semua yang terjadi tahu adalah kesalahan.
Tanpa berkata apapun Helen pergi meninggalkan Jiyong yang mematung.
“ Salah!! Harusnya aku tidak melakukannya” Ucap Helen perlahan pada dirinya sendiri seraya melangkah menuju pintu keluar.
Sedang Jiyong terduduk dilantai seolah kesalahan itu menguras tenaganya.
“ Minnata,! Bodoh kau Jiyong!!” Jiyong memukul kepalanya sendiri menyesali apa yang dia lakukan.
Sementara itu Helen terus berjalan tanpa arah dengan kekesalan dan penyesalan yang berkecamuk dalam dirinya.
‘BruKk!!’ Helen menabrak sesuatu.
“ Ah, Joesongheyo!” Ucap Helen sambil menunduk.
“ Ne, Gwencahana?”
“ Ne, gwenchana!”
Helen mengakkan kepalanya.
“ Eh?” Helen mundur satu langkah saat tahu siapa orang yang didepannya.
‘Dia?’….
To Be Continoued..
Miann.. Bersambung lagi...
Siapa yang orang yang tak sengaja ditabrak Helen? Lalu apa yang selanjutnya terjadi dengan helen dan Jiyong???
Nantikan episode selanjutnya...^^
Kritik dan saran sangat diharapkan..jadi jangan cuma baca doank.. TINGALIN KOMEN KALIAN!!! *maksa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar